Pemerintah melalui media, justru meminta masyarakat ikut serta dalam aksi Penyucian Diri (The Purge) ini.
Makanya pada hari itu -dimulai sejak jam 19.00 berakhir sampai jam 07.00, selama 12 jam- tidak akan ada polisi, pemadam kebakaran maupun ambulan yang akan memberi pertolongan.
Sejak film yang pertama ini, sudah ada titik terang alasan sebenarnya diadakan hari Penyucian Diri. Karena yang lebih banyak menjadi korban adalah rakyat miskin, kelompok masyarakat kelas 3.
Terlebih lagi pemerintah membuat peraturan yang menetapkan bahwa pejabat pemerintah tidak boleh diserang.
Supaya tidak terlalu panjang, saya cuma bisa bilang, bahwa ending film ini lumayan bagus walaupun sudah bisa diterka.
Sukses dengan film pertama, kemudian dilanjutkan dengan film kedua, yang berjudul The Purge Anarchy, dirilis tahun 2014 lalu.
Inti ceritanya sebenarnya mirip dengan yang pertama, hanya saja dalam film kedua, sudah mulai terlihat lebih jelas bahwa korban pembantaian lebih banyak dari kalangan orang miskin.
Seluruh lapisan masyarakat terkena doktrin yang mengatakan, dengan melakukan pembantaian, Â akan membuat dirinya bersih, suci seperti orang yang lahir kembali.
Oleh sebab itu mereka –orang orang kaya- banyak yang rela mengeluarkan uang banyak hanya untuk melakukan The Purge. Yang menjadi target pembunuhan secara masiv adalah orang miskin, yang dianggap tidak berguna. Mereka yang dianggap sampah, diburu, diperjual belikan hanya untuk dijadikan target pembunuhan.
Begitu juga dengan orang miskin, banyak yang tidak sadar hanya dijadikan korban. Bahkan, saking termakannya doktrin The Purge, Â ada seorang ayah yang rela menjual tubuhnya untuk dijadikan korban penyucian orang orang berduit.
Tapi dalam fillm kedua -yang berjudul The Purge Anarchy- sudah terlihat ada perlawanan dari sekelompok orang miskin yang menjadi korban pembantaian ini.