Sayangnya Asma menafikan perasaan yang diam-diam meraja buat lelaki bermata sipit itu. Selain alasan akidah, hatinya juga sudah tak percaya dengan wujud nyata cinta sejati yang sebelumnya susah payah ia bangun bertahun-tahun bersama Dewa. Ditambah dengan ujian penyakit APS primer membuatnya tak ingin menabur harapan yang sia-sia buat lelaki manapun termasuk Dewa apalagi Zhong Wen.
Sanggupkah Zhong Wen meyakinkan Asma dengan cinta sejatinya? Mampukah Asma bertahan dari gempuran beruntun akibat APS yang dideritanya? Bagaimana dengan Dewa yang masih menaruh harapan untuk kembali melanjutkan kebahagiaan mereka yang terampas karena kehadiran Anita? Berhasilkah Anita merebut cinta Dewa, seperti saat ia merebut lelaki itu dari Asmara?
Lewat novel  yang lahir dari percakapan basa-basi saat di Beijing beberapa tahun silam, pemilik Asma Nadia Publishing House yang juga aktif mengisi seminar parenting dan kepenulisan di berbagai daerah ini, mengajak pembaca 'berkeliling' ke tempat-tempat wisata yang bisa dikunjungi di Beijing.
Nuansa religi juga terasa saat penulis memaparkan pencarian hidayah Zhong Wen yang diselipkan kisah epik Mush'ab bin Umair dalam menegakkan panji Islam saat perang yang membuat saya harus mengusap airmata. Juga sedikit memaparkan batas pergaulan antara lelaki dan perempuan.
Informasi tentang penyakit langka APS atau sindrom darah kental juga bertebaran dalam novel dengan alur yang tak biasa ini. Sekaligus menegaskan bahwa meski memiliki kemampuan bertahan hidup yang sangat riskan, tetapi penderitanya tetap mempunyai harapan untuk hidup lebih lama dan berarti jika dilalui dengan semangat dan dukungan dari keluarga di sekeliling mereka.
Meski disajikan dengan alur yang membuat pembaca awam sedikit kebingungan di bagian awal, tapi dengan balutan adegan merah jambu yang kental di dalamnya, berpadu rangkaian diksi-diksi sederhana nan indah sebagai ciri khas dari penulis yang sering tampil mewakili Indonesia di ajang kepenulisan internasional ini, novel ini dijamin membuat kita bakal terpesona dan berdebar-debar tak sabar ingin segera menuntaskannya sampai di lembar terakhir.
~~~###~~~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H