Isu rasis jelas jelas telah banyak membawa luka yang sangat dalam bagi anak negeri. Sangat tidak baik untuk diungkit terus, terlebih lagi ikut disebarkan oleh seorang Yang Mulia Duta Besar Indonesia.
Bukankah sebagai penyandang predikat Yang Mulia Duta Besar harusnya lebih tahu mana yang rasis atau bukan? Mengapa juga harus ikutan menyebarkannya isu tersebut? Bukankah akibatnya bisa merugikan diri sendiri?
Dimyati menilai, Yusron berusaha membela kakaknya, Yusril Izha Mahendra, yang akan bertarung dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 melawan Ahok. "Kasihan Pak Yusril,"
Bukankah Yang Mulia Duta Besar, nantinya akan dianggap tidak bisa menghargai perbedaan alias penganut rasisme?
Bagaimana mungkin Yang Mulia Duta Besar, bisa menjalin hubungan baik dengan bangsa lain jika jauh dalam hatinya sendiri penuh dengan ketidak sukaan (kebencian) terhadap perbedaan (kepada bangsa asing).
Dan yang lebih konyol lagi, Yang Mulia Duta Besar ini, justru ditugaskan sebagai Duta Besar di negeri yang pernah menjajah bangsa sendiri. Hmmm... Miris kan?
Apakah negeri ini sedang ingin ditertawakan dunia, dengan menempatkan orang yang akan disebut sebagai penganut rasisme di negeri sahabat? Duh... Malu aku, mak...
Ada juga yang mantan menteri mengumbar pernyataan bahwa Ahok itu keturunan China dan dobel minoritas yaitu Kristen. (tapi supaya tidak panjang kali lebar, yang ini akan dibahas di lain tulisan)
***
Kelucuan para “bakal calon” Gubernur DKI itu, lebih lucunya lagi menular ke beberapa penulis Kompasiana.
Beberapa penulis ini, yang merasa dirinya yang paling hebat, paling tau segalanya, sehingga selalu menganggap rendah yang lainnya, tapi lucunya mereka koq seakan baru saja tahu bahwa kalau Ahok itu dobel minoritas. Lalu setiap hari, setiap saat menyerang Ahok selalu menggunakan isu rasis.