Yang pastinya penyebar isu SARA adalah orang yang punya kepentingan besar dalam pilkada DKI ini.
Mereka tidak rela jika kepentingannya jatuh ke pihak lawan. Masing masing pihak ingin meraih keuntungan dalam pilkada DKI ini.
Dana jor joran untuk menghantam lawannya. Segala macam isu dilontarkan. Tidak mau perduli isu tersebut sangat berbahaya. Yang penting niatnya untuk menjatuhkan lawan politiknya.
Media sosial, terutama WA, Telegram, FB atau Twitter dijadikan alat untuk melempar isu yang paling efektif.
Mirisnya, kelakuan para pendukung paslon, ketika mendapat broadcast -entah darimana asalnya ga jelas- sudah langsung dishare kemana mana tanpa mau tahu benar atau tidaknya.
Melihat status orang begini begitu, sudah langsung dishare ke teman temannya. Padahal tidak tahu siapa orang dibalik akun itu, entah kawan atau lawan.
Kalau kampanye dengan menggunakan ayat kitab suci aja mah, itu sudah sering dilakukan. Yang ada sekarang sudah sangat parah, karena sudah disertai ancam mengancam.
Jika memilih ini akan dibegitukan, jika memilih itu akan dibeginikan. Kalau ini yang menang akan dibegitukan dan kalau itu yang menang akan dibeginikan... Ini apa?
Mau pilkada saja koq sampai segitunya sih? Hanya pemilihan rutin 5 tahunan sekali aja, koq sampe setega itu mengumbar isunya sih?
Ini sudah melebihi batas kewajaran yang bisa ditoleransi oleh para penegak hukum.
Aparat harus secepatnya menangani para penyebar ancaman itu. Jika terus dibiarkan, dikuatirkan akan menimbulkan konflik horizontal, yang korbannya tidak bisa kita bayangkan.