Halllllooooooooo...
Para sahabat Kompasianer yang budiman, rajin menabung, sayang keluarga, rajin membaca, tentunya rajin juga menulis dan saat ini tengah nangkring di Kampung Sehat Kamposaina yang tercinta...
Apa kabar semuanya???? Tentu, baik baik dan sehat jasmani dan rohani kan????
Tentu masih ingat Kisah Troll yang terhempas oleh tiupan angin taufan dan akhirnya tersangkut di Kampung Kamposaina?
Apakah para sahabat Kompasianer masih terganggu dengan kehadiran Troll yang selalu sibuk mencaci maki di Kampung Kamposaina? Hmmm...
Atau apakah para sahabat semua sudah menjadi terbiasa lagi dengan kehadiran mahluk bebal ini??? Hahahaha....
Gimana kalau kita lanjutin Edisi Khusus tentang kisah Troll nya lagi? Okeeee????
Sebelumnya saya mohon maaf, karena tulisan itu memang sengaja dibuat bersambung, untuk mengetahui seberapa besar respon pembaca.
Nah, setelah melihat respon pembaca yang banyak penasaran dengan lanjutan kisah Troll itu, seperti layaknya pasar, ada permintaan maka akan ada penawaran. Selain saya seperti merasa punya hutang yang harus dilunasi, juga untuk memuaskan minat para sahabat Kompasianer yang baik budiman semuanya (bukan Alan Budiman, Sorry ya Oom Alan... hahahaha...)
Supaya tidak terlalu panjang dan bertele tele, tidak perlu lagi saya ingatkan kembali bagaimana awal kisahnya. Jadi untuk yang belum baca kisah sebelumnya, silahkan baca menyimak di kisah sebelumnya "Troll di Kampung Kamposaina..."
Lanjuttt...
Ketenangan warga Kampung Kamposaina yang selalu hidup damai, saling berbagi dan berinteraksi menjadi sangat heboh ketika Troll yang super bebal itu, ternyata tidak juga bisa dididik menjadi lebih baik. Usaha persuasi yang sudah dilakukan oleh para sesepuh kampung, ujungnya hanya menjadi caci maki belaka. Astagatanaga....!!!
Beberapa ide sudah dilakukan, dari mendiamkan, meninggalkan Troll yang lagi ngoceh sendirian seakan mahluk sakit jiwa, sampai dengan mengusirnya ketika datang ke rumah salah satu warga. Tapi upaya yang seperti itu lagi lagi tidak berbuah hasil untuk menyadarkan Troll si Bebal.
Tersebutlah di pojokan Kampung Kamposaina seorang ibu cantik jelita, ramah tamah dan baik hati bernama Yerekim. Ibu Yerekim terkenal senang akan ketenangan, kedamaian dan senang bercanda dengan seluruh penduduk kampung,. Walaupun tempat tinggal ibu Yerekim agak jauh dari tetangga, tetapi ia sering bersilaturahmi dan berbagi dengan seluruh penduduk kampung yang rumahnya sangat jauh. Tak sungkan sungkan, ia mau mendatangi siapapun tanpa terkecuali.
Namun sungguh sangat disayangkan justru dengan kebaikan, sifat ingin damai dan ingin tenang inilah yang berakibat paling fatal karena sifat dan sikap itulah yang menjadi kebalikan atau dengan kata lain sifat yang paling tidak disukai oleh Troll si Bebal.
Kelebihan dari si Bebal Troll terletak pada penciumannya. Troll Si Pencaci, memiliki penciuman yang sangat tajam, bak anjing pelacak Tim Khusus Anti Narkoba yang bisa mengendus kemanapun dan dimanapun orang orang baik dan ramah berada.
Jika ada sekelompok seorang yang tengah berbicara dan berbincang bincang tentang kebaikan dan kedamaian, mulut Troll mengeluarkan bau amis menyengat yang tak terkira.
Oh ya, penciuman Troll itu ada pada mulutnya, berbeda dengan semua mahluk pada umumnya. Fungsi mulut Troll selain untuk mencaci maki juga berfungsi sebagai indera penciuman, seperti mulut Tikus Tanah Berhidung Bintang (Star-nosed mole) yang berfungsi sebagai indera penglihatan. Bagus, antik dan cantik kan? Hihihiiiii....
Nah, jika mulutnya sudah mengeluarkan bau bacin seperti itu, Troll segera tahu bahwa sedang ada sekolompok orang baik yang sedang berkumpul di Kampung Kamposaina maka dengan tidak ragu ragu lagi, ia akan segera mendatangi kelompok warga yang cinta damai ini. Lalu, keluarlah kata kata “manis” dan sumpah serapah dari mulutnya yang bau bacin itu.
Yang paling apes adalah ibu Yerekim, karena keramahannya dan sering berkunjung kesana kemari untuk berinteraksi dengan warga Kampung Kamposaina inilah, maka ia selalu menjadi incaran Troll. Kemanapun ibu Yerekim pergi, selalu dikinthili oleh Troll Si Pencaci, bahkan jejak ibu Yerekim yang ditinggalkan sewaktu Troll pergipun bisa dilacak dan dicaci maki.
Duh, orang mau baik koq malah dimaki maki, yah...Miris kan?
Tak segan segan Troll mendatangi rumah ibu Yerekim dan memaki maki tak keruan di depan pagar rumahnya.
Karena teringat terus caci maki itu, siang malam, ibu Yerekim memikirkan bagaimana caranya supaya bisa menghadapi gangguan Troll Si Pencaci Bebal. Tidur tak pulas, makanpun tak nyaman, dan menyebabkan tubuh ibu Yerekim menjadi lemas. Senyum manis yang selalu tampak menghiasi wajahnya pun mulai memudar. Oleh sebab itu, ibu Yerekim yang biasanya mengadakan pertemuan di rumahnya dalam beberapa hari terakhir ini tidak ada lagi.
Bisa dimaklumi karena ia adalah orang yang anti kekerasan, cinta damai, ramah dan senang bercanda dengan siapapun kan? Uhuuuiiiiyyy...
Dalam keadaan terpepet biasanya selalu ada jalan. Suatu malam, ketika merebahkan tubuh untuk beristirahat, terbersit sebuah ide dalam kepalanya. Dengan menyungging senyum, akhirnya ibu Yerekim bisa tertidur pulas...
Ketika bangun keesokan pagi, seluruh tubuhnya sudah dalam keadaan segar bugar kembali. Senyum sumrirahnya yang beberapa hari lalu tidak ada, kini telah kembali menghiasi wajah ibu Yerekim. Setelah sarapan ia bergegas pergi mendatangi sebuah rumah sahabatnya, yang terkenal sangat pandai dalam membuat apa saja.
Setelah berbasa basi sekedarnya, ibu Yerekim lalu mengeluh tentang gangguan Troll Si Bebal. Sahabatnya juga mengaku terganggu dengan ulah konyol Troll ini. Kemudian mereka berdiskusi, ibu Yerekim mengeluarkan idenya untuk dibuatkan suatu alat. Sahabatnya yang sangat pandai ini kemudian setuju membantu untuk membuat sebuah alat sedehana tapi diyakini akan ampuh bisa menghadapi ganguan Troll ketika berada di rumahnya sendiri.
Tak perlu menunggu waktu lama, hanya dalam hitungan menit maka jadilah alat itu.
Dengan terus tersenyum, ibu Yerekim yang ramah, baik hati dan senang bersilaturahmi kesana kemari, lalu memasang alat itu di pagar rumahnya...
Inilah alat sederahana untuk penangkal Troll yang akan terus dipasang di rumah ibu Yerekim...
Pertanyaannya :
Apakah alat itu benar benar bisa bekerja dengan efektif untuk menangkal Troll?
Atau apakah dengan memakai cara tidak memperdulikan seperti yang dilakukan oleh warga Kampung Kamposaina kepada Troll, akan membuat Troll Si Bebal bisa berubah dan pergi???
Jika semua cara yang sudah dilakukan, dan seluruh penduduk Kampung Kamposaina sudah kehabisan akal, tapi tidak juga bisa membuat Troll Si Bebal berubah, lalu apa tindakan yang akan diambil oleh Bapak Pihep Nuharga selaku Ketua Kampung Kamposaina untuk melindungi warganya dari gangguan Troll Si Pencaci?
Nantikan kelanjutan kisah mereka yang sangat unik, di Edisi Khusus Troll berikutnya, hanya di....
Salam Damai...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H