Mohon tunggu...
Milisi Nasional
Milisi Nasional Mohon Tunggu... Freelancer - Buruh Tulis

Baca, Tulis, Hitung

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menanti Buruh (Akhirnya) Sejahtera

2 Mei 2019   14:12 Diperbarui: 2 Mei 2019   15:14 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: tribunnews.com

Sejarah perjuangan buruh, berjalan beriringan dengan sejarah pergerakan Bangsa Indonesia. Dimulai dari jaman penjajahan Belanda, era revolusi kemerdekaan, orde lama, orde baru bahkan orde reformasi, buruh selalu mewarnai sejarah bangsa ini. Karena buruh merupakan salah satu unsur terpenting dalam suatu bangsa dan negara. Kelas pekerja! Buruh yang identik dengan gerakan kiri, sebenarnya hanya karena berada dalam situasi musuh bersama saja yaitu kaum kapitalis. Perjuangannya tidak muluk-muluk amat. Hanya mencapai hidup yang sejahtera. Namun sampai tanggal 1 Mei 2019, buruh masih jauh dari mimpinya untuk sejahtera.
 
Buruh era Jokowi, mengalami nasib yang tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Meskipun sudah berjanji untuk membangun rumah bagi buruh, Jokowi tidak berhasil mengubah nasib para buruh. Seperti kehilangan arah, Jokowi cenderung tambal sulam untuk mendapatkan hati buruh. Namun pokok permasalahannya tidak pernah disentuh. Bukan hanya outsourcing yang harus dibenahi, jaminan sosial, status pekerja atau sekedar naik gaji, tapi adanya jaminan bagi anak-anak buruh untuk keluar dari garis kemiskinan yang masih gagal diwujudkan Jokowi. Jangankan mengurusi buruh, mengurusi jaminan kesehatan melalui BPJS atau sistem pendidikan di Indonesia, Jokowi masih gagal, entah kegalalan apalagi yang akan menyusul akan dibuatnya terkait nasib buruh.
 
Sebenarnya apa yang diinginkan buruh? Apakah buruh bermimpi untuk menjadi kaya raya dan berhenti bekerja? Sehingga para pemilik modal terkesan alergi dengan tuntutan buruh selama ini. Jokowi, pada kampanye 9 April 2019 di Jawa Barat, kembali berjanji untuk merevisi PP 78 tentang pengupahan. Selain itu Jokowi juga berjanji untuk memperbanyak rumah murah untuk buruh. Pada tanggal 29 April 2019, Jokowi bertemu dengan Said Iqbal, Presiden KSPI untuk membicarakan persoalan revisi PP 78. Entah karena sehabis pemilu atau menjelang May Day, mengapa selama hampir 5 tahun menjadi Presiden RI, baru kali ini Jokowi bersedia mendengarkan tuntutan buruh.
 
Apa yang dijanjikan Jokowi kepada Said Iqbal cukup membuat mimpi indah, dan meninabobokan buruh dalam buaian angan yang entah kapan terwujudnya. Mulai dari revisi PP 78 tentang pengupahan, melibatkan buruh dalam perundingan penentuan potongan iuran BPJS Ketenagakerjaan,  pembentukan desk unit khusus pidana perburuhan dan jaminan perlindungan hukum buruh di luar negeri. Apakah itu hanya muslihat Jokowi untuk meredam Mayday 2019? Entahlah... yang pasti, sepanjang Kementerian Keuangan RI masih dipegang oleh kaum industrialis, buruh masih harus terus bermimpi. Mengapa? Karena berbeda seperti Prabowo, Jokowi lebih banyak disokong oleh pemilik modal industri. Dan Kementerian Keuangan selama ini yang menjaga kepentingan kaum industrialis agar tidak terbebani oleh tuntutan buruh. Tengok saja besaran potongan iuran BPJS Ketenagakerjaan sebesar 5,7% dari gaji. Iuran tersebut akan dikembalikan kepada peserta BPJS berupa Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Kematian. Apabila dibandingan dengan Negara Singapura potongan tersebut bisa mencapai 33%, Malaysia mencapai 23% dan China mencapai 28%. Lalu bagaimana buruh bisa sejahtera?
 
Sebaiknya buang jauh-jauh mimpi buruh akan memiliki bisnis ritel dan properti seperti di Singapura. Menurut ILO pada tahun 2016, upah buruh di Indonesia nomor dua yang terendah di ASEAN setelah Kamboja. Pada saat itu upah buruh Indonesia di rata-rata sebesar Rp. 2,3 Juta. Apabila dibandingan dengan Asia Pasifik, Indonesia berada pada urutan ketiga dari bawah setelah Pakistan dan India. Meski kemudian upah buruh di Indonesia beranjak naik, namun naiknya harga barang pokok, listrik, BBM dan cicilan rumah tidak membuat para buruh mendapatkan hidup yang layak.
 
Akhirnya tidak berlebihan apabila buruh berharap banyak pada perjuangan Prabowo Sandi pada pemilu 2019. Disamping karena tuntutan buruh tercatat pada visi misi Prabowo Sandi, komitmen Prabowo terhadap pengentasan kemiskinan dinilai lebih serius daripada pemerintahan Jokowi selama 4 tahun terakhir ini. Apalagi dengan maraknya kecurangan pada pemilu 2019 yang berusaha untuk mencuri kemenangan Prabowo Sandi, perjuangan buruh di Indonesia untuk sejahtera terancam pupus. Sehingga tidak ada jalan lain bagi buruh untuk bersatu dengan seluruh rakyat Indonesia, turut menjaga kemenangan Prabowo Sandi untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia periode 2019-2024. Bersatulah kaum buruh seluruh Indonesia.

Suara dukungan terhadap Prabowo-Sandi pun terdengar saat Prabowo menyambangi aksi peringatan Hari Buruh Sedunia kemarim, buruh menggaungkan kemenangan Prabowo-Sandi. Mereka juga secara tegas menyatakan akan mengawal proses demokrasi dari potensi kecurangan yang dapat mungkin terjadi dan merugikan Prabowo-Sandi. Harapan buruh tidak banyak, juga tidak terlalu muluk, mereka hanya ingin hidup sejahtera dan dapat menjangkau secara murah bahan-bahan pokok yang dapat menunjang keberlangsungan hidup. Indonesia adil-makmur adalah mimpi semua buruh, dan mimpi itu sudah dekat realisasinya, muncul seiring kemenangan Prabowo-Sandi sebagai pemenang Pilpres 2019.

Oleh Frank Wawolangi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun