Aku melihatnya
Mengayuh sepeda tuanya yang terhimpit padat jalanan
Pinggangnya berayun seiring kedua kakinya yang bergerak naik turun
Biasa saja untuknya
Dengan tangan tertunjuk ke atas
Selayak semangat merdeka yang pernah dia teriakkan
Tak terkepal, terbuka sepantasnya
Mengaku jalannya yang hendak lurus
Kemejanya terbuai angin
Tak menyentuh kulitnya yang matang matahari
Entah berapa lapis yang ia kenakan
Demi melawan angin yang sekedar sepoi
Aku termangu
Memandang wajahnya yang melewatiku
Sedalam kerut, sejimpit uban
Seperti topi petnya yang usang
Biasa saja untuknya
Aku terpana
Melihat tuanya yang telah penuh
Dengan pandang dalam yang tertumpah
Bagai riak yang tak tertampung
Biasa saja untuknyaÂ
Kudapati wajahmu melintas bersamanya
Seiring suara harmonika yang menjauh
Aku mengenangmu...