Awal mula perjalanan Danarto saat ia masih duduk di bangku SMP. Danarto memuat tulisannya di majalah Si Kuncung taun 1958. Pada tahun 1968 ia memuat salah satu cerpen di majalah Horison dan membuat dirinya mulai dikenal publik sastra Indonesia. Cerpennya pun berhasil menjadi cerpen terbaik majalah Horison tahun 1968.
Danarto juga dikenal sebagai pelukis, pada tahun 1959-1964. Danarto pernah bergabung dengan Sanggar bersama Soenarto Pr, Mulyadi W., Syahwil, Handogo, dan Wardoyo sebagai pendiri Sanggar Bambu. Bambu melaksanakan berbagai pameran lukisan, seni rupa, teater, musik, dan seni tari.
Selain pelukis, ia juga aktif di dunia teater. Dia adalah penata pentas pagelaran teater Bengkel Teater Rendra, Teater Kecil Arifin C. Noer, pementasan-pementasan Ikranegara, dan pagelaran tari Sardono W. Kusumo. Bersama Sardono, Danarto sempat keliling Eropa dengan pagelaran tari "Dongeng Dari Dirah" dalam rangka Festival Fantastique (1974). Danarto juga pernah pergi ke Osaka, Jepang untuk mengikuti Expo '70. Pengalamannya yang lain pada tahun 1983 Danarto mengikuti International Poetry Reading di Rotterdam. Dia juga menulis naskah drama dan pernah membantu tata artistik film, antara lain Mutiara dalam Lumpur (1972) dan Suci Sang Primadona (1977).
Karya Danarto
Kumpulan cerpen:
1. Godlob (1975): Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Abracadabra oleh Harry Aveling, pengamat sastra Indonesia dari Australia.
2. Adam Ma'rifat (1982): Â Memenangkan Hadiah Sastra 1982 Dewan Kesenian Jakarta, dan Hadiah Buku Utama 1982
3. Orang Jawa Naik Haji (1984)
4. Berhala (1987)
5. Gergasi (1993)
6. Setangkai Melati di Sayap Jibril (2001)
7. Kacapiring (2008)
Drama:
1. Obrok Owok-Owok, Ebrek Ewek-Ewek (1976)
2. Bel Geduwel Beh (1976)
Novel
1. Asmaraloka (1999)
Kumpulan Essai
1. Gerak-Gerak Allah (1996)
Wafat Danarto
Sastrawan Danarto meninggal dunia pada Selasa, 10 April 2018, pukul 20.54 WIB di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) RS Fatmawati akibat tertabrak sepeda motor di Kampung Utan, Ciputat. Kala itu dia sedang menyeberang jalan.
Noorca M Massardi, yang juga seorang sastrawan Indonesia, mengungkapkan pria yang akan genap berusia 78 tahun itu merupakan sosok seniman santun, selalu rapi, senang makan enak dan mentraktir orang, serta memberi hadiah kepada orang lain.