Pada Mei 2017, Jokowi bahkan tak sungkan-sungkan meminta langsung Presiden Cina Xi Jinping untuk menawarkan investasi ketika bertemu di Beijing.
"Saya ingin mengundang secara khusus pemerintah Presiden Xi untuk bekerja sama dengan pemerintah Indonesia di tiga mega proyek," kata Jokowi di pertemuan itu sebagaimana dilansir Antara.
Tiga mega proyek yang ditawarkan oleh Jokowi ialah proyek koridor ekonomi terintegrasi, konektivitas, industri, dan pariwisata di Sumatera Utara. Lalu, investasi di Sulawesi Utara untuk meningkatkan kualitas infrastruktur di Bitung-Manado-Gorontalo dengan pembangunan akses jalan, jalur kereta api, dan pelabuhan serta bandara. Kemudian, kerja sama investasi proyek infrastruktur energi dan pengembangan pembangkit listrik di Provinsi Kalimantan Utara. (Tirto.id, 22 Oktober 2018).
Kondisi ini pun berbanding lurus dengan utang Indonesia dari Cina yang kian meroket hingga 74 persen pada 2015, atau setahun sejak Jokowi menjabat presiden. Pada 2014, total utang RI ke Cina adalah US$ 7,87 miliar. Angkanya melesat menjadi US$ 13,6 miliar pada 2015. Pada 2016, utang ke Cina menjadi US$ 15,1 miliar di 2016 dan US$ 16 miliar per Januari 2018. Hingga akhir Januari 2018, total utang luar negeri RI adalah US$ 357,5 miliar.
Berdasarkan data Bank Indonesia, utang Indonesia ke Cina Pada 2010, posisi utang luar negeri berada di angka US$ 202,4 miliar. Utang itu adalah pinjaman pemerintah, bank sentral dan pihak swasta. (Tempo, 21 Maret 2018).
Jebakan Utang Cina
Pertanyaannya, kenapa Mahathir begitu semangat menolak utang Cina? Karena ia tahu, utang dari Cina hanya akan mengganggu kedaulatan negerinya.
Maka, tak heran jika baru-baru ini Mahathir mengingatkan negara mana pun yang berutang pada Cina agar hati-hati. Sebab dengan utang, Cina akan dengan mudah menekan, mengontrol, dan mengendalikan negara pengutang.
Bagi Mahathir, utang dari Cina adalah jebakan. Jika tak bisa melunasinya maka negara pengutang akan berada di bawah kontrol Cina.
Negeri yang dipimpin Mahathir, Malaysia kini di bawah kontrol China karena pemerintahan sebelumnya yang dipimpin Najib Razak mengambil pinjaman ke Cina namun tak bisa dilunasi malah dikorupsi.
Mahathir tak mau terjebak dalam utang ini, karenanya ia sekarang harus pergi jauh-jauh ke Jepang untuk berhutang. Ya, Mahathir harus 'gali lubang tutup lubang' dengan cara berutang ke Jepang untuk melunasi utang Malaysia ke Cina.