Masih banyak orang atau kelompok yang masih menyisakan rasa dendam pada kampanye pilpres lalu sehingga cara berpikirnya tidak bisa melihat secara positif segala tindakan atau kebijakan pemerintah. Karena banyak faktor, cara berpikir mereka bisa menyebabkan pikiran kita ikut terpengaruh.
Kita sering terpaku dengan menyalahkan kebijakan pemerintah yang menghapus subsidi karena kita tidak mau mengerti bahwa subsidi itu sebenarnya berniat menghapus praktek korupsi para pejabat.
Kita ikut meyalahkan pemerintah manakala ekonomi sekarang sedang lesu karena kita tidak mau melihat lebih teliti bahwa kelesuan ekonomi disebakan oleh faktor pejabat sekarang sedang "diikat" sehingga tidak bisa belanja jor joran lagi.
Jika saja bangsa ini tidak terus bertikai hanya untuk memperebutkan kekuasaan atau sekedar berdebat pepesan kosong sehingga semua pihak mempunyai tujuan yang sama yaitu mau memajukan anak bangsa atau memakmurkan rakyat, maka saya yakin kita bisa cepat bangkit dan mengejar semua ketertinggaln...
Catatan :
*Pendidikan adalah faktor penting untuk menaikan taraf hidup seseorang tapi akan percuma jika korupsi masih menjadi budaya masyarakat kita. Pendidikan akademi dan pendidikan agama yang tinggi bukan jaminan orang tidak korupsi, karena korupsi tergantung dari diri sendiri, lingkungan kerja, lingkungan pergaulan dan keluarga.
*Koruptor tidak bekerja sendirian, maka untuk memberantasnya kita tidak bisa sendirian tapi perlu kerjasama dari semua pihak dan bisa dimulai dari diri kita sendiri.
*Jangan pernah berhenti berteriak untuk menyuarakan anti pada korupsi dan koruptor karena seharusnya bangsa ini akan sejahtera jika bisa mengikis korupsi.
(gambar dok pri)
Salam Damai...
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H