Mohon tunggu...
Mila Marthasari
Mila Marthasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

Berusaha Menjadi Pribadi Yang Lebih Baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Semudah yang Dibayangkan

27 Desember 2022   18:00 Diperbarui: 27 Desember 2022   18:02 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak hanya soal itu, disaat dirinya merasa down seperti ini tidak ada yang bisa menampung curahan hatinya.

Teman-teman terdekatnya sudah memilih jalan mereka sendiri. Jarang berkomunikasi ataupun berkomunikasi hanya sekedar basa basi. Mereka lebih asyik dengan kehidupan baru mereka yakni menjadi seorang mahasiswa.

Sari merasa tidak ada semangat untuk bangkit lagi.

Hingga pada suatu malam selepas sholat maghrib, aku bersama keluarga makan bersama di ruang tengah. Lalu bapak dan ibunya membicarakan pengeluaran dalam jangka waktu sampai aku lulus kuliah. Dalam percakapan tersebut bapak berkata kepada adikku "Dik jika nanti bapak tidam bisa menyekolahkan kamu hingga bangku kuliah, kamu jangan benci ya ke bapak? Kamu jangan merasa tidak diperlakukan adil dengan kakakmu. Bapak akan berjuang sekuat tenaga Bapak, namun Bapak juga tidak bisa memastikan apakah nanti kamu bisa kuliah atau tidak".

Seketika hatiku terasa begitu sakit mendengar perkataan tersebut.

Selepas itu tiba-tiba muncul keinginan dalam hatiku untuk mencurahkan semua yang aku rasakan dan aku inginkan kepada pemilik kehidupan. Aku lekas mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat isya'.

"AllahuAkbar" takbir aku ucapkan. Dan bersama lantunan bacaan sholat yang aku ucapkan, air mataku menetes. Semakin lama semakin deras hingga ak terisak. Air mata itu tak mampu lagi ku bendung. Saat ak mendengar ucapan bapak tadi seketika air mataku ingin keluar namun aku tahan.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh" ibadah sholat kuakhiri dengan salam. Lalu aku mengangkat kedua tanganku dan mencurahkan semuanya kepda Allah hingga aku merasa lega dan tidak lagi menahan sesak di dada.

Entah mukjizat atau memang sudah takdirNya, seketika ak berniat untuk tidak lagi merasakan sepi dan sendiri. Walaupun aku tidak memiliki teman atau orang dekat yang bisa menerima keluh kesahku, tetapu aku memiliki Allah yang bisa mendengarkan semua keluh kesahku dimanapun dan kapanpun itu.

Seketika juga aku memiliki niat yang tulus untuk berisitiqomah melakukan ibadah untuk mempermudah Ridho Allah sampai kepadaku.

Dari situlah aku belajar banyak hal dan berjanji kepada diriku sendiri untuk selalu bersyukur apa yang telah aku milili sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun