Kompetensi selalu dikaitkan dengan kualitas seseorang dalam satu bidang tertentu. Kompetensi dapat mempengaruhilaju karir seseorang dalam suatu perusahaan. Mempertimbangkan kompetensi memang hal yang dapat dikatakan penting dalam menempatkan seseorang dalam satu bidang tertentu.
Semakin tinggi tingkat kompetensi seseorang akan dapat “memaksa” orang lain yang ada dalam lingkungan kerjanya “takluk” pada kompetensi orang tersebut dan menyerahkan diri “kemudi” pada orang tersebut. Aspek “penyerahan diri” pada kompetensi orang lain (yang lebih tinggi) ini juga hal yang penting dalam menjaga sinergi kerjasama dalam satu team (baik sesama anggota team ataupun antara anggota team dengan team leader).
Hanya saja penyerahan diri yang membabi buta bukanlah hal yang positif dalam dunia kerja. Akan sangat terlihat kesan sebagai orang yang termasuk dalam criteria “Yes Boss”. Keberanian untuk mengatakan “tidak” pada atasan memiliki nilai yang positif. Seorang atasan atau leader akan selalu menampilkan diri sebagai sosok yang tidak memiliki kegamangan sama sekali ketika dia menggunakan topeng sebagai seorang decision maker. Akan tetapi hal ini tidak menjamin bahwa keputusan yang diambil tidak ada unsur keraguan sama sekali pada saat proses tersebut berlangsung.
Dengan asumsi (atau lebih tepat disebut sebagai celah) ini, akan memungkinkan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang leader, manager dan sebagainya mendapat sentuhan yang berarti ketika ada keberanian seorang bawahan berani mengatakan “tidak”.
Hanya mengatakan “tidak” ?
Keberanian mengatakan “tidak” oleh seseorang menyatakan sebuah penolakan terhadap sesuatu. Keberanian mengatakan “tidak” juga dapat mengukuhkan seseorang sebagai sosok yang memiliki pola pikir yang lebih kompleks. Pola pikir yang sederhana akan melahirkan generasi“Yes Boss” yang akan menyederhanakan segala sesuatu sesuai warna yang diminati oleh atasannya.
Ketika Anda diajak makan siang oleh atasan anda ke sebuah restoran atau rumah makan, menu makanan ditentukan oleh atasan anda. Makanan: masakan khas Padang (pedas dan berminyak), minuman: orange juice, hidangan penutup: salad buah kiwi. Anda adalah penderita maag akut. Apa dan bagaimana keputusan anda?
Mengatakan “tidak” akan memerlukan beberapa factor yang dapat dikatakan sebagai syarat mutlak. Salah satunya adalah alasan untuk justifikasi. Penolakan tanpa alasan menjadikan penolakan tersebut tanpa kekuatan yang dapat saja menjadi boomerang di kemudian hari.
Keputusan seorang leader, manager atau atasan memang tidak selalu harus mendapat intervensi dari seorang bawahan. Tetapi seorang bawahan dengan “penyerahan diri” semutlak mungkin tidak juga dapat dikatakan memiliki aspek bantuan ke atasan dengan pengecualian atasannya memiliki konsep centralism dan ototiter. Keberanian seorang leader atau manager dalam penerimaan penolakan dari bawahan juga bukanlah hal yang mudah bagi seorang leader atau manager yang memiliki konsep centralism dan otoriter. Kesamaan style keputusan yang diambil akan cenderung menjadikan “ciri” negative bagi sang leader. Hambar dan memaksakan. Kehambaran dan kesan memaksakan akan sedikit tertolong dengan konsep multi-kompetensi dalam diri seorang leader atau manager. Hanya saja tetap harus memiliki satu kompetensi yang mendominasi kompetensi lainnya.
Seorang dokter bisa saja menjadi seorang ahli pertanian juga, tetapi akan lebih pas jika ada masalah pertanian pengajuan pertanyaannya ke ahli pertanian, bukan ke dokter. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H