Mohon tunggu...
Mikli Audin
Mikli Audin Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Aku adalah mahasiswa freelancer yang mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perlukah Etika dalam Dunia Content Creator? Kenapa Harus?

14 Juli 2024   08:25 Diperbarui: 14 Juli 2024   08:27 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Etika, sebagai cabang filsafat yang menilai tindakan baik atau buruk berdasarkan ajaran moral tertentu, memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pembuatan konten. Dalam konteks ini, seorang pembuat konten memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan karya yang tidak hanya kreatif dan menarik, tetapi juga etis. Etika dalam pembuatan konten mencakup berbagai aspek, mulai dari personal branding, integritas, hingga tanggung jawab terhadap audiens dan masyarakat secara umum.

Konsep Etika dalam Content Creation

Konsep etika dalam pembuatan konten dapat dipahami dari beberapa perspektif, termasuk etika teleologis dan deontologis. Etika teleologis menilai moralitas suatu tindakan berdasarkan hasil atau tujuan yang dicapai, sementara etika deontologis menekankan pada kewajiban dan prinsip moral yang harus dipegang dalam setiap tindakan (Weruin, 2019). Dalam praktiknya, pembuat konten harus mempertimbangkan dampak dari konten yang mereka buat, baik dari segi manfaat maupun potensi kerugian yang mungkin ditimbulkan.

Etika teleologis mengharuskan pembuat konten untuk mempertimbangkan tujuan akhir dari konten yang mereka buat. Apakah konten tersebut memberikan manfaat bagi audiens? Apakah konten tersebut mendidik, menginspirasi, atau menghibur dengan cara yang positif? Pembuat konten harus memastikan bahwa tujuan akhir dari konten mereka adalah untuk memberikan dampak positif bagi audiens mereka. Misalnya, jika seorang pembuat konten menghasilkan video tutorial, tujuan akhirnya haruslah untuk memberikan pengetahuan yang bermanfaat dan dapat diaplikasikan oleh penonton.

Di sisi lain, etika deontologis menekankan pada prinsip dan kewajiban moral yang harus diikuti oleh pembuat konten. Ini berarti pembuat konten harus jujur dan transparan dalam setiap tindakan mereka. Mereka harus menghindari praktik-praktik yang menyesatkan atau merugikan audiens. Misalnya, dalam hal endorsement produk, pembuat konten harus secara jelas mengungkapkan adanya kerja sama atau sponsorship agar audiens dapat membuat penilaian yang objektif terhadap konten yang disajikan.

Selain itu, tanggung jawab terhadap audiens juga merupakan aspek penting dalam etika pembuatan konten. Pembuat konten harus memahami bahwa mereka memiliki pengaruh terhadap audiens mereka dan harus menggunakan pengaruh tersebut dengan bijak. Mereka harus berusaha untuk tidak menyebarkan informasi yang salah atau menyesatkan, dan harus selalu berusaha untuk memberikan konten yang bermanfaat dan informatif.

Personal Branding dan Etika

Personal branding adalah elemen krusial dalam kehidupan seorang pembuat konten. Sebuah personal branding yang kuat dapat membantu seorang pembuat konten membangun kepercayaan dan kredibilitas di mata audiens. Namun, penting untuk diingat bahwa personal branding juga harus dilakukan dengan memperhatikan etika. Penelitian menunjukkan bahwa personal branding yang efektif melibatkan keotentikan, integritas, dan konsistensi (Sinurat & Pandrianto, 2023).

Seorang pembuat konten seperti Junita Eka Pertiwi di TikTok adalah contoh nyata bagaimana personal branding dapat dibentuk melalui konten yang autentik dan konsisten. Junita menunjukkan bahwa dengan tetap setia pada nilai-nilai pribadi dan selalu jujur dalam menyampaikan informasi, seorang pembuat konten dapat membangun hubungan yang kuat dan penuh kepercayaan dengan audiensnya.

Keotentikan adalah salah satu kunci dalam personal branding yang etis. Ini berarti bahwa seorang pembuat konten harus tampil apa adanya dan tidak berpura-pura menjadi seseorang yang mereka tidak. Keotentikan membantu audiens merasa lebih dekat dan terhubung dengan pembuat konten. Ketika audiens merasa bahwa pembuat konten adalah asli dan tulus, mereka lebih cenderung untuk mempercayai dan mendukung konten yang disajikan.

Integritas juga merupakan komponen penting dalam personal branding yang etis. Integritas berarti selalu mengatakan kebenaran dan tidak menyesatkan audiens. Ini termasuk jujur tentang sponsor, endorsement, atau kemitraan yang mungkin dimiliki oleh pembuat konten. Ketika pembuat konten transparan tentang hubungan mereka dengan merek atau produk tertentu, audiens dapat membuat keputusan yang lebih informasi dan objektif.

Konsistensi adalah faktor lain yang berkontribusi pada personal branding yang efektif dan etis. Konsistensi dalam gaya, nada, dan nilai-nilai yang disampaikan dalam konten membantu membangun identitas yang kuat dan dapat dikenali. Ketika audiens tahu apa yang diharapkan dari pembuat konten, mereka lebih cenderung untuk kembali dan terlibat dengan konten tersebut.

Contoh Junita Eka Pertiwi menunjukkan bahwa menggabungkan keotentikan, integritas, dan konsistensi dapat menghasilkan personal branding yang tidak hanya efektif, tetapi juga etis. Dengan mematuhi prinsip-prinsip ini, seorang pembuat konten dapat membangun hubungan yang kuat dan berkelanjutan dengan audiens mereka. Personal branding yang dilakukan dengan cara yang etis tidak hanya meningkatkan kepercayaan dan kredibilitas, tetapi juga memastikan bahwa konten yang disajikan memberikan dampak positif dan bermanfaat bagi audiens.

Etika Digital dan Tanggung Jawab Sosial

Dalam era digital, content creator juga harus memperhatikan etika digital. Etika digital mencakup tanggung jawab untuk tidak menyebarkan informasi yang salah atau menyesatkan, serta menghormati privasi dan hak-hak individu lain. Penelitian menunjukkan bahwa banyak content creator belum sepenuhnya memahami prinsip-prinsip etika digital dan seringkali baru menyadari pentingnya etika setelah mendapatkan sanksi dari platform media sosial (Pramesti, 2023).

Penerapan etika dalam content creation tidak selalu mudah. Content creator sering dihadapkan pada tekanan untuk menghasilkan konten yang viral atau mengikuti tren terbaru yang mungkin tidak selalu sejalan dengan prinsip etika. Namun, dengan memahami dan menginternalisasi prinsip-prinsip etika, content creator dapat mengembangkan konten yang tidak hanya menarik tetapi juga bermanfaat dan bertanggung jawab.

Kesimpulan

Etika content creator adalah aspek yang krusial dalam dunia digital saat ini. Dengan memperhatikan etika dalam setiap langkah pembuatan konten, mulai dari personal branding hingga distribusi konten di berbagai platform, content creator dapat membangun reputasi yang baik dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Penelitian menunjukkan bahwa etika, personal branding, dan etika digital harus berjalan seiring untuk menciptakan ekosistem konten yang sehat dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, penting bagi setiap content creator untuk terus belajar dan mengaplikasikan prinsip-prinsip etika dalam setiap aspek pekerjaan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun