Mohon tunggu...
Muhammad Ikram Afif
Muhammad Ikram Afif Mohon Tunggu... -

Murid SMA Kharisma Bangsa Tangerang Selatan. Berdomisili di Palembang dan Bogor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Joshua Wong, Perlawanan, dan Muda-Mudi Bangsa

5 Oktober 2014   06:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:19 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah kenapa saja jadi malu dengan diri saya sendiri, baru saja sebulan yang lalu majalah sekolah saya menerbitkan salah satu artikel milik saya yang berisi tentang idealisme dan bagaimana saya mengkritik orang-orang yang menggunakan haknya untuk berpartisipasi dalam kekotoran dan hal-hal yang berbau hedonisme belaka. Namun pada akhirnya, saya sadar, saya belum bisa bertindak seperti Joshua Wong. Ya, dialah penggerak demonstrasi di Hong Kong yang akhir-akhir ini telah menghebohkan dunia. Sebenarnya, ia telah lama menjadi aktivis, tepatnya ketika ia baru berumur 15 tahun dan kini umurnya telah 17 tahun. Sebuah hal yang luar biasa karena ia berumur sama dengan saya sekarang. Di usianya yang masih muda, ia telah mendirikan sebuah organisasi bernama Scholarism dan pada tahun 2012 ia pernah memotori protes akan pendidikan moral di Hong Kong. Dan pada tanggal 27 September ia ditangkap dengan 78 demonstrasi lainnya setelah ratusan mahasiswa menyerbu markas pemerintah HKSAR dalam mendorong hak-hak politik dan sebagai tanda protes terhadap keputusan Beijing pada reformasi pemilu Hong Kong 2014. Ia dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap pemerintah. Jika kita melihat Joshua Wong, kita akan membayangkan seorang remaja tengik dengan kacamata yang terlihat seperti kutu buku, padahal tidak seperti itu pada kenyataannya. Ia berusaha “menggigit” pemerintah dengan rasa keadilan yang tinggi dan dengan junjungan moral yang tinggi pula. Ketika kita hanya bisa mengkritik dengan kemarahan yang tak karuan, ia dan teman-temannya melakukan dengan hal yang lebih “elegan”. Mereka tetap menjalankan kewajiban mereka sebagai pelajar dan penduduk sipil biasa, bahkan mereka rela membersihkan sampah-sampah di jalanan setelah demonstrasi dilangsungkan. Suatu hal yang melambangkan bagaimana tekad penuh budi dan keikhlasan yang tinggi dalam hati para idealis modern. Saya sendiri berharap saya dan teman-teman lainnya sebagai calon penerus bangsa dapat berbuat lebih, bukan hanya lewat otot, namun dengan otak dan hati nurani pula. Menuntut masa depan memang tidaklah mudah, namun, dengan kesungguhan hati dan butanya rasa pilih kasih [caption id="" align="aligncenter" width="299" caption="Joshua, Pendiri Scholarism dan Penggerak Demonstrasi Protes Terhadap Beijing "][/caption] dapat membuat generasi Indonesia menjadi lebih baik lagi dalam bertindak untuk usahanya bagi bangsa dan negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun