Kenakalan Remaja: Memahami Perilaku Menyimpang dari Perspektif Sosial
Oleh: Mila Sebmi Angglepi, Vera Sardila
Kenakalan remaja sering kali menjadi topik hangat yang dibicarakan, baik di media sosial maupun dalam percakapan sehari-hari. Mulai dari perkelahian antar siswa, penyalahgunaan narkoba, hingga perilaku kriminal yang melibatkan anak muda, semuanya mencerminkan suatu fenomena yang perlu kita cermati bersama. Kenakalan remaja sering dianggap sebagai permasalahan individu atau akibat kegagalan pendidikan keluarga, namun seharusnya kita melihatnya dengan lebih luas, mengingat banyak faktor sosial yang turut mempengaruhi.
Kenakalan remaja bukan hanya sekadar masalah perilaku buruk, tetapi lebih merupakan respons terhadap berbagai tantangan yang dihadapi oleh remaja dalam kehidupan mereka. Dalam artikel ini, kita akan membahas kenakalan remaja dengan perspektif yang lebih luas, yaitu melalui teori-teori sosial yang sudah dikemukakan oleh beberapa sosiolog terkemuka, serta pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga, teman sebaya, dan media massa.
Kenapa Kenakalan Remaja Bisa Terjadi?
Salah satu alasan kenapa remaja sering kali terlibat dalam perilaku menyimpang adalah ketidakseimbangan antara harapan masyarakat dan cara yang sah untuk mencapainya. Emile Durkheim, seorang sosiolog terkenal, memperkenalkan konsep teori anomie yang menjelaskan bahwa kenakalan bisa muncul ketika terdapat ketidaksesuaian antara tujuan sosial yang ingin dicapai dan cara yang sah untuk mencapainya.
Misalnya, dalam masyarakat yang sangat menghargai kesuksesan akademik dan status sosial, seorang remaja yang merasa tidak mampu mencapainya melalui cara yang sah, seperti belajar atau bekerja keras, bisa mencari jalan pintas. Mereka mungkin terlibat dalam kekerasan atau bahkan tindak kriminal sebagai cara untuk mendapatkan perhatian atau prestasi yang diinginkan. Seperti yang ditulis oleh Schwartz dan McDonald (2021), "Ketika remaja merasa terhalang oleh sistem sosial, mereka seringkali mencari jalan lain yang lebih cepat meskipun itu melanggar norma sosial yang berlaku" (hlm. 134).
Pengaruh Teman Sebaya dalam Kenakalan Remaja
Tak bisa dipungkiri, masa remaja adalah periode di mana seseorang mulai mencari jati diri dan penerimaan dari lingkungan sekitarnya. Teman sebaya, sebagai kelompok sosial yang paling dekat dengan remaja, memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan perilaku mereka. Teori diferensial asosiasi yang dikemukakan oleh Edwin Sutherland menegaskan bahwa perilaku kenakalan dipelajari melalui interaksi dengan orang lain, terutama teman sebaya.
Remaja yang sering bergaul dengan kelompok yang memiliki norma menyimpang, seperti kelompok yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba atau kekerasan, lebih mungkin untuk meniru perilaku tersebut. Jenkins (2022) dalam penelitiannya menyatakan, "Remaja cenderung meniru perilaku teman-temannya yang mereka anggap sebagai sumber pengakuan sosial, dan ini seringkali berujung pada perilaku negatif atau kriminal" (hlm. 102).
Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh teman sebaya sangat besar dalam membentuk perilaku remaja, dan ketika remaja berada dalam lingkungan yang mendukung perilaku menyimpang, mereka lebih cenderung untuk terlibat dalam kegiatan negatif tersebut.
Ketidaksetaraan Sosial dan Kenakalan Remaja
Selain faktor lingkungan sosial, ketidaksetaraan sosial juga mempengaruhi kenakalan remaja. Karl Marx, melalui teori konflik, menyatakan bahwa ketidakadilan sosial, baik dalam hal ekonomi maupun struktur sosial lainnya, dapat menyebabkan individu merasa teralienasi dan terpinggirkan. Dalam konteks remaja, ini berarti mereka yang hidup dalam kemiskinan atau ketidakpastian sosial lebih rentan terhadap perilaku menyimpang.
