MALANG (17/09/2022) - UB Forest ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) oleh Universitas Brawijaya sejak tahun 2016 sehingga wilayah tersebut menjadi tempat andalan untuk penelitian mahasiswa maupun dosen dari Fakultas Pertanian. Wilayah UB Forest terbagi atas tiga kelompok pemukiman diantaranya Desa Sumbersari, Sumberwangi, dan Buntoro, Kecamatan Karangploso. Masyarakat yang tinggal di wilayah UB Forest memanfaatkan lahan untuk ditanami sayur atau tanaman kopi dengan jalan menyisipkannya di bawah tegakan mahoni atau pinus milik Perum. Perhutani.Â
Sebagian masyarakat UB Forest di wilayah Sumbersari, Kecamatan Karangploso mengeluhkan produksi kopi yang kian menurun setiap tahunnya. Hal ini membuat para akademisi dari Departemen Tanah, Fakultas Pertanian mencari penyebab penurunan produksi kopi melalui berbagai penelitian. Tingkat tutupan kanopi pohon penaung (pinus) yang terlalu rapat menyebabkan intensitas cahaya rendah, sehingga tanaman kopi tidak berproduksi secara optimal. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka Tim Dosen Departemen Tanah FP UB melakukan penelitian sejak tahun 2019 hingga saat ini.Â
Melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) menjadi salah satu wadah untuk diseminasi hasil penelitian kepada petani setempat. Selaku ketua tim Syahrul Kurniawan., Ph.D menyampaikan bahwa keberhasilan penelitian tak lepas dari peran para petani setempat yang turut mendukung kegiatan penelitian.Â
Kegiatan PKM diikuti oleh petani UB Forest, Syahrul Kurniawan, Ph.D selaku ketua tim PKM, Cahyo Prayogo, Ph.D selaku Direktur UB Forest, Prof Kurniatun Hairiah, Prof Meine van Noordwijk, Dr. Yulia Nuraini, Gabryna Auliya Nugroho, M.P, M.Sc, mahasiswa peneliti S1 Ilmu Tanah dan mahasiswa S2 Pengelolaan Tanah dan Air serta mahasiswa S2 Program Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan.Â
Keberhasilan penelitian tahap 1 dalam 'Revitalisasi Agroforestri Pinus Berbasis Kopi' telah berhasil meningkatkan produksi kopi melalui pemangkasan pohon penaung (pinus) setinggi 10 m. Selanjutnya, dilakukan penelitian lanjutan terkait pengaruh perbedaan manajemen agroforestry kopi (pemupukan dan pemangkasan tanaman kopi) terhadap perakaran, kelimpahan bakteri, dan sifat kimia tanah.
Dalam percobaan respon akar terhadap penambahan pupuk N, P, dan K didapati hasil bahwa akar lebih banyak tumbuh mengarah pada kantung/mesh bag dengan penambahan pupuk P. Hal ini sejalan dengan penelitian Syahrul Kurniawan dkk bahwa ketersediaan P atau Phospat merupakan masalah yang terjadi di lahan Agroforestry Kopi Kaki Gunung Arjuno.Â
"Selanjutnya, penelitian mengenai respons akar terhadap pupuk organik dan anorganik menjadi penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya. Kita tunggu hasilnya sedang dalam proses analisa." Prof. Kurniatun Hairiah (Cho) menambahkan
"Berdasarkan hasil penelitian respons akar, lebih baik jika dilakukan penelitian lanjutan terkait dengan pertumbuhan fisiologis dan siklus karbohidrat dalam pohon kopi kaitannya dengan tutupan canopy setelah pemangkasan tanaman kopi dilakukan." Prof Meine van Noordwijk menambahkan.Â
Harapannya setelah ini dapat berkerjasama kembali dalam penelitian dengan Departemen Budidaya Pertanian untuk melihat fisiologis dari tanaman kopi.