[caption caption="http://jupitter.blogspot.co.id/2011/01/pernah-denger-tentang-tuyul.html"][/caption]
Ada beberapa laporan yang menjadi pembicaraan publik seperti "Razia mie instan di Tawain", "Rumah Kaca Abraham Samad", "Jilbab Hitam", "Plagiat Guru Besar UGM", "Foto Gayus Tambunan", "Korupsi di TNI Angkatan Udara" dan lain-lain.
Kompasiana adalah media warga yang beberapa kali "mengguncang" publik dengan laporan-laporan bocoran hasil investigasi warga. Demi keamanan, penulis warga biasanya menggunakan nama samaran atau bukan nama sebenarnya.
Selengkapnya bisa dibaca disini...
Jadi sudah jelas, pihak pengelola Kompasiana memang sengaja membebaskan siapa saja (tanpa verifikasi) untuk bisa membuat tulisan atau sekedar berkomentar. Maksudnya seperti tulisan Kang pepih di atas...
Namun seiring waktu, Kompasiana juga sering dijadikan sebagai alat untuk mencari perhatian dan menggiring opini publik (kampanye), yang terakhir saya lihat malah menjadikan media warga ini untuk menebarkan kebencian terhadap segala keragaman yang ada di Indonesia.
Pada November kemarin, ada sekelompok akun yang memang sengaja dibuat untuk menaikan tulisan tertentu. Saya sebut mereka ini “Mpok Nov” aja ya. Mpok.
Awalnya saya tidak tahu apa misi pembuatan “Mpok Nov” ini secara berbarengan sampe lebih dari 20 orang. Karena Mpok Nov membuat tulisan tentang satwa, ikan dan lain lain...
Mpok Nov lalu mulai memperhatikan apa dan bagaimana strateginya untuk bisa dikenal di Kompasiana. Kemudian perlahan lahan mereka mendekati salah satu akun dan terus melakukan puja puji terhadap akun tersebut.
Sampai pada jelang pilkada DKI sekarang, barulah niat yang sesungguhnya Mpok Nov ini terbuka.
Rupanya Mpok Nov ini memang sengaja merapat pada salah satu akun yang mereka anggap bisa dijadikan sebagai kuda tunggangannya untuk melaksanakan misinya.