Kita tahu bersama bahwa kegiatan menyetrika dengan setrika listrik itu menjadi salah satu penyedot terbesar dalam tagihan listrik rumah kita. Ibu saya sudah mengajarkan saya untuk irit listrik dengan menggunakan setrika arang pada saat itu. Selanjutnya di kemudian hari, jadwal menyetrika sekali seminggu itu juga turut mengajarkan saya untuk lebih bijaksana dengan konsumsi listrik sehari-hari.Â
Hal jadwal yang saya sebutkan sebelumnya, ternyata juga berhubungan dengan kualitas ketiga yang diajarkan ibu saya yaitu self-management atau kemampuan untuk mengatur diri sendiri. Bayangkan apa yang terjadi jika ternyata selagi minggu sekolah berjalan, saya kekurangan seragam sekolah karena tidak menghitung seragam yang sudah disetrika. Ternyata seragam yang saya butuhkan masih teronggok di sudut kamar karena belum dicuci. Itu bisa terjadi dan anda bisa membayangkan usaha yang harus saya lakukan untuk memulai kegiatan menyetrika mengingat saya menggunakan setrika arang yang pada zaman sekarang ini sangat tidak praktis. Menyetrika sekali seminggu setidaknya mengajarkan saya suatu kesiapan jauh sebelum sesuatu terjadi. Â
Sesungguhnya ada kualitas-kualitas lain yang secara sadar tidak sadar telah diajarkan oleh prinsip yang diterapkan ibu saya kepada anak-anaknya. Seperti teamwork, Â kepatuhan, efisiensi dan lain-lain. Jika dijabarkan disini akan panjang sekali. Selain banyak kualitas yang baik dari satu kegiatan rumah tangga yang diajarkan ibu saya, ada banyak kegiatan lain yang juga memiliki pelajaran tersendiri di bidangnya. Saya akan menceritakannya di tulisan yang selanjutnya. Dan semua itu saya pelajari dari sesosok orang yang sangat dekat di dalam kehidupan saya, yaitu ibu saya.Â
Saya tidak pernah menyesali ataupun malu dengan pengalaman hidup itu, justru perjuangan menyetrika dengan setrika arang telah membentuk saya untuk lebih puas mengerjakan sesuatu hal dengan tangan sendiri. Hingga kini sejauh saya bisa melakukannya, saya memilih untuk melakukannya sendiri.Â
Zaman sekarang kegiatan ini mungkin tidak populer lagi karena tersedianya jasa binatu ataupun asisten rumah tangga yang siap sedia mencuci dan menyetrika setiap saat. Namun, saya bersyukur pernah mengalami proses pembentukan melalui kegiatan yang diajarkan ibu saya. Melihat fenomena yang dialami anak saya di zaman yang serba instan dan cepat ini, saya tertantang untuk memikirkan dan menyediakan sarana belajar tentang ketrampilan hidup yang dapat dilatih oleh anak saya di rumah dengan media yang berbeda dan lebih kontekstual di zamannya. Suatu saat mungkin dia akan merasa ingin meminjam lengan ibunya, seperti yang pernah saya rasakan dulu. Namun saya tahu dan sadar bahwa "kemanapun dia akan pergi nantinya, dia tidak akan membawa-bawa lengan ibunya".Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H