Mohon tunggu...
Milana Abdillah Subarkah
Milana Abdillah Subarkah Mohon Tunggu... Dosen - Prkatisi Pendidikan Agama Islam

- Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tangerang, - Wakil Direktur LPK AIKA UMT, Dan - Pemuda Muhammadiyah Kota Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bulan Ramadan Sebagai Pendidikan Karakter

6 April 2022   10:05 Diperbarui: 6 April 2022   10:30 1122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Ramadan Masjid Al-Mudzakirin PRM Gondrong, Cipondoh Tangerang (Dokpri)

Perbedaan penentuan awal Ramadan pada tahun 1443 H/2022 M antara Muhammadiyah dan Pemerintah bukanlah persoalan yang paling urgent dikalangan Umat Islam. Karna setiap pihak yang berbeda pasti memiliki metode dan keyakinan masing-masing dalam menetapkan 1 Ramadan atau 1 Syawal. Perbedaan tersebut dikenal dengan istilah ikhtilaf/khilafiah artinya perbedaan pendapat dikalangan Ulama yang disebabkan perbedaan cara pandang (istimbath) dalam memahami dalil-dalil agama (metode Rukyah dan Hisab).

Oleh karena itu, perbedaan Ramadan tahun ini janganlah terlalu dipermasalahkan dan dibesar-besarkan, jika masalah ini terus diexposed malah akan menimbulkan perpecahan sesama Umat Islam Indonesia. Biarkanlah umat memilih dan menentukan kapan ia akan menunaikan ibadah puasanya sesuai dengan yang ia yakini, tidak untuk saling menyalahkan dan saling membully satu dengan yang lainnya.

Hal yang paling pokok saat memasuki bulan Ramadan adalah bagaimana umat dapat memfokuskan diri untuk beribadah kepada-Nya. Ibarat HP/smartphone jika terlalu sering digunakan maka lama-kelamaan akan low battery dan akan sulit untuk digunakan sebagaimana mestinya, maka perlu untuk ditambah daya (charge) agar dapat difungsikan kembali. Begitupun seorang muslim yang telah menjalani aktivitas sehari-harinya selama sebelas bulan dan cenderung sibuk dengan urusan duniawi, maka Allah sediakan satu bulan yakni bulan Ramadan agar umat dapat kembali meningkatkan kualitas dirinya menjadi manusia yang bertakwa. Sebagaimana dalam firman Allah: "Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkannya orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183).

Salah satu perintah saat memasuki bulan Ramadan adalah perintah berpuasa, dalam Bahasa syari'at puasa berarti menahan diri dari makan, minum, dan hubungan seks dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Bahkan ibadah puasa Ramadan tidak sekedar pada aspek lahir saja melainkan juga merasuk pada dimensi batiniah untuk menahan dan menjaga lisan, pendengaran, dan penglihatan dari hal-hal yang dapat merusak nilai puasa Ramadan.

Suasana Ramadan Masjid Al-Mudzakirin PRM Gondrong, Cipondoh Tangerang (Dokpri)
Suasana Ramadan Masjid Al-Mudzakirin PRM Gondrong, Cipondoh Tangerang (Dokpri)

Dengan kata lain menjalani rangkaian ibadah puasa Ramadan adalah untuk mendidik umat Islam agar memiliki kepribadian yang berkarakter yang di dalam Al-Qur'an disebut dengan takwa. Sejalan dengan istilah tersebut kata takwa dijelaskan kembali dalam Al-Qur'an pada surat Ali Imran ayat 133-135, sebagaimana Allah berfirman: "Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui."

Dari ayat di atas Allah Swt mempertegas bahwa beberapa kriteria ketakwaan diantaranya: Pertama, manusia yang senantiasa berinfak baik diwaktu lapang maupun sempit. Bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa Ramadan senantiasa dianjurkan untuk berbagi, memberikan kepedulian kepada sesama dengan cara berinfak, bersedekah, dan berzakat, atau sekedar memberikan makanan kepada orang yang hendak berbuka puasa. Dengan begitu Ramadan senantiasa mendidik umat untuk memiliki karakter kedermawanan.

Kedua, manusia yang senantiasa menahan marah dan memaafkan kesalahan orang lain. Saat melakukan puasa Ramadan umat Islam diperintahkan untuk dapat mengendalikan emosinya, ketika seorang muslim mendapati situasi yang menjengkelkan terhadap orang lain maka hendaknya ia menahan emosi, karena jika tidak ia akan merusak nilai ibadah puasanya dihadapan Allah Swt. Dengan begitu karakter/sifat pemaaf akan senantiasa melekat pasca ibadah puasa Ramadan ditunaikan.

Ketiga, manusia yang selalu memohon ampun kepada Allah saat melakukan kesalahan/dosa. Bulan Ramadan senantiasa mendidik umat Islam untuk berbuat jujur, kejujuran itu akan terasa semakin kuat ketika seorang muslim dapat menahan diri dari tindakan yang dapat mengugurkan pahala puasanya, karena setiap muslim tahu bahwa Allah Maha melihat setiap perbuatan hamba-Nya. Dengan begitu pasca Ramadan akan tertatam nilai kejujuran untuk menilai diri sendiri. Ketika dosa dan maksiat terlanjur dilakukan maka tanpa berpikir panjang sesegera mungkin ia akan bertaubat dan memohon ampun kepada Allah Swt.

Dari uraian tersebut, maka setiap umat Islam tidak boleh menyia-nyiakan bulan Ramadan, karna setiap momentum ibadah puasa Ramadan dapat dijadikan sebagai proses penanaman nilai pendidikan karakter yang sudah semestinya melekat pada setiap umat Islam yang menjalaninya, sehingga mereka telah siap dalam mengarungi kehidupan yang lebih baik dan menjadi insan yang dimuliakan Allah yaitu manusia yang bertakwa. Wallahu'alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun