Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Lulung dan Whistleblower

30 Juni 2015   08:40 Diperbarui: 30 Juni 2015   08:40 2624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelaku korupsi adalah pelaku kejahatan yang paling licik dan pengecut. Mereka melakukan dengan cara bersembunyi, mengintai dan mengendap endap. Tanpa nurani koruptor sudah mengerogoti uang milik rakyat yang dikumpulkan dengan keringat dan darah bercucuran. Mereka tidak perduli, tidak pernah berpikir bahwa rakyat disana sangat membutuhkan uang itu.

Sangat jarang korupsi dilakukan secara solo atau sendirian. Karenanya pelaku korupsi berusaha saling menutupi lubang hasil perbuatannya. Koruptor membuat jaring jaring untuk bisa menjerat siapapun yang berani masuk untuk membongkar kasus mereka. Tak heran jika banyak orang yang berniat membongkar kasus koruptor malah terjerembab dalam bilik pengasingan, karena mendapat tuduhan macam macam dari para koruptor yang dibantu oleh para koleganya.

Maka untuk membongkar kasus korupsi bukanlah perkara mudah. Korupsi tidak dapat dibongkar secara tuntas jika hanya bermodal nyali besar dan mental yang kuat saja, tapi harus punya kekuatan yang sangat besar berupa payung hukum dan juga harus punya dukungan dan kepercayaan dari masyarakat. (tentu masih segar dalam ingatan soal kasus KPK Vs Polri kan?)

Ketika sudah terungkap, untuk bisa meringankan hukumannya, mereka rela membagi sebagian hasil curiannya kepada Polisi yang membongkarnya, Pengacara hitam yang mati matian membelanya, Jaksa dan Hakim hakim kotor yang malu malu kucing. Sehingga tidak jarang kita ternganga, melongo keheranan manakala melihat kasus yang sangat heboh, tapi dipengadilan mendapat vonis hukuman dengan “amat sangat ringan” (ingat kasus tante Atut kan?)

Belum lagi jika koruptor sudah berada dalam hotel prodeo. Mereka tetap bisa hidup bak ratu walau berada dalam bilik penjara. (ingat kasus Artalyta?). Bermodalkan harta yang masih bejibun, mereka bisa membeli kebebasan dengan mudah. Membayar petugas lapas untuk bisa keluyuran, menikmati udara segar diluar lapas atau mendatangkan apa saja yang mereka inginkan. Itulah bukti kehebatan jaring jaring para koruptor.

Setelah membaca beberapa kisah tentang bagaimana seseorang menjadi Whistleblower seperti di awal tulisan ini, membaca kronologi kasus dugaan korupsi yang terjadi di Pemerintahan DKI Jakarta dan kehebatan para Koruptor.

Mengingat sebelumnya Lulung malah ingin melaporkan Ahok ke Bareskrim, setelah Ahok berteriak tentang adanya anggaran siluman di APBD DKI. Dalam banyak kesempatan, Lulung sudah membantah, bahwa tidak ada anggaran siluman. Bahkan DPRD DKI mengeluarkan bukti bundelan yang anehnya bukan diisi oleh SKPD.

Bersama beberapa rekan sejawatnya, Lulung juga getol mengajak seluruh anggota DPRD, untuk menggulirkan Hak Anget. Tidak lain dan tidak bukan, niatnya semata mata untuk melengserkan Ahok dari kursi Gubernur DKI Jakarta. Atau setidaknya, bisa memberi tekanan pada Ahok supaya mulutnya tidak ember.

Ahok terkenal dengan gaya bicaranya yang semau gue, tanpa tedeng aling aling. Pasti tau dong... Kalau ga, coba tanya ke wartawatan Tvone, Ventin Oktavi atau Andromeda Mercury yang pernah disemprot Ahok. Hahahaahaaa....(terkait mulut ember Ahok, banyak pihak yang merasa Ahok tidak pantas menjabat sebagai Gubernur karena kata katanya dianggap melanggar etika kesopanan atau bla bla bla...Bahkan sampai FPI membuat Gubernur DKI Tandingan. Eh ngomong ngomong, apa kabar Gubernur DKI Tandingan itu ya? Mudah mudahan sehat wal afiat ya..)

Pertanyaannya,

*Apakah dengan cara begitu (menyerahkan dokumen setelah diperiksa berulang ulang), Lulung secara tidak langsung menyerah dan mengakui perbuatannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun