Mohon tunggu...
Milisi Nasional
Milisi Nasional Mohon Tunggu... Freelancer - Buruh Tulis

Baca, Tulis, Hitung

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

"Apapun yang Akan Terjadi, Persaudaraan Saya dengan Prabowo Tidak Akan Pernah Selesai"

8 April 2019   14:51 Diperbarui: 8 April 2019   15:01 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kalimat itu menjadi penutup Jokowi dalam debat capres ke 4 tanggal 30 Maret 2019 kemarin. Dengan berbunga-bunga seluruh masyarakat Indonesia yang menonton debat capres tersebut memiliki harapan yang tinggi akan konsiliasi dan perdamaian diantara kedua kubu yang selama ini terbelah. Apalagi kalimat tersebut disambut dengan hangat oleh Prabowo seakan akan kita mengingat kembali momen pelukan erat Hanifan dengan Jokowi dan Prabowo ketika meraih medali emas di Asian Games 2018. Pada saat itu seraya ketegangan politik Indonesia mencair dan berubah penuh kehangatan.

Namun harapan itu berumur pendek. Sampai saat ini pendukung kedua kubu masih bertikai di media sosial. Di dunia nyata, kedua kubu masih gontok-gontokan ketika kampanye. Di lapangan kedua kubu masih saling menjelek-jelekan. Di televisi jubir kedua pihak masih saling menyerang. Bahkan represi terhadap kampanye Prabowo makin meningkat. Dan terakhir adanya insiden hampir tabrakan antara pesawat yang ditumpangi Prabowo dengan pesawat milik AU.

Kami hanya berharap insiden tersebut tidak disengaja, dan hanya persoalan kesalahah pahaman teknis. Meskipun susah tetap diterima dengan akal sehat, dan sampai sekarang otoritas bandara dan pemerintah belum mengeluarkan pernyataan sama sekali tentang hal itu. Jangan sampai janji persaudaraan Jokowi tersebut kembali menjadi janji-janji yang selama ini belum ditepati. Karena rakyat sudah jengah dengan perlakuan pemerintahan yang bermuka dua. Jangan sampai harapan rakyat kepada Prabowo menjadi pupus. Karena jika sudah tidak ada harapan lagi, maka rakyat boleh jadi akan turun ke jalan untuk menyelamatkan demokrasi. Seperti yang pernah dilakukan oleh Amien Rais tahun 1998. Jangan pernah melupakan sejarah.

Semoga kerukunan dan kedamaian selalu memayungi pesta demokrasi kita. Mengutip sebuah lagu almarhum Gombloh sejatinya sebagai bangsa Indonesia "Merah darahku, putih tulangku bersatu dalam semangatmu. Biarpun bumi berguncang kau tetap Indonesiaku, andaikan matahari terbit dari barat kau pun Indonesiaku.
Tak sebilah pedang yang tajam, dapat palingkan daku darimu". Semoga ada pelangi jingga di penghujung pesta demokrasi kita.

#savedemokrasi
#saveprabowo

Frank Wawolangi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun