Akibatnya, penyerapan lapangan kerja bagi lulusan SMK, Diploma, dan Sarjana pun rendah. Sebab, ada problem link and match yang selama ini tidak pernah ditangani secara serius oleh pemerintah. Inilah problem yang hendak diselesaikan melalui Program Rumah Siap Kerja.
Pertanyaan yang tersisa adalah, apakah Rumah Siap Kerja, siap menurunkan angka pengangguran muda di Indonesia?
Saat ini tentu belum ada jawabannya. Tapi setelah 17 April nanti, ketika program  Rumah Siap Kerja dijalankan, hal itu sangat mungkin terwujud.
Dasarnya bisa kita lihat dari program serupa yang berhasil mencatat kesuksesan di Berlin, Jerman. Â
Berkaca dari pengalaman Berlin, angka pengangguran muda berhasil diturunkan melalui program yang serupa dengan Rumah Siap Kerja. Â
Â
McKinsey menyebutnya Berlin Program. Dimana pemerintah kota Berlin membentuk special youth agency sebagai platform yang mempertemukan fungsi employment agencies, job-information centres, benefit administrations, social services for families and young people, and representatives of tertiary education and vocational schools.
Sebagai guidance, Special Youth Agency ini menjalankan 30 rencana kerja yang mencakup peningkatan keterampilan/skill, konseling, hingga mempertemukan antara calon pekerja dengan lapangan kerja.
Wal hasil, setelah 12 bulan (2012-2013) program ini dijalankan, dan 30 rencana kerja dieksekusi, total youth unemployment di Berlin berhasil turun sebesar 13 persen. Dan rasio pengangguran muda menurun dari 12,2 persen menjadi 10,9 persen.
Itu berkaca dari pengalaman sukses di Berlin. Special Youth Agency berhasil menurunkan angka pengangguran muda.
Bagaimana dengan Rumah Siap Kerja di Indonesia nanti?
Jika Berlin berhasil, maka Jakarta pun bisa berhasil, Semarang bisa, Palangkaraya bisa, Medan bisa, dan tentu Indonesia boleh optimis untuk mencapai kesuksesan yang sama melalui Program Rumah Siap Kerja yang akan dijalankan Prabowo-Sandi pasca 17 April 2019 nanti.
Muhammad Tri Andika
Direktur Eksekutif Institute for Policy Studies