Selain harus menahan lapar dan haus selama 15 jam lebih, menyantap kuliner khas di Rusia menjadi tantangan saat waktu berbuka puasa.
Laporan:
Faiz Arsyad, Moskow, Rusia
Gorengan dan lontong tentu saja sulit ditemukan saat berbuka puasa di Moskow. Padahal, bagi masyarakat Indonesia, kuliner itu menjadi menu favorit di tanah air.
Kalau pun ingin menyantap menu-menu Indonesia di Moskow saat buka puasa. Harus bergeser ke kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
"Kalau di KBRI pasti ada menu-menu Indonesia, mulai bakwan, lontong sampai rendang.Tapi kan harus ada acara buka puasa bersama di sana," papar Faiz, Mahasiswa S2 di HSE University, Moskow.
Sejauh ini, sambung Faiz, dia bersama sejumlah mahasiswa Indonesia buka puasa bersama di masjid. Lidah pelajar Indonesia tentu saja harus menyesuaikan dengan menu-menu Rusia.
Biasanya, menu berbuka yang tersaji di sana antara lain: , , , nasi kebuli, sup dan roti.
"Mau tidak mau, kami menyesuaikan dengan menu-menu itu," imbuh warga Harapan Indah Bekasi ini.
Hal lain yang berbeda dengan kondisi puasa di Rusia, sambung Faiz, adalah tidak adanya bagi-bagi takzil di jalanan.
"Di sini tidak ada bagi-bagi takzil di jalanan. Kecuali, kalau instansi yang menyelenggarakan," beber Faiz lagi.
Suasana Ramadan di tengah invasi Rusia ke Ukraina, tidak banyak berpengaruh kepada kehidupan masyarakat Rusia. Termasuk bagi pelajar-pelajar Indonesia di Rusia.
"Sejauh ini tidak ada masalah dengan kehidupan di sini. Hanya memang ada dampaknya dengan kenaikan harga dan kelangkaan barang di sini," papar mahasiswa yang tinggal di wilayah Karavaevo, Kostroma.
Beberapa barang yang mengalami kelangkaan dan kenaikan harga, tambah Faiz, di antaranya: gula, telur, minyak, susu, daging dan ikan.(*/Faiz)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI