Dan lucunya, justru yang dari awal nulis kasus Sumber Waras, sekarang ga pernah keliatan nulis lagi... Ada apa?
Baru setelah ada laporan audit BPK yang beneran NGACO, justru oleh haters hal itu dianggap paling bener. Lugu atau emangnya dudul?
Saking lugunya, banyak yang jadi korban haters. Mereka membabi buta menyalahkan semua yang dianggap berpihak pada Ahok.
Dimulai dari BPN yang dianggap salah mengeluarkan PBB Sumber Waras, terus KPK yang belum juga menetapkan Ahok sebagai tersangka, kemudian berlanjut ke Wakil Ketua KPK, Saut Situmorang, yang dianggap salah ucapan ke HMI.
(Dari kasus Saut aja, kita bisa kita lihat, betapa ga nyambungnya, apa yang diulas haters sama apa yang jadi masalah. Semua disambung sambungin doang, biar keliatan ada benang merahnya...)
Saat kasus ini udah melempem, dapat lagi pasokan amunisi, berupa memo dari berita Tempo. Membaca berita di Tempo, semangat haters seperti balon kempes yang ditiup lagi.
Padahal sebelumnya haters selalu mendiskreditkan Tempo, Kompas dan Detik yang dianggap membela Ahok. Inilah tipikal haters, selalu nyomot berita yang disukai aja...
Lugunya lagi, setelah ada klarifikasi dari Ahok dan APL, mereka mencari celah lain yaitu menyalahkan Polri dan TNI yang dianggap terima gratifikasi dari Ahok.
Coba perhatiin deh, BPN, KPK, Saut, Polri, TNI, Kompas, Tempo dan Detik, semua jadi korban, karena dianggap membela Ahok...
Belum lagi Jokowi yang dianggap menjadi beking Ahok.
Duh...