Memori sejarah terekam jelas dalam pikiran sehingga menjadi cerita yg sering di pertuturkan. Namun, kemajuan jaman membuat orang lupa menuturkan dan mengingat masa perjuangan yang menjadikan kita bisa ada sampai titik ini.
Terlepas dari segala tantangan jaman, manusia dengan moralitasnya, manusia dengan primordialismenya, manusia dengan ancaman iklim, manusia dengan ekonomi kapital, manusia dengan ketumpulan hukum, manusia dengan manusia lainnya bahkan manusia dengan identitas dirinya, namun ada hal yang yang tidak bisa kita lupakan bahwa setiap era selalu ada masalahnya, tapi apakah kita memilih untuk merdeka atau mati?
Telinga sering mendengar banyak orang menyuarakan dengan lantang tentang keadilan. Tapi, apakah kita sendiri sudah hidup dalam keadilan itu? Sejak jaman orde baru mahasiswa dan pemuda terus sigap untuk mewujudkan keadilan, masih ingat Tritura? Masih ingat tonggak lahirnya era reformasi? Siapa yang berdiri dan menyuarakan?
Pemuda, mahasiswa yang tergerak dalam gerakan aktivis. Mereka menyuarakan kemerdekaan dan terjadilah seperti yang mereka perjuangankan. Lalu, bagaimana hidup para aktivis di era ini?
Apakah mereka tahu poin butir-butir dalam pengamalan Pancasila? Apakah mereka mengerti apa saja yang diatur dalam UUD 1945? Saya yakin, aktivis jaman sekarang mengabaikan itu. Itulah sebabnya banyak aktivis era ini yang senang melanggar aturan, tidak paham makna konstitusi, lobi sana-sini, menjilat sana-sini, melakukan hal sesuka mereka bahkan untuk kepentingan golongan sendiri.Â
Lalu, apakah aktivis saat ini merdeka atau mati? Kekuasaan, uang, eksistensi membungkam mereka. Itulah kenapa, aktivis harus menjauhi kelompok kepentingan untuk menghidupkan idealisme dalam jiwa kepemimpinan. Saat ini jiwa aktivis tidak merdeka, tapi mati. Banyak stigma yang tumbuh subur bahwa aktivis lama menyelesaikan studi, jadi massa bayaran, ikut kepentingan golongan, tidak berprestasi, dan tidur dalam kenyamanan status "Aktivis".
Inilah tugas kita bersama, menyelamatkan stigma sosial tentang aktivis. Kita harus mengupayakan diri dan melatih diri semaksimal mungkin untuk menjadi pilar-pilar perubahan. Semangat kemerdekaan ini harus menyadarkan kita bahwa apapun tantangan dan kesulitan yang dihadapi, aktivis tidak pernah mengenal kata "menyerah", kalau mereka menyerah dalam hidup mereka, bagaimana negara ini akan kokoh berdiri.
Bisa atau tidak bisa, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka mereka harus masuk dalam sistem untuk ikut ambil peran. Â Yang menjadi pelajar hendaknya belajar sungguh-sungguh dan berprestasi, yang bekerja hendaknya profesional dan melakukan tanggung jawab sebaik mungkin. Jiwa-jiwa seperti ini harus dihidupi supaya tidak mati. Jangan biarkan tantangan hidup di jaman ini mendegradasi semangat kibarmu. Sekarang, apa yang kau pilih, kawan? Merdeka atau Mati?
Mari hidup bersama untuk saling menghidupkan!
Selamat Dirgahayu ke-78 RI
Penulis: Mikha Selina Putri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H