Mohon tunggu...
Milda
Milda Mohon Tunggu... Pelajar -

Akulah pengagum dari kegelapan yang amat butuh dirimu sebagai penerang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen| Single Fii Sabilillah

25 Desember 2018   09:06 Diperbarui: 25 Desember 2018   09:10 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rabu pagi, aku mulai masuk sekolah seperti biasa,tapi ketika aku berpamitan.
Aku melihat ada seseorang yang sudah menungguku didepan rumah. Lelaki itu mengharap ke barat mengendarai sepeda motor merk Scoopy berwarna putih, dia duduk diatas motor dan kelihatan sudah lama menunggu.

"Ayo naik" katanya
"Makasih aku naik kendaraan umum aja"
"Aku bela-bela in nunggu sejam loh!"
" Emang tau rumah aku dari mana?"
"Dari anak-anak kelas. Udah buruan naik!"
Dengan perasaan kesal,aku mulai menaiki motor yang ia suruh.
Dijalan tak ada satu kata pun yang kuungkap. Ternyata dia membawaku ke suatu tempat yang belum pernah ku kunjungi sebelumnya,yang menurutku sangat indah.

Di tempat itu, menurutku sejenis taman dipusat kota. Ia mengungkapkan semua perasaannya terhadapku.
"Hei! kamu sudah gila ya! Kita baru kenal 3 hari yang lalu!!" kataku.
" Jadi kamu menolak? Ya sudah tak apa, aku harus tahu diri." katanya.

Dijalan, menuju ke sekolah tiba-tiba hujan deras mengguyur. Lalu motor Fikri pun menepi untuk berteduh sebentar. Kemudian ia pasangkan jaket bomber hitam ke pundakku. Aku merasa sangat tidak enak, dia sangat baik kepadaku. Hujan pun mulai mereda.

Ketika bel pulang sekolah,aku langsung buru-buru meninggalkan ruangan kelasku dan mencari kendaraan umum untuk bisa sampai kerumah. Dirumah aku memikirkan kembali yang telah terjadi pagi tadi. Aku merasa ada yang ganjal. Tapi ini adalah rasa dilema yang pertama kali kurasakan.

Aku pun membuka WhatsApp Messengger dan mulai menjelaskan alasanku menolak Fikri.

"Untuk saat ini, aku memang tak mau menjalin hubungan dengan siapapun, karena bagiku hal itu hanya membuang waktu saja,  kalau dia memang jodoh kita ya tak apa? kalau bukan? toh ibaratnya hanya meminjam jodoh orang saja. Aku sekarang hanya fokus untuk memperbaiki diri dan memperbaiki akhlakku. Agar nanti aku sudah bisa disebut pantas jika bertemu jodohku yang sebenarnya. Aku tak mau  terjerumus ke dalam pusaran zina. Terimakasih sudah baik kepadaku, aku minta maaf karena belum bisa menerima cintamu." Ketikku.

Fikri: "iya tak apa-apa aku baru mengerti jika ingin mendapatkan yang terbaik caranya pun tidak mudah. Aku pun akan belajar memantaskan diri dan bekerja keras untuk bisa lebih cepat melamarmu kemudian menghalalkanmu."

"Ingat sekali lagi, aku tak butuh janji dan komitmen darimu. Aku hanya butuh bukti nyata. Dan aku tak mau menunggu tanpa kepastian. Jika suatu saat kau sudah siap, datanglah kerumahku bersama orangtuamu. Terimakasih."

Tiga tahun berlalu, kelulusan pun tiba. Kami pun sudah tak pernah berkomunikasi satu sama lain. Dan aku sudah tidak mengharapkannya lagi. Dan setahun berlalu, teman-temanku mengajak reuni untuk mengenang masa SMA dulu. Tetapi tak full team karena Fikri tak hadir. 

6 bulan berlalu. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang datang kerumahku. Aku pikir ia ingin melamar kakaku, sebab kata kakakku esok ia akan dilamar seseorang. Ternyata lelaki yang datang ialah Fikri ia datang bersama Ibu dan Bapaknya. Aku terkejut, "bukan kah dia sudah menghilang 1 tahun lebih?" pikirku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun