"inna lillahi wa inna ilaihi raji'un"Tuhan, hari ini aku mengucapkan kalimat itu kepada saudaraku beserta segenap doa yang bisa aku haturkan demi kedamaiannya di sisi-Mu. tapi besok lusa, saudara-saudarakulah yang akan mengucap itu padaku. semua itu adalah garis takdir yang harus aku jalani, tak bisa aku undur, pun tak bisa aku majukan.
Aku kadang begitu takut akan kematian. ketakutan itu tentu saja bukan karena kematian begitu menakutkan atau karena sakit yang luar biasa dahsyat saat detik-detik ruh harus dipisahkan dengan jasad, kekasihnya.
Saat ini, aku masih belum memiliki wanita. kendati demikian, aku tidak akan meminta pada-Mu : "Tuhan, nantilah setelah aku memiliki wanita dan Engkau amanahi beberapa orang buah hati yang lahir dari rahim cinta wanitaku, dan dari buah hati itu aku Engkau amanahi cucu yang lucu-lucu, dst. dst.., baru Engkau wafatkan aku".. Tidak, Tuhan.. aku tidak akan meminta itu. bagiku, semua itu adalah permintaan yang terlalu gila. Lebih baik aku meminta "Tuhan, cepatlah Engkau tautkan hati salah satu hamba wanitamu, padaku", itu saja.. Aku pikir, permintaan ini tidaklah terlalu gila, cuma sedikit gila saja dan kadar gilanya sangat bisa Engkau maklumi.
Yah, begitulah, Tuhan.
setiap saat, semua makhluk-Mu bergerak menuju Engkau, duhai Sang Penggerak. mereka, dari tiada, menjadi ada, lalu kembali tiada. dari Engkau, untuk Engkau, dan kembali lagi kepada-Mu, inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.
Engkau menggerakkannya kepada kehancuran yang bukan kehancuran biasa, namun pada kehancuran yang luar biasa, yakni kehancuran untuk sebuah kesempurnaan.. bukankah kesempurnaan seorang hamba terletak pada ketika ia bisa meniada/menghancurkan diri? karena peniadaan diri adalah penegasan bahwa Engkaulah satu-satunya yang Ada,
Begitu kan, Tuhan?
Heheh, itu menurut para Sufi, Tuhan, Engkaulah yang lebih mengetahui., aku tahu itu. :)
Tuhan., tiada itu apa? bagaimana meniada? ajari aku mati, Tuhan. :(
Aku takut Tuhan, jika harus mati sebelum tahu caranya mati, maka pada gilirannya aku mati ketika masih belum layak mati.
sungguh Tuhan, aku tak mau kematianku akan menjadi kematian yang biasa-biasa saja, karena boleh jadi aku tidak akan pernah kembali kepada-Mu sebenar-benarnya kembali.
mamuju, 23 agustus 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H