Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Layak Kita Terus Meributkan Akun PK?

16 Oktober 2015   21:22 Diperbarui: 16 Oktober 2015   21:22 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://nasional.kompas.com/read/2015/09/26/13411821/Antisipasi.Kasus.Gayus.Terulang.Petugas.Lapas.Diusulkan.Dirotasi"][/caption]

Sekedar refleksi dan menyegarkan ingatan...

Inikah Pihak Yang Berada Di Balik Melemahnya Rupiah

Inilah Penyebab Koruptor Tidak Mendapat Hukuman Berat

Undang-undang no 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

http://lawfile.blogspot.co.id/2011/04/undang-undang-nomor-31-tahun-1999.html

BAB V

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 41

(1) Masyarakat dapat berperan serta membantu upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diwujudkan dalam bentuk:

  1. hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi;
  2. hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi;
  3. hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggungjawab kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi;
  4. hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang diberikan kepada penegak hukum dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari;
  5. HAK UNTUK MEMPEROLEH PERLINDUNGAN HUKUM DALAM HAL :
  6. melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c;
  7. diminta hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan, dan disidang pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi, atau saksi ahli, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
  8. masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai hak dan tanggungjawab dalam upaya mencegah pemberantasan tindak pidana korupsi;
  9. hak dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat 93) dilaksanakan dengan berpegang teguh pada asas-asas aau ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dengan menaati norma agama dan norma sosial lainnya;
  10. ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

***

Saking banyaknya makhluk yang dinamai koruptor, kemungkinan besar mereka ada di lingkaran kita. Seperti tikus sang pengerat yang selalu menggerogoti apa saja, bukan hanya lumbung padi tapi sudah menghantam apa saja yang bisa dimakan. Tidak perduli sisa sisa makanan di selokan, pakaian bekas bahkan pondasi rumah dari kayu sekalipun bisa digerogoti.

Maka dari itu, tikus telah didampuk sebagai salah satu makhluk yang paling bisa bertahan hidup dalam segala lingkungan dan situasi.

Coba aja lihat, di daerah persawahan, banyak tikus, di daerah yang miskin sekalipun tikus tetap ada. Apalagi ketika daerah itu berubah menjadi kota besar, tikus malah berubah menjadi lebih dahsyat lagi, yang malah justru membuat para kucing jadi takut.

Bahkan sampai di medan perang sekalipun, menjadi tempat tikus berpesta pora. Menari nari kegirangan di atas bangkai para prajurit. Hebat, khan?

***

Sedari awal merebaknya kasus photo yang menghebohkan ini, saya melihat banyak yang kurang fokus, sehingga terjadilah perdebatan panjang ngalor ngidul ga keruan antara sesama sahabat Kompasiner.

Beberapa hari lalu saya sudah tulis, bahwa sebaiknya kita tidak menyerang secara personal GT saja. Karena itu bukan sebuah jalan keluar yang baik.

Saya tidak menampik pentingnya mengungkap siapa jati diri dibelakang akun PK, tapi menurut saya ada hal yang jauh lebih penting daripada sekedar mengungkap siapa dibalik akun itu.

Apakah demi kepuasan semata kita ngotot ingin mengungkap orang dibalik akun itu? Apakah jika memang terbukti bahwa akun PK = GT, kita sudah puas dan menang? Hmmm...

APAKAH BENAR PK = GT?

SAYA JAWAB DENGAN SEJUJURNYA DAN SEYAKIN YAKINNYA BAHWA PK # GT. (titik)

APA ALASAN SAYA SEHINGGA YAKIN BAHWA PK # GT?

SAYA JAWAB DENGAN PERTANYAAN AJA YA...

-APAKAH PARA SAHABAT KOMPASIANER SUDAH LUPA BAHWA YANG MENULIS DI AKUN PK BUKAN CUMA SATU ORANG SAJA?

-APAKAH PARA SAHABAT KOMPASIANER TIDAK TAHU BAHWA AKUN TIDAK SAMA DENGAN ORANG?

(Misalkan Elde atau Adhieyasa, apakah benar orang itu Elde atau Adhieyasa?, maaf mencantumkan nama tanpa ijin)

-APAKAH PARA SAHABAT KOMPASIANER TIDAK MENGERTI BAHWA SIAPAPUN BISA MENULIS DI AKUN ITU JIKA DIKASIH/PUNYA PASSWORD NYA?

KALAU BEGITU SUDAH JELAS, KHAN...

BAHWA, BENAR ADA GT DIBALIK AKUN PK, TAPI ITU TIDAK BERARTI BAHWA AKUN PK =GT BUKAN?

Jadi, terbukti atau tidak akun PK = GT, menurut saya sebenarnya bukanlah yang sangat penting lagi. Karena kita masing masing sudah tahu dan yakin bahwa ada siapa sebenarnya dibelakang akun PK ini, bedanya ada yang terang terangan mengakui, ada yang cuma diam diam sambil angguk anguk aja dan ada yang terang terangan membantahnya.

Kasus keluyurannya GT sehabis menghadiri sidang perceraian, sudah valid dan sudah diakui oleh GT sendiri, Kalapas, Dirjen Lapas, bahkan Menkumham Yasonna Laoly. GT dan pengawalnya juga sudah mendapat sangsi.

GT dipindahkan ke Lapas Gunung Sindur. Sedangkan untuk kedua pengawal Gayus diberikan sanksi berupa penundaan kenaikan jabatan.

Apakah memberi sangsi seperti itu cukup memberi efek jera dan dipastikan GT tidak keluar lagi? Apakah memberi sangsi itu cukup membuat para petugas lapas jera, sehingga tidak berani meloloskan napi keluyuran lagi?

Sudah seharusnya masalah ini kita jadikan sebagai momentum yang tepat bagi kita untuk mendesak pemerintah segera memperbaiki sistem pengawasan lapas, supaya kasus napi keluyuran atau bermedsos ria tidak akan terulang lagi.

Sudah saatnya, kita juga harus mendesak pemerintah untuk mengungkap secara terang benderang, maksud sebenarnya maksud pertemuan itu, kemudian kemana perginya GT.

Apakah memang GT sebodoh itu, mengambil resiko yang sedemikan besar demi pertemuan yang ga ada juntrungan aja?

Apakah memang aparat yang mengawal GT sedemikian tololnya membawa GT ke pertemuan itu kalau tidak ada maksud yang sangat penting?

Apakah memang aparat yang memeriksa GT juga begitu lugunya sehingga dengan mudah percaya bahwa pertemuan itu cuma makan makan aja?

Hal ini yang rupanya masih belum juga kita sepakati bersama, yaitu pembenahan sistem pengawasan lapas dan mengungkap niat pertemuan itu.

Terlihat minggu ini, kita terus berkutat dalam skema kecil saja dan kita melupakan akar dari masalah yang sebenarnya. Terlihat kita hanya fokus mengungkap PK = GT atau PK # GT itu saja, tapi tidak mau menjadikan masalah ini sebagai titik balik untuk mengungkap hal yang lebih besar lagi.

Saya ambil contoh satu aja ya...

[caption caption="http://www.merdeka.com/peristiwa/foto-keluyuran-di-luar-lp-beredar-gayus-terancam-masuk-sel-isolasi.html"]

[/caption]

Dalam photo, terlihat GT ada hape di meja makan yang posisinya sangat dekat dengan tangan GT. Mengapa bisa GT punya hp? Terus, masih mau berdebat lagi, belum tentu hp itu punya GT? Padahal udah jelas GT datang ke resto, langsung duduk di meja ga pindah pindah, kan? Apakah hp kedua temannya yang disodorkan kedekat situ? (memang ini masih asumsi semata, tapi patut ditanyakan ke Kalapas)

Mengapa hape itu tidak disita? Bukankah jika hape itu disita, bisa membuka banyak hal?

Kalau memang sudah disita, mengapa tidak dibuka/disidik apa isinya?

***

Ribetnya lagi, kalau banyak diantara kita yang hanya terus fokus berkutat dalam urusan rumah tangga dan menganggap urusan GT tidak penting penting amad buat kita urusin.Karena itu bagian dari pihak aparat hukum.

Tidak salah jika siapapun juga yang berpendapat bahwa yang paling utama adalah rumah tangga. Tapi apakah dengan begitu energi kita harus dikuras habis habisan hanya demi memikirkan rumah tangga saja? Lalu apakah kita tidak bisa membagi pikiran dan energi kita untuk yang lain?

Begitu juga tidak masalah jika ada yang ingin fokus terhadap masalah lain, tapi baiknya jangan ikut juga mempermasalahkan orang yang ingin fokus terhadap masalah ini...

Jadi, silahkan ambil jalan masing masing, yang penting jangan saling ganggu atau mencampuri satu sama lainnya.

Hal yang paling konyol adalah orang yang menganggap masalah ini udah selesai , udah lewat dan segera lupakan aja. Ngapain kita melulu ngurusin GT yang dianggap ga penting penting amad.

Benar setiap orang bebas berpendapat apa saja. Tapi kalau semua berpendapat seperti itu, maka habislah sudah harapan untuk menegakan hukum negeri ini.

*APAKAH BISA DIARTIKAN BAHWA KITA –SEBAGAI RAKYAT JELATA- SUDAH MERELAKAN DAN MENGIKHLASKAN, PARA KORUPTOR MEMPORAK PORANDAKAN HUKUM NEGERI INI SEMAUNYA?

*KALAU KITA SEMUA PESIMIS DAN TETAP TIDAK MAU PERDULI DENGAN PENEGAKAN HUKUM NEGERI INI, BUKANKAH HAL ITU YANG DIINGINKAN OLEH PARA KORUPTOR?

*BUKANKAH DENGAN BEGITU, BERARTI KITA MENYERAH TERHADAP KORUPTOR DAN MEMBIARKAN MEREKA BERBUAT SEMAUNYA?

*YAKINLAH BAHWA KITA MAMPU BERBUAT SESUATU DAN PUNYA KEKUATAN UNTUK MEMPERBAIKI HUKUM YANG SEDANG KACAU BALAU INI.

http://www.kompasiana.com/mikereys/dilema-jokowi-dan-para-penagih-jasa_54f36cdc7455137a2b6c74d6

***

Sudah terlihat sangat jelas, bahwa penegakan hukum di negeri ini masih kacau balau ga keruan. Tapi. apakah kita ga tahu atau pura pura ga tau bahwa kekonyolan para penegak hukum itu karena ulah para koruptor.

Jika melihat penegakan hukum yang masih carut marut seperti itu, lalu apakah pantas kita harus merasa pesimis sehingga merasa tidak punya daya sama sekali untuk menyuarakan apa yang menjadi masalah kita?

http://www.kompasiana.com/mikereys/lapas-harus-segera-diawasi_55292be46ea834e2768b4596

Bagaimana mungkin kita mengharapkan adanya perubahan jika kita diam saja? Bagaimana bisa ada perubahan jika banyak diantara kita yang pesimis?

Tahukah, bahwa sekeras apapun batu, jika ditetesi air setiap saat, lama kelaman batu itu akan berlubang?

Begitulah suara kita. Sekecil apapun suara kita, jika kita bersama sama berteriak, saya yakin, bahwa pada akhirnya bisa terdengar.

Benar, saat ini mungkin upaya kita belum bisa berhasil menghajar para koruptor. Tapi ingat, apa yang ditulis kita dan yang kita perjuangkan sekarang, akan meninggalkan bekas. Apa kata anak cucu kita nanti, ketika mereka melihat tulisan kita? Apakah tidak malu kita berdiam diri saja padahal kita mampu bersuara?

Ayolah Oom, Tante, Mbak, Mas, Adik dan Anak anakku sekalian, jangan kita melulu mementingkan diri sendiri saja. Janganlah kita terus fokus pada masalah diri sendiri saja.

Sekedar pengingat :

http://www.kompasiana.com/mikereys/aku-memang-kotor_552e01c96ea83459188b457f

Manusia mempunyai ingatan yang sangat pendek dan mesti diingatkan terus menerus. Tapi kita –manusia- juga punya kesadaran yang lebih dari siapapun. Kita punya akal, logika dan kesadaran diri yang lebih tinggi dari semua makhluk hidup di dunia ini.

Dalam kasus koruptor, kita sering menemui banyak rintangan, yang menyebabkan sikap kita berbeda sehingga mesti dibangkitkan kesadarannya lagi dengan pertanyaan pertanyaan ini...

Apakah kita tidak sadar, bahwa koruptor telah membuat negara dan bangsa ini susah?

Apakah masih belum sadar juga bahwa kehidupan rumah tangga kita, lingkungan dan negara kita ini, sudah bobrok digerogoti oleh koruptor?

Apakah masih belum ”ngeh” juga, jika saja tidak ada koruptor, maka otomatis negara dan kehidupan kita bisa berubah menjadi lebih baik.

Apakah tidak tahu, sudah berapa banyak uang rakyat, yang seharusnya bisa membuat sekolah, rumah sakit atau infrastruktur yang habis dimakan tikus besar itu?

http://www.kompasiana.com/mikereys/jika-aku-tiap-hari-dapat-untung-250m_555cf0a67397732d2084010e

Silahkan saja, jika ada diantara kita yang masa bodo dengan banyaknya koruptor yang berkeliaran, karena itu merupakan hak masing masing orang, tapi mohon dengan sangat, jangan mempengaruhi pendapat yang berseberangan dengan memasukan pikiran pikiran pesimis dan skeptis itu. Bawa saja sendiri cara berpikir itu.

Sampai disini garis kita sudah jelas. Tapi sekali lagi saya tanyakan, jika kita mampu berbuat atau bersuara, mengapa tidak kita lakukan? Apakah ga malu dengan diri sendiri dan anak cucu nanti? Jika kita bisa bersama sama, mengapa harus membiarkan orang lain berjuang demi kita juga nantinya?

Sedikit kilas balik...

Pada masa awal awal reformasi, saya masih trauma dengan kehidupan saat itu. Saya takut bersuara dan hanya diam tak berbuat apa apa. Jadi, saat saya berada di Universitas Trisakti, saya cuma bisa melongo dan menonton mahasiswa demo dan ditembaki oleh petugas dari atas jalan layang.

Tidak ada sedikitpun keberanian dalam diri saya, untuk membantu atau menggotong yang terluka, padahal seharusnya itu bisa saya lakukan. Saya takut. Saya diam dan itu menjadi penyesalan saya sampai saat ini.

Reformasi yang dulu diperjuangkan oleh para mahasiswa itu, jangan dianggap tidak berhasil. Justru para pejabat korup lah yang mendoktrin kita dengan mengatakan bahwa Reformasi gagal total. Yang sebenarnya justru Reformasi berhasil sukses, karena yang paling utama diperjuangkan para mahasiswa adalah hak asasi kita, hak kebebasan mengeluarkan pendapat, dan inilah yang sekarang kita nikmati bersama sama.

Sedangkan untuk pemberantasan KKN, memang benar bahwa sampai sekarang belum berhasil sama sekali. Maka, itulah yang menjadi tugas kita selanjutnya. Dan kita udah punya bekal senjata hasil perjuangan mahasiswa dulu, yaitu hak mengeluarkan pendapat.

Sekarang, pilihannya ada pada kita semua, mau gunakan senjata itu atau tidak.

Silahkan pilih...

-Apakah kita mau simpan saja senjata itu, hidup merasa nyaman sambil tidur melingkar menikmati keadaan yang sekarang...

-Atau ingin kita gunakan senjata itu sesuai perjuangan mahasiswa dulu, untuk membuat perubahan menjadi lebih baik....[caption caption="tempo.co"]

[/caption]

http://www.kompasiana.com/mikereys/menunggu-keputusan-praperadilan-budi-gunawan_54f3617c7455137a2b6c72fc

Ayo mari siap siap kita teriakan bersama sama....

http://www.kompasiana.com/mikereys/selamat-datang-para-koruptor_54f344da7455137f2b6c6ecb

http://www.kompasiana.com/mikereys/saatnya-koruptor-berpesta_54f34d1f745513942b6c7030

HIDUP KORUPTOR...!!! HIDUP KORUPTOR...!!! HIDUP KORUPTOR...!!!

 

 

Salam Damai...

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun