Mohon tunggu...
Milchazena
Milchazena Mohon Tunggu... Dosen - .

Seorang wanita yang sedang belajar menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Hidup Orang Lain Lebih Bahagia, Kata Siapa? Kata Media Sosial!

11 Oktober 2019   17:54 Diperbarui: 17 Oktober 2019   12:45 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersantai sambil menjelajah media sosial memang sudah menjadi hobi, bahkan kebutuhan bagi masyarakat saat ini (tak terkecuali bagi saya sendiri). Berdasarkan hasil riset Wearesosial Hootsuite, pengguna media sosial di Indonesia kini telah mencapai 150 juta, atau 56% dari total populasi.

Dengan komunitas pengguna yang begitu besar, sudah barang tentu media sosial menjadi sangat adiktif, mendapatkan berbagai informasi dan update dari orang-orang yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal.

Saya yakin, bukan saya saja yang terkadang (atau seringkali) merasa bahwa orang lain menjalani hidup yang lebih menyenangkan.

Berbagai foto dan konten diunggah ke media sosial, dari mulai gaya berpakaian yang keren, barang-barang mahal, keluarga bahagia, pekerjaan bergengsi, hingga liburan ke berbagai tempat di seluruh dunia, membuat saya merasa sangat "kecil" dan tidak berarti dibandingkan orang lain.

Fear of Missing Out, atau FOMO, adalah fenomena yang sedang saya alami. FOMO berarti persepsi bahwa orang lain memiliki hidup yang lebih baik, dan berpotensi melukai kepercayaan diri seseorang hingga berdampak pada demotivasi dan depresi.

Parahnya, fenomena ini semakin umum dialami oleh banyak netizen. Padahal, dunia ini tidak seindah postingan selebgram. Berbagai cara saya lakukan untuk dapat menapakkan kaki kembali ke tanah, ke realita yang sebenarnya.

1. Mempelajari Fenomena FOMO
Kenali dulu bahwa FOMO ini adalah fenomena yang dialami banyak orang dan dapat dihindari. Saat merasa hidup kita lebih buruk dari para selebgram (atau dari teman-teman kita), ingatlah bahwa ribuan bahkan mungkin jutaan orang lainnya juga merasa demikian.

Anda tidak sendiri, dan bahkan orang-orang yang Anda kira memiliki hidup lebih baik, dapat saja merasakan FOMO!

2. Menghabiskan Lebih Banyak Waktu di Dunia Nyata
Sering-seringlah berkaca pada realita, kurangi waktu berselancar di dunia maya. Beberapa waktu ini saya memaksakan diri untuk bertemu teman-teman lama, yang biasanya hanya menyambung komunikasi via media sosial.

Bertemu dengan "manusia asli", ternyata banyak mengubah perspektif saya mengenai hidup. Mengobrol dan bertukar pikiran secara langsung, menyebabkan saya mengetahui bahwa akun media sosial mereka hanya menampilkan satu sisi kehidupannya saja.

Seorang teman yang saya kagumi karena pandai mendidik anak (saya terkesima setiap menonton video unggahannya terkait perkembangan sang anak), ternyata memiliki kecemasan bahwa ia belum menjadi ibu yang baik.

Bagaimana bisa ia merasa demikian? Bukan dari komentar dokter spesialis anak (yang sebenarnya mengatakan bahwa sang anak baik-baik saja), namun dari unggahan ibu-ibu yang lain yang membuatnya minder!

Seorang rekan kerja saya yang terlihat selalu berlibur ke penjuru dunia, ternyata menghabiskan mayoritas waktunya bekerja di kantor hingga larut malam. Mereka pun manusia juga dengan segala kelebihan dan kekurangan, sama seperti kita!

3. Mengetahui Proses Pembuatan Konten
Tidak perlu mempelajari teknik pembuatan konten hingga khatam, Anda cukup mengetahui secara garis besar apa saja yang harus dilakukan seseorang untuk dapat mengunggah sebuah konten.

Sebuah foto selfie yang menawan didapatkan dari puluhan hingga ratusan selfie yang gagal. Video tur rumah dan kamar yang menakjubkan, didapatkan setelah seharian melalui kegiatan merapihkan dan membereskan.

Video tutorial makeup didapatkan dari serangkaian proses shooting dan editing yang panjang. Konten adalah sebuah karya seni, yang mana dalam pengerjaannya banyak membuang bagian-bagian yang "tidak layak konsumsi" untuk mendapatkan hasil akhir yang mengagumkan. Beruntung saya memiliki pengalaman di kantor soal pekerjaan membuat konten.

Sebuah video singkat berdurasi tiga menit, bisa membutuhkan waktu 24 jam untuk shooting dan seminggu untuk editing! Konten adalah karya seni untuk dinikmati dan bukan kehidupan yang dijalani 24 jam sehari, 7 hari seminggu.

4. Banyak Bersyukur
Setiap orang pasti mengalami tantangan dalam hidupnya. Ada yang berjuang dengan tantangan finansial, kesehatan, keluarga, maupun pekerjaan. Beberapa tantangan tersebut terlalu sensitif dan tabu untuk diunggah ke media sosial. Untuk apa juga mengunggah hal yang sedih-sedih, kan?

Oleh karenanya, pahami bahwa postingan media sosial yang menarik bukan berarti hidup orang tersebut 100% sempurna. Bahkan, mayoritas orang-orang yang tengah dilanda kesulitan, tidak memiliki waktu atau motivasi untuk aktif di media sosial.

Lihat hal-hal baik di sekeliling Anda, yang belum tentu dimiliki oleh orang lain. Ucapkan terima kasih atas karunia Tuhan, bersyukur, dan tersenyumlah.

Tidak perlu berlomba-lomba dalam mengunggah konten paling "wow" di antara teman-teman kita. Sejatinya, media sosial adalah alat untuk berkomunikasi dan mengekspresikan diri.

Media sosial hanya sebagian kecil dari keseluruhan hidup seseorang. Jangan sampai kita menghabiskan banyak waktu dan biaya, untuk melakukan hal yang kita tidak suka, demi menarik perhatian orang-orang yang belum tentu kita kenal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun