Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aksi 4 November dan SBY

3 November 2016   07:12 Diperbarui: 3 November 2016   16:52 9547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya ga tau mau nulis apa nih, abis yang ada dipikiran saya sekarang ini semua campur aduk ga keruan...

Jadinya ya tulisan atau apaan sih yang kaya gini... Wis ra urus, yang penting ketak ketik, kasih gambar, simpan di draft, liat lagi, terus publish...

Sebelum baca ayo siapin kopi sama gorengan dulu.... Buat yang ga ngopi siapin air putih yang cukup, biar adem bacanya ya...

Dan...biar lebih rileks lagi, ayo bareng bareng kita nyanyi  lagu yang relevan dengan kondisi politik sat ini... Salah satu lagu kesenengan tetangga saya.

Pak AJ... Yang ini beneran lagu kesenengan tetangga saya lho...

Judul lagunya Tumaritis yang doeloe dinyanyikan oleh Doel Sumbang...

***

Nah, kalau udah agak kendor urat syarafnya -bukan kullitnya seperti Tumaritis lho- yook kita comot gorengannya, terus minum kopinya, atau minum air putih deh...

Lanjut ya...

Tetap masih fokus pada Pilkada DKI dan sekarang kita tambah dengan kejadian yang bakalan heboh, rencana demo 4 November nanti.

Dalam berbagai kasus, kita harus selalu melihat siapa yang akan diuntungkan dan dirugikan. Karena dari sinilah kita bisa menarik benang merahnya.

Seperti saya tulis kemarin, dalam kisruh ini, pihak Demokratlah yang paling diuntungkan. Sedangkan kita sebagai masyarakat jelas dirugikan, begitu juga dengan para elite yang sibuk bertengkar, pasti namanya akan tercoreng.

Kisruh Pilkada Siapa yang Diuntungkan dan Siapa yang Dirugikan

Sekarang mari kita lihat kronologinya...

Senin, 31 Oktober 2016.

Terkait demo yang akan dilangsungkan tanggal 4 November, Presiden Jokowi mendatangi kediaman Prabowo di Hambalang.

Ini adalah sebuah tindakan yang sangat hebat. Saya angkat 4 jempol untuk Presiden Jokowi yang mau sowan ke Prabowo, yang menjadi seterunya  pada Pilpres 2014 lalu.

Begitu juga dengan sambutan Prabowo yang sangat hangat terhadap Presiden Jokowi. Tidak keliatan ada ganjalan lagi bagi keduanya dalam pertemuan tersebut. Sikap keduanya inilah yang patut dicontoh oleh para mantan lainnya yang sampai sekarang masih ada ganjalan.

Besoknya, Selasa, 1 November 2016.

Presiden Jokowi mengundang tokoh tokoh Islam ke istana untuk meminta nasehat terkait demo 4 November. Titik.

Malamnya, Prabowo mendatangi kantor DPP PKS di Jln TB Simatupang, Jakarta Selatan.

Berbarengan dengan itu, SBY mendatangi kantor Menko Polhukam, Wiranto. Dan, langsung malam itu juga, SBY mendatangi rumah dinas Wapres JK di Jalan Diponegoro, Jakarta.

Apakah rangkaian kejadian itu tidak ada kaitannya? Hmmm...

Mari kita lihat lagi perkembangannya lebih lanjut...

Rabu, 2 November 2016...

nasional.kompas.com
nasional.kompas.com
"Kalau ada info atau analisis intelijen seperti itu, saya kira berbahaya menuduh seseorang, kalangan, parpol, melakukan seperti itu," kata SBY.

Dalam jumpa pers tersebut, SBY tidak menyebut siapa pihak yang dituduh menggerakkan aksi tersebut.Meski demikian, dia menganggap informasi tersebut fitnah.

SBY secara jelas mengatakan bahwa info intelejen yang didapatnya adalah FITNAH dan MENGHINA.

Pertanyaannya, siapa yang difitnah? Menghina siapa?

Sepatutnya, kalau memang tidak merasa, lha mengapa SBY seperti “kebakaran jenggot”, lalu sibuk cari info kesana kemari?  Jadi, tidak perlu lagi kita bahas lebih lanjut, silhkan dinilai sendiri dari tindakan SBY...

Selanjutnya...

Eng Ing Eng...

nasional.kompas.com
nasional.kompas.com
Jadi kalau ingin negara kita ini tidak terbakar oleh amarah para penuntut keadilan, jangan salah kutip, negara ini tidak terbakar oleh amarah para penuntut keadilan. Pak Ahok ya mesti diproses secara hukum. Jangan sampai beliau dianggap kebal hukum. Ingat quality before the law. Itu bagian dari demokrasi, negara kita negara hukum. Kalau perlu diporses tidak perlu ada tudingan Pak Ahok tidak boleh disentuh. Bayangkan do not touch Pak Ahok, bayangkan

Beeeuuuhhhh... Biar ga ikutan kebakar, ayo minum air putih dulu biar adem, yooo... Tarik napas dalam dalam, hembuskan pelan pelan... Lakukan sampe 7 kali... Biar tenang.... 

Para pendukung Ahok ayoo tenang yooo... Pendukung Agus juga tenang yooo... Biar ga kisruh, ayo salaman dulu donggg... Sip sip dah...

Ditulisan yang kemarin saya mengatakan, SBY tetap tenang sambil tetap mengumpulkan kekuatan. tapi melihat kejadian ini teman saya bilang, tindakan SBY ini kesusu–terburu buru-, jadi keliatan gimana gitu lho... Kaya mau cepet cepet ambil untung gitu... 

