Mohon tunggu...
MiLi
MiLi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ukir rasa dengan kata.

Education - Poetry

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Pertemuan Pertama, Damar

8 Juni 2023   18:30 Diperbarui: 8 Juni 2023   18:33 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Kenalin, aku Dira. Dan ini ceritaku di suatu sore bersama seorang kenalan bernama Damar.

Ting, suara notifikasi ponsel ku sore itu.

Rupanya Damar yang menghubungiku. Padahal aku lagi asik-asiknya baca novel di salah satu aplikasi baca oren.

“Damar : Ketemuan yuk Dir. Kita udah lama engga pernah ketemu kan.”

Ck, decakan ku kala itu. Kenapa selalu ngajak ketemu sih.

Aku punya alasan kenapa malas bertemu dengan nya. Lihat saja isi pesannya, “Kita udah lama engga pernah ketemu kan”, padahal aku dan Damar tidak pernah bertemu. Damar aneh.

“Oke, ketemu di warung makan ini ya. Nanti sore habis ashar.”

Akhirnya kalimat persetujuan yang aku kirim ke Damar.

Sesampainya di sana, aku sedikit terlambat. Tiba-tiba gugup menyerang. Do’a andalan pun keluar, bismillah ini cuma ketemu aja dan nothing special.

“Damar kan ?” itu kalimat yang aku ucapkan ketika pertama kali bertemu dengannya. Dia sedikit tersentak ketika aku mengulang pertanyaan, “ i..iya”.

“Dia ngelamun ?” batin ku. Pasalnya dia cukup lama terdiam melihat ke arahku.

Akhirnya dia pun menyudahi aksinya, disusul datangnya pesanan. Damar mendesak ku untuk segera mengeksekusi makanan itu. Namun urung aku lakukan, ingin aku berteriak di depan wajah Damar, “hey Damar, aku cuma mau bertemu, bukan makan”.  

Damar pun mengangguk tanda mengerti.

Aku hanya melihat Damar makan dengan tidak tenang nya. Tiba-tiba, srettt.

 

HAAHHAHAHA, di dalam hati aku menertawakan aksi konyol nya. Karena saking gugup nya, dia sampai menerbangkan makanan yang ada di tangannya. Ah entahlah Bagaimana bisa. “Eh Damar, ini tisu nya”, dengan santai aku menyodorkan tisu itu pada Damar. Dengan malu dia menerima. “Maaf ya”, itu kata Damar dengan cengirannya.

“Iya gapapa, santai aja makannya. Aku tungguin sampai selesai.”

Damar pun menurut. Diam-diam aku memandanginya dan memalingkan wajah sembari tersenyum. Pertemuan macam apa ini, Damar terlihat sangat konyol di pertemuan pertama. Tidak sesuai dengan usianya.

“Ekhemm”, rupanya Damar sudah selesai ketika aku asik memperhatikan sekitar. “Maaf ya”, lagi-lagi Damar meminta maaf. “Iya Damar, aku bisa ngerti ko”.

Waktu terus berjalan mengiringi obrolan kami, hingga terdengar kumandang adzan Maghrib. Aku dan Damar pun memutuskan untuk pulang. Ada sedikit perdebatan, Damar keukeu sekali mau mengantarkanku, padahal masing-masing membawa kendaraan sendiri, haduhh Damar ini.

Keputusannya, ya, aku diantar. Damar pun tersenyum, manis sekali.

Malam hari…

Damar ternyata menghubungiku tepat ketika aku memasuki rumah. Dia bilang, “maaf ya” lagi-lagi kata itu. Aduh Damar ini. Selanjutnya, “kamu manis sekali Dira, aku sempat termangu di awal kamu menyapaku. Aku melihat ada yang berdeda pada dirimu, sampai bisa membuat aku gugup dan adegan makanan terbangpun terjadi. Aku malu seklai. Kalau temna-temanku tau, habislah aku ditertawai”. Dan obrolan itu pun berlanjut hingga larut.

Ah Damar ini, ada-ada saja. Batinku setelah mengakhiri obrolan.

Sebenarnya, aku mengetahui siapa Damar. Namun aku sengaja bersikap seperti tidak mengenalnya. Karena aku memang pada dasarnya tidak mau mengurusi hal yang tidak penting. Menurut ku, Damar hanya sedang penasaran pada ku. Salah nya, aku malah benar-benar membuat Damar penasaran. Sampai detik ini pun Damar kerap menghubngiku dan membahas hal yang menjurus ke perasaan.

Ini yang aku tidak inginkan.

Aku dengan segala sikap dingin ku, malah membuat Damar semakin tertarik. “Oh Dira ! ingat selalu apa yang kamu pegnag sedari dulu”.  Batin ku, yang berhasil menjauhkan ku dari Damar.

Pertemuan pertama ku dengan Damar kala sore hari itu, tidak kusangka sedikit memporak porandakan apa yang sudah kususun rapih. Damar, seperti nama mu, cahaya dari api. Aku ingin meniupnya.

#Bagian I

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun