Kontestasi pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Surabaya cukup menarik untuk diperhatikan segala aspeknya, karena semua Paslon mengakui kepemimpinan Surabaya sebelumnya di bawah pimpinan Tri Risma Harini dinilai sukses menjadikan wajah Surabaya lebih baik.
Dengan kesuksesan Tri Risma Harini, sebagai Walikota perumpuan terbaik dunia, sempat diundang ke beberapa negara untuk menerima penghargaan termasuk ke Turkey dan disambut langsung oleh Presiden Recep Toyib Erdogan.
Semua kalangan tidak bisa mengelak peran Tri Risma Harini yang telah berhasil mengharumkan nama Surabaya di kancah Internasional.
Prestasi Risma kemudian dimanfaatkan oleh semua bakal calon, dengan melegitimasi dirinya sebagai sosok yang akan meneruskan Risma. Utamanya Paslon nomor urut satu Eri Cahyadi - Armuji.
Eri Cahyadi - Armuji sebagai orang yang mempunyai latar belakang partai yang sama dengan Risma, dan  Eri Cahyadi sendiri juga sebagai bagian bawahan Risma dengan menjadi kepala Bapekko, memanfaatkan kedekatannya, untuk mengklaim diri sebagai calon Walikota yang akan mewarisi prestasi Risma.
Semua unsur kampanye Paslon Eri Cahyadi - Armuji tampil serba Risma, mulai dari baner - Baner besar yang disebar disetiap sudut Surabaya menyertakan foto Risma, lengkap dengan pesannya, "Iki penerusku Rek."
Slogan Meneruskan Kebaikan juga terpampang di setiap baner Eri Cahyadi - Armuji, padahal secara prestasi dari Eri Cahyadi atau Armuji tidak ada sama sekali yang mendekati Risma.
Mirisnya lagi Eri Cahyadi - Armuji ketika ditanya tentang program kedepan, hanya mampu menjawab "Kami akan meneruskan programnya Bu Risma" tidak lebih dari itu.
Kenyataan ini banyak yang menyayangkan sebab sangat ambigu, antara sosok Eri Cahyadi - Armuji yang miskin narasi dan prestasi sama sekali tidak ada kemiripan dan kesesuaian.
Slogan Meneruskan Kebaikan  dan jawaban "meneruskan program Bu Risma" lebih ambigu lagi, karena jawaban semacam itu, bisa di jawab oleh siapapun, bahkan oleh tukang becak sekalipun.
Risma dengan program - programnya hadir dan sukses karena susuai dengan kondisi permasalahan pada saat itu, kalau jawabannya meneruskan program Risma, sama halnya Eri Cahyadi - Armuji tidak punya inovasi untuk kebutuhan Surabaya yang sangat dinamis dan tantangan kedepannya akan jauh berbeda dengan kondisi Surabaya saat periode Risma.
Eri Cahyadi - Armuji berlindung dibawah bayang Risma, dan butuh nama Risma untuk menaikkan elektabilitasnya, bukan murni kualitas personal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H