Mohon tunggu...
Yatmiko
Yatmiko Mohon Tunggu... -

Aku anarkis!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Partai Golkar Partai Terkuat, Jangan Mau dipecah-belah

2 April 2014   22:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:10 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin (31/03) kemarin, muncul hasil survey yang dilakukan oleh Pusat Kajian Pancasila, Hukum, dan Demokrasi Universitas Negeri Semarang (PUSKAPHDEM–UNNES) tentang elektabilitas Capres dari Partai Golkar melalui Direktur Eksekutifnya, Arief Hidayat di Jakarta dengan hasil yang menyatakan bahwa Priyo Budi Santoso menempati urutan tertinggi disusul oleh Jusuf Kalla dan Aburizal Bakrie dengn porsi masing-masing 18,44% - 17,33% - 16,42%. Hasil tersebut diumumkan dalam diskusi dengan tema "Jokowi Effect vs Zallianty Effect".

Disebut juga bahwa Dahlan Iskan merupakan tokoh yang mempunyai elektabilitas tertinggi dari Partai Demokrat disusul oleh Gita Wirjawan dan lainnya.

Dalam hal ini, Aburizal Bakrie (ARB) yang merupakan Calon Presiden dari Partai Golkar adalah yang paling dirugikan. Selain diluncurkan dalam diskusi yang menyangkut "Zallianty Effect" yang tentu saja sangat menyerang dan menyudutkan Aburizal Bakrie, hasil survey yang diluncurkan menempatkan Aburizal Bakrie dalam posisi ketiga. Selain itu juga dimunculkan wacana-wacana di publik terkait evaluasi pencapresan Aburizal Bakrie setelah pemilu legislatif mengingat elektabilitas ARB yang diisukan tidak bagus.

Zallianty Effect sangat kentara dengan black campaign, dimana opini publik digiring untuk mempercayai bahwa Aburizal Bakrie adalah tokoh yang mempunyai citra buruk. Walaupun sudah jelas-jelas dinyatakan oleh keluarganya bahwa hubungan Aburizal Bakrie dengan Zallianty bersaudara adalah sudah seperti hubungan keluarga. Hal ini sangat masuk akal mengingat pernyataan tersebut diumumkan sendiri oleh istri Aburizal Bakrie, Tatti Bakrie dalam sebuah konferensi pers di Semarang beberapa hari yang lalu (23/03).

Seperti kita ketahui, bahwa Partai Golkar adalah pemenang kedua Pemilu 2009 dengan perolehan persentase sebesar 14,45% disusul oleh PDI-Perjuangan dengan persentase 14,03% dimana tempat pertama adalah Partai Demokrat dengan perolehan sebesar 20,85%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Partai Golkar adalah partai yang sangat kuat mengingat elektabilitas Partai Demokrat yang belakangan tersangkut dengan banyak kasus dan skandal besar dan ketidakpuasan terhadap pemerintahan SBY, bisa dipastikan akan sangat turun dibanding dengan Pemilu 2009.

PDI-Perjuangan saat ini mungkin merasa berada diatas angin dengan popularitas yang dimiliki oleh calon presidennya, Jokowi yang mungkin bisa mendongkrak elektabilitas dan perolehan suara PDI-P di Pemilu Legislatif, dan merasa bahwa Partai Golkar adalah saingan terberatnya, sehingga skema-skema untuk melemahkan Partai Golkar pun dilakukan.

Penggunaan istilah "Zallianty Effect" jelas akan menimbulkan efek psikologis yang dahsyat kepada masyarakat yang kebanyakan masih menganggap negatif, bahwa memang ARB seperti yang digosipkan, melakukan perjalanan dengan Zallianty bersaudara dengan tujuan negatif menurut kultur dan nilai ketimuran Indonesia.

Menurut saya, ARB adalah Calon Presiden yang sangat kuat.
Dari sisi leadership beliau terbukti; Partai Golkar, KADIN, HIPMI dan bahkan ketika masih menjadi Mahasiswa di ITB beliau aktif dan memimpin banyak organisasi.
Dari sisi manajerial beliau juga terbukti; Menko Perekonomian, Menko Kesra selain perusahaan dalam Bakrie Group yang jumlahnya banyak sekali.
Pengalaman-pengalaman tersebut merupakan modal yang sangat besar bagi ARB selain sebagai seorang pengusaha yang berhasil dan menghidupi banyak orang.

PUSKAPHDEM–UNNES diresmikan oleh salah satu tokoh dari PDI-P bernama Yassona Laoly, apakah hasil survey tersebut dipesan oleh PDI-P untuk memecah-belah Partai Golkar? Sepertinya memang sudah direncanakan mulai dari munculnya video Zallianty hingga diluncurkannya hasil survey ini untuk menggoyang persatuan Partai Golkar.

Survey tersebut diikuti oleh 1.090 responden yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia, namun apakah responden tersebut benar-benar mewakili komposisi yang tepat dari calon pemilih di Indonesia? Tentu saja tidak. Siapapun dari partai manapun bisa melakukan survey dengan memilih kriteria tertentu dari responden sehingga hasil dari survey tersebut sesuai dengan yang diharapkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun