Mohon tunggu...
Mila
Mila Mohon Tunggu... Lainnya - 🙊🙉🙈

Keterusan baca, lupa menulis...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Nostalgia

1 Mei 2017   10:00 Diperbarui: 1 Mei 2017   10:01 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Jangan khawatir. Kenangan itu kau buat setiap saat,” begitu aku akan menyahutmu masih di dalam anganmu. Tapi, dengan tiba-tiba, senyummu sirna. Raut wajahmu berubah sendu. Sedih menggelayut di dalam caramu memandangku.

Kau mencengkeram lenganku tanpa maksud untuk menyakitiku, menarikku mendekatimu untuk memusnahkan jarak yang terjaga hati-hati. Ada bening air di kedua matamu. Dimana kemudian kau lemparkan berani dan kegagahan laki-lakimu?

“Tak butuh berani untuk memujamu. Tak perlu gagah demi rasaku untukmu. Semua itu kurelakan di dalam setiap tetes rinduku kepadamu.” Demikian kau akan berkata sebelum kau memelukku. Aku akan terdiam di dekapmu bersamaan dengan Norah Jones yang masih syahdu: ‘...while I’m safe there in your arm...’ Aku masih di pelukmu mendengarkan degup jantungmu seperti caramu merasakan denyut di nadiku. ‘... so all I ask is for you to come away in the night..’

Dari kejauhan kau mendengar langkah kaki berjalan perlahan. Kau melepas pelukanmu dan aku mulai berjalan. ‘...come away with me...’ Di rentang lenganmu, kau pegang tanganku. Serasa tak rela kau lepaskan, kau melangkah hanya sejengkal hingga jauh tak lagi membuatku tersentuh.

“Di sini, Cin!” Begitu yang bisa aku tangkap dari gerakan mulutmu karena kau tak berpaling. Kau masih juga memberi sendu untuk mengiringiku yang tak berhenti menunggumu. Kau pun hanya berdiri di sana. Terpaku di tempatmu.

Kau buka matamu ketika penghujung musik ‘Come Away With Me’ usai. Kau buyarkan semua anganmu meski rasa yang tertinggal masih bergelayut di benakmu. Cepat-cepat kau ketik pesanmu dan segera mengirimkannya.

Sepiring pisang goreng tersaji hangat di samping kopimu yang masih pahit. Ada senyum yang kembali mengembang di wajahmu.

“Makasih, Cintaku,” katamu untuk dia yang duduk bersamamu di teras rumahmu.

Yah, kira-kira begitu lah.

Ku baca ulang pesanmu dari kenanganku itu. ‘How’s my birthday girl?’

Huh! Gombal!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun