Prediksi ini akan berubah setiap harinya sembari makin banyaknya asupan data yang masuk. Tim SUTD sempat pula menekankan bahwa model dan data "tidak akurat karena harus bersanding dengan realitas yang kompleks, berkembang, dan heterogen dari berbagai negara" dan bahwa "ramalan ini tidaklah pasti."
Setiap prediksi harus dibaca dalam kombinasi dengan peristiwa terkini yang terjadi di dunia nyata dan perubahan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi penyebaran virus.
Penguatan pembatasan di Singapura pada bulan April mungkin telah menekuk kurva lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya, dan relaksasi aturan jarak sosial di Jerman atau protes terhadap penguncian di AS dapat menunda titik akhir akhirnya karena tingkat infeksi mulai membangun sekali lagi.Â
Begitupula dengan negara kita dengan aturan PSBB yang terkesan tidak tegas, kesadaran masyarakat yang rendah, dan gonta-gantinya kebijakan pemerintah akan izin operasi transportasi umum disaat pandemi ini. Prediksi dari SUTD bulan lalu menyatakan bahwa COVID-19 akan berakhir di Indonesia sekitar tanggal 6 Juni 2020, minggu lalu prediksinya mundur ke tanggal 23 September 2020, dan minggu ini prediksi akhir COVID-19 mundur lagi menjadi 27 Oktober 2020.
Ini bukanlah berita baik jika ternyata model yang dikeluarkan oleh AI milik SUTD akurat. Untuk pertanyaan faktor apa yang menyebabkan maju atau (lebih tepatnya) mundurnya prediksi akhir COVID-19 di negara ini, mari kita introspeksi diri dan memperhatikan kebijakan-kebijakan pemerintah.
Walaupun adanya prediksi akhir mungkin dapat menjadi sebuah cahaya harapan, selalu ada bahaya dalam optimisme berlebihan terhadap tanggal yang diperkirakan. Jangan kira karena AI menyebut bulan September atau Oktober kita bisa lengah.
Perlu diketahui bahwa setiap pelonggaran aturan jarak sosial dapat menyebabkan perputaran infeksi dan perpanjangan pandemi. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, meskipun prediksi berdasarkan sains dan data ditujukan untuk menjadi objektif, pada dasarnya hal ini masih tidak pasti.Â
Satu hal yang pasti adalah bahwa model, data, dan prediksi tidak akurat dan tidak cukup untuk sepenuhnya mewakili realitas dunia kita yang kompleks, berkembang, dan heterogen. Data-data dan prediksi dari tim SUTD dapat dilihat di tautan berikut.
Kapan kah ini akan berakhir? Mari kita tanyakan pada rumput yang bergoyang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H