Mohon tunggu...
Miki Mayang
Miki Mayang Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dua anak

Tinggal di Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Kumpulan Cerita Pendek "Burung Pak Latip" Dian Martosuwito

29 Juni 2022   11:52 Diperbarui: 29 Juni 2022   11:57 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Miki Mayang 

Burung Pak Latip adalah buku kumpulan cerita pendek karya Dian Martosuwito, penulis cantik yang sebelumnya juga sudah merilis beberapa buku. Satu di antaranya merupakan novel kolaborasi berjudul Eli & Emil.

Latar warna terang yang menghiasi kover bagian depan kontras dengan sisi belakangnya yang dominan gelap, seolah merepresentasikan realitas kehidupan seperti dua sisi mata uang yang saling bertolak belakang. Bagaikan siang yang bisa dengan mudahnya berganti malam, pun demikian dengan bahagia dan nestapa.

Sepertinya latar belakang penulis yang lahir dan tinggal di salah satu kota di Jawa Timur, turut memengaruhi pemilihan diksi pada beberapa dialog yang dipadu-padankan dengan bahasa Jawa. Meski menghasilkan efek yang lebih dramatis dan bisa menjadi peluang konservasi bahasa lokal, namun mungkin akan sedikit menyulitkan bagi pembaca yang berasal dari luar daerah.

Seratus empat puluh delapan halaman di dalamnya sebagian besar memuat isu sosial seputar kemiskinan, skandal, penghianatan, dan tetek bengek problematika rumah tangga lainnya. Tentu membutuhkan nyali ekstra untuk bisa mengangkat tema yang acap kali muncul di setiap momen "bisik-bisik tetangga" tersebut.

Entah penulis sengaja memotret peristiwa sosial di sekitarnya atau sekadar berangkat dari imajinasi liarnya semata, yang jelas, tragedi yang disuguhkan di akhir cerita pada sebagian besar cerpen-cerpennya dengan beberapa karakter tokoh yang digambarkan berperilaku menabrak norma, sedikit banyak akan membuat para pembaca overthinking. Misalnya cerpen yang berjudul Aluna, dan Maryam.

***

Sarkas dan sinisme terasa begitu tajam dalam cerpen Burung Pak Latip, terinspirasi dari fenomena para pemuja burung piaraan di kampung tempat penulis tinggal. Di mana setiap pagi dan sore hari mereka kompak melakukan ritual memandikan makhluk mungil yang gemar berkicau itu, di halaman rumah masing-masing. Sampai suatu ketika takdir buruk menghampiri burung-burung milik Pak Latip. Sontak, terjadi keriuhan lantaran saling tuduh terkait siapa di antara mereka yang berulah, hingga kemudian seseorang membuat pengakuan yang sungguh di luar dugaan.

Sebenarnya kisah-kisah yang disajikan dalam buku ini sesederhana cerita keseharian pada umumnya, namun memiliki twist yang lumayan mencengangkan. Seperti akhir tragis pada cerpen Tukang Kawin, yang mengulas kegetiran hidup dipicu faktor himpitan ekonomi. Juga pada cerpen Simpanan, yang begitu kental aroma klenik dan mistisnya.

Beberapa orang memang terlahir memiliki kemampuan yang terhubung dengan hal-hal gaib di luar nalar. Contohnya, kemampuan melihat tangan-tangan yang sekonyong-konyong muncul dari balik lemari tua dalam cerpen Lemari Ibu. Atau seperti di cerpen Rasmi Telah Patah Hati, yang mengisahkan tentang seorang gadis dan kekasih invisiblenya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun