Mohon tunggu...
MILA UTAMI S
MILA UTAMI S Mohon Tunggu... Diplomat - Researcher personality

Singing | Energy and Policy

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menilik Kinerja Holding BUMN Pertambangan

8 Juni 2021   07:52 Diperbarui: 8 Juni 2021   08:10 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pada November 2017, Pemerintah telah membuat Holding Industri Pertambangan Indonesia dimana INALUM sebagai Induk Usaha Holding dengan anggota holding yaitu PT. Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk., PT Timah Tbk., dan PT Freeport Indonesia dengan INALUM sebagai pemegang saham terbesar yaitu 65% saham PT Aneka Tambang Tbk., 65.93% saham PT Bukit Asam Tbk., 65% saham, 65% saham PT Timah Tbk., dan 51,23% (26,23% INALUM dan 25% PT IPMM) saham PT Freeport Indonesia. 

Pada Agustus 2019, Holding Industri Pertambangan bertransformasi menjadi MIND ID atau Mining Industry Indonesia yang menaungi lima perusahaan industri pertambangan terbesar di Indonesia, yaitu PT Aneka Tambang Tbk., PT Bukit Asam Tbk., PT Freeport Indonesia, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), dan PT Timah Tbk. Pada tahun yang sama, MIND ID juga membeli 20% saham PT Vale Indonesia Tbk. Tujuan dari pembentukan holding ini yaitu untuk mensinergiskan kinerja lima perusahaan tambang terbesari di Indonesia dalam mengeksplorasi dan mengelola potensi sumber daya mineral yang bertanggungjawab dan berkelanjutan guna membangun peradaban, menyejahterakan bangsa dan menciptakan masa depan Indonesia yang lebih baik.

Sejak dilakukan Holding Industri Pertambangan, tercatat ada Desember 2018, Holding Industri Pertambangan mampu memperoleh Pendapatan Konsolidasi sebesar Rp 65,2 triliun, tumbuh 38% dari tahun 2017 (awal pembentukan holding), dengan EBITDA Konsolidasi mencapai Rp 18,5 triliun atau tumbuh 50% dari tahun 2017 dan Laba Bersih (Net Income) Konsolidasi yang diperoleh mencapai Rp 10,5 triliun atau tumbuh 54% dari tahun 2017. Berdasarkan Ikhtisar Kinerja Keuangan MIND ID, tercatat bahwa pada 2019, Pendapatan Konsolidasi MIND ID sebesar Rp 80,63 trilliun atau tumbuh 23,67% dari 2018 dengan EBITDA Konsolidasi sebesar Rp 10,7 triliun atau tumbuh 42,16% dari 2018 dengan Laba Bersih mencapai Rp 0,025T atau Rp 24,5 miliar. 

Sedangkan pada 2020, Pendapatan Konsolidasi MIND ID hanya mencapai Rp 66,57 T atau turun 17,4% namun EBIDTA Konsilidasi naik 64,1% menjadi Rp 16,9 triliun dengan Laba Bersih Rp 1,82 triliun atau naik 7318,2%. Pada kuartal I 2021 (akhir Maret), MIND ID berhasil mencatat Pendapatan sebesar Rp 19,2 triliun, Laba Bersih sebesar Rp 1,6 triliun atau naik dibandingkan kuartal I pada 2020 yang rugi bersih sebesar Rp 1,01 triliun, EBITDA mencapai Rp 4,3 triliun dengan nilai aset mencapai Rp 187,4 triliun. Pendapatan MIND ID diperoleh dari 29,1% emas; 21,5% timah; 25,9% batubara; 7% ferronickel; 2,9% biji nikel dan 3,7% lain - lain.

Pada 2019, transaksi MIND ID secara keseluruhan tidak sebaik 2018. Hal ini disebabkan oleh penurunan harga jual komoditas, pembatasan impor serta peningkatan harga bahan baku. Penurunan harga komoditas sangat mempengaruhi kinerja perusahaan terutama pada komoditas batubara dan timah. 

Pada Laporan Tahunan INALUM 2019, Komisaris Utama MIND ID, Agus Tjahajana Wirakusumah menyebutkan bahwa pertumbuhan industri manufaktur secara umum pada 2019 berdampak negative pada sector pertambangan akibat ketidakpastian perkembangan politik global dikarena berbagai aspek eksternal seperti perang dagang Amerika Serikat dengan Tiongkok, perkembangan politik di Timur Tengah serta Jepang dengan Korea Selatan yang terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dimana indeks sector pertambangan tumbuh negatif 12,83%. Selain aspek ekternal, beberapa isu utama yang terjadi pada 2019 yaitu tentang perlindungan lingkungan, penyediaan material secara bertanggung jawab serta kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan.

Sedangkan pada 2020, ditengah masa pandemic COVID-19 INALUM mencatat kinerja produksi (unaudited) Aluminium yang positif. Perusahaan mencatat produksi Aluminium Ingot, Billet dan Foundry Alloy dengan total sebesar 245 ribu ton atau 101% dibandingkan target RKAP-P 2020 sebesar 242 ribu ton. Adanya peningkatan kinerja keuangan INALUM atau MIND ID pada 2020 disebabkan adanya pembaguan laba bersih dari PT Freeport Indonesia yang mencapai Rp 2,09 triliun. 

Selain itu, laba dari entitas asosiasi juga melonjak menjadi Rp 1,93 triliun dan laba bersih dari entitas ventura bersama mencapai Rp 481,3 miliar. Sedangkan penurunan pendapatan MIND ID pada 2020 dikarenakan penurunan penjualan semua komoditas perseroan dimana penjualan emas turun menjadi Rp 19,35 triliun pada 2020 dari Rp 22,46 triliun pada 2019, batu bara menjadi Rp 17,27 triliun dari Rp 21,42 triliun pada 2019, logam timah menjadi Rp 14,31 triliun dari Rp 18,11 triliun, penjualan aluminium turun menjadi Rp 6,55 triliun dari Rp 6,91 triliun pada 2019, feronikel turun menjadi Rp 4,66 triliun dari Rp 4,87 triliun, bijih nikel Rp 1,96 triliun dari Rp 3,78 triliun, dan lainnya menjadi Rp 2,08 triliun dari Rp 2,37 triliun.

Pada kuartal I 2021, Direktur Utama MIND ID, Orias Petrus Moedak mengatakan bahwa kinerja keuangan MIND ID pada kuartal I 2021 dipengaruhi dari peningkatan produksi dan penjualan beberapa komoditas seperti bijih nikel, bijih bauksit, dan emas. Produksi bijih nikel naik menjadi 2,65 juta ton dari 629.000 ton pada kuartal I/2020, dengan penjualan sepanjang kuartal I/2021 mencapai 1,59 juta ton. 

Produksi bijih bauksit meningkat dari 332.000 ton pada kuartal I/2020 menjadi 563.000 ton dengan penjualan yang meningkat dari 55.000 ton pada kuartal I/2020 menjadi 385.000 ton. Produksi alumunium meningkat dari 60.000 ton menjadi 62.000 ton dan penjualannya naik dari 59.000 ton pada kuartal I/2020 menjadi 61.000 ton pada kuartal I/2021. Penjualan emas juga mengalami peningkatan signifikan dari 4,8 troy ounce pada kuartal I/2020 menjadi 7,4 troy ounce pada kuartal I/2021. Sejauh ini kinerja MIND ID dan beserta anggota holding termasuk baik.

RENCANA IPO

MIND ID berencana untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) dalam tiga tahun kedepan dan tahun ini masih dalam tagap persiapan dengan memisahkan MIND ID dan INALUM Operating. Menurut Direktur Utama MIND ID, Orias Petrus Moedak mengatakan bawah INALUM Operating akan berdiri sendiri begitu juga dengan MIND ID. INALUM Operating merupakan anak perusahaan dari INALUM atau MIND ID. Selain MIND ID akan ada 14 BUMN dan anak usaha yang akan masuk dalam bursa saham pada 2023 seperti Pertamina International Shipping, Pertamina Geothermal Energy (PGE), Pertamina Hulu, Pembangkit Listrik Tenaga Uap, Pertamina Hilir, dan lainnya.

Menurut pengamat BUMN dari Universitas Indonesia, Toto Pranoto mengatakan rancana IPO MIND ID menjadi alternatif pendanaan jika kebutuhan CAPEX semakin besar seiring dengan adanya rencana hilirisasi yang sedang didorong pemerintah. Selain itu, dengan MIND ID menjadi perusahaan terbuka unsur Good Corporate Governance (GCG) perusahaan dapat dijaga dan kreditibilitas menjadi lebih baik sehingga menjadi daya tarik bagi investor. Toto Pranoto juga menambahkan bawa dalam pelaksanaan IPO ada berberapa hal yang harus dipertimbangkan seperti regulasi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) pada anak usaha maupun aset. 

Selain itu, MIND ID perlu menjaga atau meningkatkan penguasaan aset tambang nasional. Beliau juga menyarankan agar alue creation dapat tetap dijaga yakni dengan mendorong kegiatan eksplorasi sehingga memberi nilai tambah bagi nasional. Namun menurut, Wakil Ketua Komisi VII Eddy Soeparno mengatakan bahwa masih perlu kajian mendalam terkait pelaksanaan IPO karena menyangkut aset vital negara dan IPO pada holding company akan menarik minat yang lebih besar dibandingkan operating company. Selain itu, perlu dicermati penggunaan dana yang diperoleh dari IPO.

Sedangkan menurut Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat beranggapan bahwa IPO dapat menjadi penggalangan dana eksternal yang tepat sehingga tidak menambah beban liabilitas MIND dan harga saham yang menarik akan marik investor di pasar modal. Namun Teguh Hidayat juga menyarankan agar IPO tidak direncanakan dalam waktu dekan dikarenakan Bursa Efek Indonesia bisa jadi masih kurang menarik di mata calon investor, isu Papua masih panas sehingga dapat memici konflik politik. Lebih lanjur, Teguh menambahkan agar realisasi IPO dilakukan apabila Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah kembali pulih ke level 6.500 hingga 7.000, dan isu Papua sudah mereda. Sementara jika MIND ID membutuhkan dana dalam waktu cepat, Teguh menyarankan agara MIND ID memilih opsi pendanaan eksternal dari perbankan.

Direktur Kajian Strategi Sumber Daya Alam (Cirrus), Budi Santoso menilai sebaiknya opsi IPO MIND ID tidak diambil dan lebih baik memilih opsi lain seperti mencari pinjaman perbankan dari bank-bank BUMN dalam menghimpun pendanaan eksternal seperti melibatkan bank-bank BUMN sehingga manfaatnya juga akan ke pemerintah dan kepemilikan masih nasional.

Jika melihat bahwa MIND ID merupakan Holding Industri Pertambangan Indonesia yang dipimpin oleh perusahaan tambang BUMN berbentuk Persero dan juga Perseroan Terbatas yang menguasai saham negara di kelima anggota holding artinya aset yang dikelola oleh MIND ID adalah aset negara. 

Berdasarkan UU No. 19 tahun 2013 tentang Badan Usaha Milik Negara pasal 77 point D tertulis “Persero yang bergerak di bidang usaha sumber daya alam yang secara tegas berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan dilarang untuk diprivatisasi”. Privatisasi sendiri adalah usaha meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemilikan saham Persero dengan menjual saham perusahaan atau Persero tersebut. MIND ID sendiri mengelola aset negara sehingga perlu dipertanyakan kembali aset atau saham siapa yang akan ditawarkan dalam Bursa Efek Indonesia? Saham Persero dalam hal ini PT INALUM (Persero) atau anak perusahaan?

Rencana IPO MIND ID dan INALUM Operating haruslah dirancang dan dipersiapkan secara matang baik dari sisi strategi pasar, ekonomi hingga hukum. IPO memang baik untuk menambah keuntungan suatu perusahaan namun perlu diingat bahwa IPO juga bisa mengalami kegagalan yang dapat mengakibatkan kerugian yang besar atau kehilangan penguasaan aset walaupun perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan dari perusahaan BUMN (Persero) namun dampaknya juga akan dirasakan oleh perusahaan BUMN tersebut yang mengakibatkan kinerja BUMN akan memburuk sehingga target yang diinginkan tidak tercapai dan apabila kinerja BUMN buruk akan berdampak pada pendapatan negara atau bisa merugikan negara.

DAFTAR PUSTAKA :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun