Sebuah foto dibagikan di Twitter oleh Dinas Penyelamat Maritim Spanyol, Salvamento Maritimo. Dalam foto tersebut terlihat tiga orang duduk di daun kemudi di luar buritan kapal tanker minyak dan kaki mereka menjuntai ke bawah hanya beberapa meter di atas permukaan air laut.
Diketahui kapal tanker tersebut melakukan perjalanan dari Lagos, Nigeria sejak 17 November dan akhirnya tiba di Las Palmas, Gran Canaria, Spanyol pada tanggal 28 November. Situs pelacakan maritim mengatakan bahwa Kapal Althini II berbendera Malta tersebut sudah menempuh jarak lebih dari 2.700 mil atau sekitar 4.345 kilometer. Tiga penumpang gelap tersebut akhirnya diselamatkan di Kepulauan Canaria oleh Dinas Penyelamat Maritim Spanyol.
Setelah ditemukan, ketiganya segera dilarikan ke rumah sakit di Kepulauan Canaria dengan gejala dehidrasi, hipotermia, dan disorientasi. Menurut otoritas Spanyol, seorang dari mereka masih dirawat di rumah sakit, sedang dua pria lainnya sudah dilepaskan. Hingga saat ini, identitas dan motif mereka meninggalkan Nigeria dan bersembunyi di daun kemudi kapal masih belum dipublikasikan.
Seorang juru bicara kepolisian di Kepulauan Canaria menyerahkan urusan penumpang gelap ini kepada operator kapal. Hal ini sesuai dengan hukum yang berlaku di Spanyol, yakni pemilik kapal atau agen kapal adalah pihak yang bertanggung jawab memulangkan mereka ke titik keberangkatan, kecuali mereka adalah pencari suaka atau anak di bawah umur.
Pada Rabu pagi, organisasi hak asasi manusia Walking Borders (WB) mengeluarkan pernyataan meminta pemerintah Spanyol menghentikan proses pemulangan mereka ke Nigeria. WB menyerukan agar kasus mereka ditangani secara khusus. WB juga mengatakan bahwa ketiga penumpang gelap itu akan ditempatkan dalam program kemanusiaan pemerintah Spanyol bagi para migran.
Kejadian seperti ini bukan pertama kalinya terjadi. Seorang bocah laki-laki berusia 14 tahun diketahui melakukan perjalanan dari Lagos, Nigeria ke Gran Canaria pada tahun 2020. Kejadian lain juga terjadi di tahun yang sama, empat laki-laki ditemukan di daun kemudi kapal tanker minyak Norwegia, Champion Pula, setelah menempuh perjalanan dari Lagos ke Las Palmas. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah imigran yang menyeberang dengan kapal dari Afrika Barat ke Kepulauan Canaria, Spanyol, telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Seperti yang diketahui, Kepulauan Canaria adalah pintu gerbang favorit para imigran dari Afrika yang berusaha masuk ke Eropa.
Kita dapat melihat dari kasus ini bahwa penjagaan di sekitar pelabuhan Afrika masih sangat kurang diperhatikan. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa kejadian sejenis sudah berulang kali terjadi selama beberapa tahun terakhir. Hal ini sangat memprihatinkan, orang-orang tersebut rela melakukan perjalanan berbahaya yang mempertaruhkan nyawa mereka demi pergi ke negara lain. Pemerintah Afrika seharusnya bisa belajar dari kejadian-kejadian sebelumnya untuk lebih memperketat lagi penjagaan di pelabuhan dengan selalu memeriksa kembali kapal sebelum berangkat atau dengan menambah jumlah personel keamanan. Pemerintah Afrika juga seharusnya bisa lebih menjaga masyarakatnya dengan mempertegas kembali peraturan-peraturan terkait dan memberi sanksi setimpal untuk memberi efek jera. Kasus ini merupakan kasus tindak kriminal yang dapat memicu masalah antarnegara dan merupakan kasus yang sangat serius karena berkaitan dengan keselamatan manusia maka seharusnya dapat ditangani dengan sungguh-sungguh.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H