Remaja yang merasa terhambat oleh sistem sosial yang tidak adil sering kali merespons dengan perilaku yang dianggap menyimpang. Sebagai contoh, remaja yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kemiskinan dan kekerasan mungkin merasa bahwa mereka tidak memiliki kesempatan yang sama untuk sukses, dan akibatnya mereka mencari cara lain untuk mendapatkan pengakuan, seperti melalui kekerasan atau kejahatan. Wilson dan Chen (2023) menambahkan, "Ketidaksetaraan sosial menciptakan perasaan frustrasi pada remaja, yang sering kali terwujud dalam perilaku kriminal atau anti-sosial sebagai bentuk perlawanan" (hlm. 98).
Peran Keluarga dan Media Massa dalam Kenakalan Remaja
Selain faktor sosial dan ekonomi, lingkungan keluarga juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan perilaku remaja. Keluarga adalah tempat pertama di mana seorang remaja belajar nilai-nilai dan norma sosial. Ketika ada ketidakharmonisan dalam keluarga, seperti perceraian, kekerasan rumah tangga, atau pengabaian, remaja akan lebih rentan terjerumus ke dalam perilaku menyimpang.
Sebagai contoh, Lange dan McElvain (2022) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa "Remaja yang tumbuh dalam keluarga yang tidak stabil, seperti yang mengalami perceraian atau kekerasan, cenderung lebih rentan terhadap perilaku menyimpang dan kenakalan" (hlm. 150).
Selain keluarga, media massa, terutama media sosial, juga memegang peranan penting. Dalam era digital ini, remaja sering terpapar pada berbagai konten yang mempengaruhi cara berpikir dan bertindak mereka. Konten-konten yang mengandung kekerasan, hedonisme, atau perilaku yang tidak sehat sering kali mempengaruhi remaja untuk meniru apa yang mereka lihat di media. Miller dan McDade (2021) menyatakan, "Paparan terhadap konten media sosial yang menampilkan kekerasan atau gaya hidup hedonistik dapat mendorong remaja untuk meniru perilaku tersebut" (hlm. 200).
Bagaimana Mengatasi Kenakalan Remaja?
Menghadapi masalah kenakalan remaja yang semakin kompleks memerlukan pendekatan yang holistik. Tidak hanya keluarga atau sekolah yang bertanggung jawab, tetapi seluruh elemen masyarakat perlu terlibat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kenakalan remaja. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:
1. Pemberdayaan Keluarga
Keluarga perlu diberdayakan dengan pengetahuan dan keterampilan untuk membimbing anak-anak mereka dengan cara yang positif, terutama dalam menghadapi tantangan di dunia modern yang penuh tekanan.
2. Menciptakan Lingkungan Sekolah yang Mendukung
Sekolah perlu menjadi tempat yang aman dan mendukung perkembangan remaja. Program pendidikan karakter dan pembinaan perilaku sosial yang positif sangat dibutuhkan untuk membimbing remaja agar bisa membuat keputusan yang lebih baik.
3. Konten Media yang Bertanggung Jawab
Media massa, termasuk media sosial, perlu lebih bertanggung jawab dalam menyajikan konten yang mendidik dan memberikan inspirasi positif bagi remaja. Hal ini akan membantu mengurangi pengaruh negatif yang bisa ditiru oleh remaja.
Kesimpulan
Kenakalan remaja adalah masalah sosial yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Melalui berbagai faktor seperti pengaruh teman sebaya, ketidaksetaraan sosial, dan ketidakstabilan keluarga, kenakalan remaja bisa berkembang. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kerjasama antara keluarga, sekolah, media, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan remaja yang sehat dan produktif.
Referensi:
Schwartz, S. A., & McDonald, S. (2021). Understanding Youth Deviance: A Sociological Approach. Cambridge University Press.
Wilson, D., & Chen, J. (2023). Economic Disparities and Juvenile Delinquency: A Modern Review. Social Problems, 70(3), 434-451.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H