Akhirnya dia pun menyudahi aksinya, disusul datangnya pesanan. Damar mendesak ku untuk segera mengeksekusi makanan itu. Namun urung aku lakukan, ingin aku berteriak di depan wajah Damar, “hey Damar, aku cuma mau bertemu, bukan makan”.
Damar pun mengangguk tanda mengerti.
Aku hanya melihat Damar makan dengan tidak tenang nya. Tiba-tiba, srettt.
HAAHHAHAHA, di dalam hati aku menertawakan aksi konyol nya. Karena saking gugup nya, dia sampai menerbangkan makanan yang ada di tangannya. Ah entahlah Bagaimana bisa. “Eh Damar, ini tisu nya”, dengan santai aku menyodorkan tisu itu pada Damar. Dengan malu dia menerima. “Maaf ya”, itu kata Damar dengan cengirannya.
“Iya gapapa, santai aja makannya. Aku tungguin sampai selesai.”
Damar pun menurut. Diam-diam aku memandanginya dan memalingkan wajah sembari tersenyum. Pertemuan macam apa ini, Damar terlihat sangat konyol di pertemuan pertama. Tidak sesuai dengan usianya.
“Ekhemm”, rupanya Damar sudah selesai ketika aku asik memperhatikan sekitar. “Maaf ya”, lagi-lagi Damar meminta maaf. “Iya Damar, aku bisa ngerti ko”.
Waktu terus berjalan mengiringi obrolan kami, hingga terdengar kumandang adzan Maghrib. Aku dan Damar pun memutuskan untuk pulang. Ada sedikit perdebatan, Damar keukeu sekali mau mengantarkanku, padahal masing-masing membawa kendaraan sendiri, haduhh Damar ini.
Keputusannya, ya, aku diantar. Damar pun tersenyum, manis sekali.
Malam hari…