Padahal, jika saja SBY tetap tenang -adem ayem- tidak mau masuk dalam konflik, mungkin Demokrat bisa mengambil keuntungan yang sangat besar, lanjutnya.

Kemudian teman saya menambahkan sambil bertanya, kalau melihat “gerakan” –manuver- SBY dalam dua hari terakhir ini, apakah karena ada sesuatu yang menggganggunya?

Mungkin teman saya tidak tau, bisa saja menurut perhitungan SBY, sekarang timing yang tepat untuk masuk kedalam konflik. Atau bisa juga menurut perhitungan SBY, sudah saatnya ikut menumpang (mbonceng) pada kekuatan salah satu pihak?

Atau mungkin juga teman saya tidak ingat, betapa cepatnya reaksi SBY ketika ada isu yang dianggap mengganggunya. Berbanding terbalik dengan tindakannya ketika ada isu nasional lainnya.

Saya kasih satu contoh nyatanya saja ya...

Ga usah kita ambil contoh tentang lambatnya pembangunan infrastruktur deh, karena mungkin aja proyek itu banyak korupsinya jadi banyak yang mangkrak ga keruan.

Kita ambil contoh tentang kemanusiaan, yang mestinya mendapat perhatian serius dan secepatnya dari pemerintah.

Masih ingat tentang letusan Gunung Sinabung?

Pada era pemerintahan Jokowi, letusan Sinabung dianggap sebagai bencana nasional, supaya masyakat bisa secepatnya mencapat bantuan dari pemerintah.

Namun pada era SBY, bencana kemanusiaan tersebut tidak mendapat perhatian sama sekali. Pemerintah saat itu tidak menetapkan penderitaan rakyat sekitar sebagai bencana nasional (http://www.beritasatu.com/nasional/164337-ukp4-sinabung-bukan-bencana-nasional.html).

Apa salahnya sih jika saat itu pemerintah menetapkan letusan Sinabung sebagai bencana nasional, yang sudah jelas jelas membawa dampak buruk bagi masyarakat. Apa mesti mesti menunggu rakyat sengsara lebih parah baru dibantu? Apakah dengan menetapkan sebagai bencana nasional, pemerintah langsung bangkrut?

Mungkin saking gemesnya bang Ninoy sampai membuat surat cinta untuk ibu Ani. Tulisan yang akhirnya dihapus admin. Tapi karena di era digital sekarang, apa yang heboh masih bisa dicari di tempat lain... 

SIlahkan disimak...

Surat Terbuka Instagram untuk Ani Yudhoyono dari Vita Sinaga Hutagalung Korban Sinabung

Ajaibnya, hanya dalam tempo sekejab justru surat cinta itulah langsung mendapat respon dari pihak istana. Balasan Surat Terbuka Bu Ani Kepada Vita Sinaga Hutagalung.

(Apakah surat balasan itu berasal dari ibu Ani? Saya tidak tau. Tapi yang pastinya tulisan bang Ninoy sudah dihapus oleh admin. Dari info A4 yang saya dapatkan, kang Pepih sempat ditelp dari pihak terkait yang merasa keberatan, yang meminta menghapus tulisan bang Ninoy)

Aneh kan?

Itu cuma satu contoh dari sekian banyak contoh lainnya. Pemerintah SBY selalu lambat bereaksi ketika ada masalah kecuali jika terkait dengan diri dan keluarganya. 

Salah satu contoh trik curhat SBY yang selalu sukses, yaitu merasa dizholimi. Pada masa kampanye Pilkada DKI, trik ini kembali dimainkan...

news.detik.com
news.detik.com
"Kami semua yang di kiri kanan ini merasakan, sejak Agus Harimurti mencalonkan diri sebagai calon gubernur, angin menerpa saya dan keluarga dengan sangat kencangnya," kata SBY di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Rabu (2/11/2016)

Sedih kan? Hikzzz...

Oh ya, saya mohon maaf deh, jika mungkin tulisan ini bisa menyerempet keluarga ke dalam urusan ini. Abisnya susah sih, kan pak SBY sudah mencalonkan anak sulungnya Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon Gubernur DKI, maka secara otomatis urusan keluarga pun bisa nyerempet nyerempet ke ranah publik.

Maaf ya pak...

Kita kembali ke fokus tentang Pilkada DKI dan aksi 4 November yang katanya akan bikin geger istana dan bumi pertiwi, karena disebutkan aksi ini akan didukung oleh banyak pihak dari seluruh tanah air...

Nah, yang paling sering dikatakan, bahwa aksi demo 4 November tidak ada kaitannya dengan Pilkada DKI dan politik. Katanya, gerakan ini murni gerakan agama.

Benarkah demikian?

Sekarang jika kita lihat lagi rangkaian kejadian beberapa hari terakhir –seperti yang saya tulis di atas- apakah kita masih menyimpulkan tidak ada kaitan dengan politik dan Pilkada DKI?

Silahkan menyimpulkan sendiri...

Penutup...

Sekarang biar adem, gimana kalau kita nyanyi lagi...

Sebuah lagu yang tiap kali melihatnya membuat saya terharu... Tentang keragaman, kebersamaan tanpa membedakan apa warna kulit, rambut, mata dan segala perbedaan lainnya...

Karena siapapun kita. TIDAK ADA YANG BISA MENGINGINKAN DILAHIRKAN OLEH SIAPA DAN DIMANA...

Anak anak ini bisa menunjukan pada kita orang yang jauh lebih tua dan panjang cara berpikirnya, bahwa sangat indah bila kita bisa hidup dengan bergandengan tangan tanpa membedakan satu dengan yang lainnya.

Salam Damai...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun