Mohon tunggu...
Miko Ardiansyah
Miko Ardiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Gizi Universitas Airlangga

Education is the passport to the future

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Banyak Begadang Mengakibatkan Kegemukan, Benarkah?

11 Januari 2022   10:08 Diperbarui: 11 Januari 2022   10:33 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dokumen pribadi (www.canva.com)

 Tidur merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia. Namun, kebanyakan orang saat ini mengeluhkan kurang tidur karena harus begadang. Ada yang mengerjakan tugas, belajar, menonton media hiburan, bermain games, hingga larut bermain media sosial. 

Terlebih lagi di masa pandemi saat ini banyak orang bekerja dari rumah atau WFH sehingga banyak menghabiskan waktu di rumah saja dan merelakan waktu tidurnya untuk bekerja. 

Begadang merupakan suatu kebiasaan yang tidak sehat bagi tubuh. Keseringan begadang akan menyebabkan tubuh kurang tidur dan merasa kelelahan. 

Kondisi yang demikian tentunya dapat memicu terjadinya berbagai permasalahan seperti kegemukan atau obesitas. Lantas, bagaimana hubungan antara kegemukan dan begadang?

Begadang dan Tambahnya Berat Badan

Memang, begadang atau kurang tidur bukanlah satu-satunya faktor yang dapat menyumbang obesitas atau kegemukan. Namun, begadang memiliki hubungan dengan terjadinya kegemukan pada seseorang. Ketika seseorang begadang, tubuh akan banyak mengalami berbagai perubahan terkait pengaturan tidur. 

Tidur larut malam akan menyebabkan produksi hormon yang mengatur lapar dan nafsu makan akan kacau. Hormon Leptin akan memberikan dampak terhadap tubuh untuk mengeluarkan energi yang lebih banyak lagi. Namun, begadang atau kurang tidur akan mengurangi produksi hormon tersebut. 

Di sisi lain, adanya Hormon Ghrelin dapat memicu rasa lapar dan nafsu makan akan meningkat sehingga berdampak pada peningkatan berat badan. Misalnya, begadang akan membuat kita ingin mengonsumsi makanan atau camilan tertentu sambil melakukan kegiatan. 

Nah, camilan atau makanan yang dikonsumsi pada waktu malam tersebut tentunya juga cenderung tinggi kalori meskipun hal tersebut kadang tidak disadari. Apabila hal ini dilakukan secara terus-menerus, kegemukan atau obesitas juga akan mudah terjadi pada seseorang yang lebih banyak begadang atau kurang tidur.

sumber: dokumen pribadi (www.canva.com)
sumber: dokumen pribadi (www.canva.com)

Penelitian yang diterbitkan oleh American Society for Nutrition menunjukkan bahwa adanya hubungan kurang tidur dengan kerentanan seseorang untuk mengonsumsi makanan yang lebih banyak sehingga akan berdampak pada kelebihan berat badan. Referensi lain menunjukkan bahwa otak akan menerjemahkan makanan sebagai suatu "hadiah" untuk beraktivitas lebih lama lagi padahal kondisi kelelahan adalah penyebabnya. 

Hal tersebut secara signifikan akan menambah berat badan karena konsumsi makanan berkalori tinggi selama begadang/kurang tidur. Contoh makanan tinggi kalori adalah junkfood, keripik, permen, kue, dan makanan manis lainnya. Makanan-makanan tersebut tentunya tidak asing bagi kita karena kemudahan untuk dijangkau pula.

Mencegah Begadang

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencegah begadang ketika waktu tidur di malam hari. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut

1. Mengurangi waktu tidur siang

2. Tidak bermain handphone sebelum tidur

3. Mendisiplinkan diri untuk tidur ketika waktu tidur

4. Menghindari konsumsi kafein sebelum tidur

5. Selalu tidur di waktu yang sama setiap hari

6. Rutin berolahraga dan mengonsumsi makanan bergizi

Nah, itulah hubungan antara begadang dengan bertambahnya berat badan. Begadang merupakan suatu kebiasaan yang tidak baik dan harus dihilangkan untuk meningkatkan kualitas tidur. Perhatikan juga tips-tips untuk mencegah begadang di malam hari ketika waktu tidur. Tidak lupa juga untuk menerapkan hidup bersih dan sehat serta selalu makan makanan yang bergizi seimbang. Dengan begitu, berat badan akan terkendali dan tentunya hidup akan lebih baik lagi.

Referensi

Greer SM, Goldstein AN, Walker MP. 2013. “The impact of sleep deprivation on food desire in the human brain”. Nat Commun. 2013;4;2259. doi: 10.1038/ncomms3259. [Online], (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23922121/ diakses pada 10 Januari 2022)

St-Onge MP, McReynolds, Trivedi ZB, Roberts AL, Melissa Sy, Hirsch J. 2012. “Sleep restriction leads to increased activation of brain regions sensitive to food stimuli”. Am J Clin Nutr. 2012 Apr;95:818–24. doi: 10.3945/ajcn.111.027383. [Online], (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22357722/ diakses pada 10 Januari 2022)

St-Onge MP, S Wolfe, M Sy, A Shechter, Hirsch J. 2014. “Sleep restriction increases the neuronal response to unhealthy food in normal-weight individuals”. Int J Obes (Lond). 2014 March ; 38(3): 411–416. doi:10.1038/ijo.2013.114. [Online], (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23779051/ diakses pada 10 Januari 2022)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun