Mohon tunggu...
Miktachul Ulumudin
Miktachul Ulumudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 2023 (23107030103)

Lahir di bumi pasundan, kemudian bermigrasi ke ujung timur pulau jawa, kerap disapa Ulum. Gemar mengkritik sesuatu hal yang terlalu baik.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Esok Hari Mungkin Dirimu Mati

21 Juli 2024   09:34 Diperbarui: 21 Juli 2024   09:40 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah geliat resah yang datang ternyata begitu nyata, mungkin hari ini tepisan kecil dapat menghentikan debaran dan rasa resah tentang esok. Namun entah bagaimana nantinya. 

"Adam, cobalah untuk melihat sepintas saja apakah pakaianku hari ini terlihat menarik??"

Umi nampak sangat antusias memamerkan perubahan drastisnya yang semula menganggap berpakaian menarik ada dosa hina hingga kini ia terlihat begitu riang gembira menunjukkan pakaian dan gaya nya yang semakin baik. 

"Mari ku tengok,, hmmm nampaknya dari seluruh rangkaian pakaian ini ada satu hal yang kurang umi"

"Hah?? Lantas apa yang kurang adam"

Umi nampak penasaran apa yang membuat adam merasa kurang dengan penampilan nya

"Sepertinya diriku lupa menaruh cinta untuk melengkapi penampilanmu hari ini"

"Buang saja rayuanmu ke samudera hindia adam" umi nampak kesal dan ingin sekali mencabik wajah adam.

Adam hanya menerima hinaan tersebut dengan senyum yang begitu indah. Melihat umi memakai cardigan hitam yang ia belikan tempo hari membuatnya merasa bahwa wanita didepannya adalah seorang bidadari antah berantah yang datang untuk menemani harinya. 

"Adam, akankah jika esok kiamat dirimu akan tetap bersamaku?"

Adam begitu terkejut dan merasa umi sangat aneh dengan menanyakan hal itu

"Akan ku pastikan untuk menemanimu hingga ke padang masyar umi" jawab adam atas pertanyaan tersebut 

Umi hanya dapat terdiam dan merasa adam begitu tak serius menjawab pertanyaan 

"Apalah adam, aku tidak berminat melihatmu bertelanjang bulat bulat selayaknya bekanran yang kita temui tahun lalu di padang Mahsyar nanti, huh hentikan saja mimpi anda tuan!" Umi memberikan penekanan keras untuk adam sadar dan kembali ke dunia nyata

Sekali lagi adam hanya dapat tersenyum. Ini adalah hari ke 40 dimana umi harus terbaring di bangsal rumah sakit sembari menerima perawatan intensif, kanker stadium 4 yang menggrogoti tubuh umi telah mengantarkan sepasang manusia ini pada kenyataan yang amat pahit

Lambat laun umi tertidur setelah malas melanjutkan cerita padang mashyar itu. Adam hanya duduk termenung di sebelah ranjang umi, naas sekali pemuda 26 tahun ini harus merasakan pahitnya melihat seseorang yang ia cintai tergeletak lemas melawan ganasnya penyakit. 

"Umi, jika esok dunia kiamat janganlah merasa khawatir, aku tak akan membiarkan kakiku melangkah walau hanya sejengkal untuk lari dan meninggalkanmu, jika esok aku mati maka akan aku pastikan terlebih dahulu dirimu dapat tertidur pulas dalam kesembuhan. Aku berjanji akan mengajakmu untuk datang ke setiap museum yang ada di jogja, aku berjanji akan menunjukkan banyak pantai cantik yang kau idamkan, maka sembuhlah umii, sembuhlah untuk seluruh hal indah inii".

Adam tak dapat membendung air mata yang semakin membuat pelik matanya, 40 hari umi terbaring, 40 hari itu pula adam merasa dunianya telah sedikit demi sedikit menuju akhir. 

Adam tak dapat berhenti berharap bahwa setiap hari bukanlah hari terakhirnya dapat melihat umi, ia tak berhenti berdoa pada tuhan, ia tak berhenti meminta dan bersimpuh.

"Esok hari mungkin engkau tiada, kapanpun dapat menjadi hari kepergianmu, tetapi izinkanlah sehingga diriku dapat menjadi sebuah memori terakhir yang kau ingat pada 7 detik terakhir hidupmu, izinkan aku untuk menjadikan 7 detik itu sebagai harga seumue hidupku."

 Tepat pada pagi ke 41 umi tak kunjung bangun, ia telah membayar 7 detik itu untuk seumur hidup adam. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun