Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Brazil Bisa Menang Asal...

27 Juni 2015   17:30 Diperbarui: 27 Juni 2015   17:30 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kali membuat tulisan untuk menilai antara siapa dengan siapa, saya selalu berusaha untuk berada di posisi netral, tidak berpihak kepada siapapun. Terkecuali, penilaian terhadap Bandar Narkoba atau tersangka Koruptor, saya tidak bisa lagi menilai dengan netral.

Untuk tersangka koruptor, jika saya tidak punya data, saya memilih untuk tidak membahasnya, soalnya mereka punya power dan jaringan yang sangat kuat, jadi salah salah saya bisa diadukan dengan tuduhan pencemaran nama baik atau fitnah. (ngelawan orang yang ga punya nurani, efeknya bisa ribet).

Seperti tulisan saya kemarin yang memprediksi pertandingan antara Argentina Vs Kolombia, saya menilai berdasarkan fakta, bukan berdasarkan nge fans atau karena seneng ngeliat pemain Argentina yang keren keren aja.

Di pertandingan antara Argentina melawan Kolombia, seperti dugaan saya, bahwa Kolombia pasti membuat benteng kokoh di depan gawangnya untuk menghadapi Bomber Argentina. Saya juga sudah memprediksi bahwa para pemain Kolombia berusaha untuk memprovokasi pemain Argentina.

Begitu juga dengan jalannya pertandingan yang berat sebelah. Menjadi kurang menarik jika kita -sebagai penggila- sepakbola melihat pertandingan seperti itu. Kita hanya melihat pemain Argentina saja yang bermain bola dan pemain Kolombia sibuk menjaga gawangnya saja.

Sepanjang 2 x 45 menit, bisa dibilang hanya 1 atau 2 kali saja, serangan yang dilakukan oleh pemain Kolombia. Praktis, bola sepenuhnya dikuasai oleh para pemain Argentina, yang notabene, juga tidak mampu menjebol gawang Kolombia.

Pertandingan sudah selesai, pertunjukan sudah berakhir, Argentina lolos berkat gol penalti pemain pengganti Carlos Tevez. Selamat buat tim Tango dan selamat buat Tevez!!!

Sekarang, tim Kolombia harus pulang kampung, menyusul Uruguay dan Bolivia, tapi para pemain Kolombia pulang dengan menegakan kepala. Tidak malu jika kalah pada adu penalti.

Saya berharap, rakyat Kolombia harus menerima kekalahan itu dengan lapang dada. Jangan sampai kejadian 21 tahun lalu terulang lagi, dimana Andres Escobar, bek Kolombia, ketika keluar dari sebuah bar, harus terkapar meregang maut karena diberondong 12 tembakan.

Penembakan itu terjadi, setelah tim Kolombia kalah 1-2, dalam babak penyisihan Piala Dunia ketika melawan AS, 22 Juni 1994. Humberto Castro Munoz, seorang pengawal kartel narkoba, sang eksekutor yang kalah taruhan, menganggap penyebab kekalahan Kolombia atas AS, semata mata karena gol bunuh diri Escobar.

Munoz dituntut hukuman penjara selama 25 tahun, tapi setelah menjalani 11 tahun masa tahanan, Munoz akhirnya dibebaskan.

Dunia sepakbola berduka, banyak orang menyesali tindakan tolol Munoz, tapi itu tidak cukup mengembalikan nyawa Andres Escobar. Walaupun berduka dan kehilangan, keluarga Escobar tetap tabah dan tidak trauma terhadap sepakbola.

"Hidup tidak berhenti di sini," sebuah kalimat yang dikatakan Escobar kepada sebuah koran Kolombia, El Tiempo, soal tersingkirnya Kolombia dari Piala Dunia 1994 (Kompas http://bola.kompas.com/read/2014/07/03/0909001/Mengenang.Escobar.yang.Ditembak.Mati.karena.Gol.Bunuh.Diri)

*****

(Gambar dari sini dan sini)

Cukup membahas pertandingan yang sudah lewat, selanjutnya, mari kita bahas partai perempat final yang terakhir, antara Brazil Vs Paraguay, tetap dengan pikiran netral, jangan berpihak. Ok? Tapi, sebelum membahas lebih dalam, mari kita lihat dulu rekor pertandingan antara tim “Samba” Brazil melawan “La Albirroja” atau biasa juga dijuluki “Guaraníes” Paraguay(nama Guaraníes diambil dari nama suku Indian, yang tinggal di daerah yang sekarang Paraguay)

 

Ada yang menarik dari data pertemuan diatas, yaitu ada 16 pertandingan di Copa Oswaldo Cruz. Sebelumnya saya tidak tahu apa itu Copa Oswaldo Cruz. Penasaran saya tanya mbah Googel, ternyata Copa Oswaldo Cruz adalah pertandingan antara Paraguay dan Brazil saja, yang diselenggarakan antara tahun 1950 sampai dengan 1976, dalam rangka untuk mempromosikan pertukaran olahraga antara kedua negara. (Hmmm...Pantas aja rekor pertemuannya banyak banget sampe 78 kali ya...)

Dari tabel diatas, bisa dilihat, dari total 78 pertandingan, Brazil unggul di 47 kali pertemuan, Paraguay, hanya menang 11 kali, sedangkan 20 pertandingan lainnya berakhir dengan Draw.

Jadi, jika kita melihat tabel seluruh pertemuan antara Brazil melawan Paraguay, dalam pertandingan yang akan disiarkan secara langsung oleh Kompas tipi, jam 04.30 WIB, dinihari nanti (Ingat jam 04.30 bukan jam 06.30 WIB ya...), dengan serta merta kita akan menjagokan Brazil yang akan keluar sebagai pemenang.

Tapi bagaimana jika saya tampilkan tabel yang lebih kecil, untuk melihat rekor pertemuan kedua tim di ajang Copa America saja? Yuk kita simak tabel dibawah ini.

Nah, ketika bertanding di Copa America, bisa dilihat dengan jelas, ada perlawanan yang cukup berarti dari tim Paraguay. Terbukti dari 29 pertandingan di Copa America, Brazil “hanya” menang 13 kali, Paraguay menang 7 kali dan 9 pertandingan berakhir Draw.

Apa artinya? Artinya, jangan menganggap remeh Paraguay!! Terlebih lagi jika kita melihat 5 pertemuan terakhir. Dalam pertandingan normal, 2 x 45 menit, Paraguay menang 1 kali, berhasil menahan imbang 2 kali dan kalah 2 kali (bahkan, dalam adu penalti Paraguay justru berhasil mengalahkan Brazil dengan skor 2-0!!). Fakta itu yang perlu diketahui bersama.

Mari kilas balik sejenak ke pertandingan sebelumnya dibabak penyisihan group.

Paraguay...

Paraguay sukses menjungkir balikan semua prediksi ketika mereka berhadapan dengan Argentina dipertemuan pertama. Setelah tertinggal 0-2 di paruh pertama, tapi di paruh kedua, Paraguay mampu bangkit dan akhirnya berhasil menyamakan kedudukan. Bravo Paraguay!!!

Dipertandingan kedua, Paraguay berhasil mengalahkan Jamaika dengan skor 1-0, yang membuat Jamaika bersiap siap berkemas, untuk pulang kampung (karena dipertandingan sebelumnya, Jamaika juga kalah 0-1 ketika berhadapan dengan Uruguay)

Sukses mengantongi 4 poin dari 2 pertandingan, membuat posisi Paraguay langsung aman, damai dan sentosa. Partai terakhir melawan Uruguay bisa dibilang tidak penting lagi, karena sebelumnya, di group A, terjadi aksi saling bantai, Mexico yang mempunyai poin 2, berhasil dihajar 1-2 oleh Ekuador yang belum dapat poin. Dengan hasil tersebut, Mexico dan Ekuador dua duanya harus pulang kampung dan secara tidak langsung ikut membantu meloloskan Paraguay ke perempat final.

Tidak ada yang istimewa dari pemain Paraguay. Dari total 23 pemain yang dibawa Ramon Diaz, ke Copa America, hanya ada 4 nama yang bermain di kancah eropa. Nelson Haedo Valdez bermain di Eintracht Frankfurt, Jerman, Derlis Alberto Gonzalez Galeano, di Basel, Swiss, Lucas Barrios, di Spartak Moscow, Rusia dan Raul Bobadilla, yang merumput di Augsburg, Jerman. Tapi ke 4 nya adalah penyerang! Paraguay masih juga mengandalkan Roque Santa Cruz penyerang “veteran” yang sekarang hanya merumput di Cruz Azul, liga Mexico.

Paraguay sudah membuktikan bahwa mereka bukanlah tim kacangan, yang bisa dipandang sebelah mata. Walaupun hanya bermodalkan sebagian besar pemain yang berlaga di liga Amerika Latin, dan semangat pantang menyerah, tapi mereka bisa sukses melesakan 4 gol ke gawang lawan dan melaju ke perempat final.

Brazil...

Mengenai tim Brazil, tentu tidak perlu kita bahas terlalu panjang, karena semua pasti sudah tahu. Dari dulu Brazil sudah terkenal sebagai pengekspor pemain sepakbola yang handal. Brazil tidak pernah kekurangan stok pemain hebat, saking banyaknya kadang pelatih Brazil sering kesulitan untuk memilih mana yang harus dibawa atau mana yang harus dimainkan.

Skil pemain Brazil semua diatas rata rata, cuma sayangnya, sudah lama tim Brazil meninggalkan, tarian Samba nya yang sangat menghibur. Mereka lebih mengutamakan bermain efektif daripada bermain indah.

Penonton sekarang, tidak lagi bisa melihat aksi individu dari para pemain Brazil yang membawa bola sendiri, dengan goyangan/gocekan untuk melewati pemain lawan. Sangat berbeda jika kita melihat rekaman pertandingan di era tahun ‘80 an.

Melawan Paraguay yang notabene, prestasinya sangat jauh dengan tim Samba, Carlos Dunga, harus kehilangan salah satu pemain andalannya yaitu Neymar.

Dunga, tidak lagi bisa memakai formasi serangan 4-4-2 ketika dikalahkan Kolombia 0-1. Jadi ada baiknya Dunga memakai pola 4-2-3-1 seperti melawan Venezuela.

Mengapa harus memakai pola seperti melawan Venezuela? Karena pada pertandingan melawan Venezuela, tim Brazil kelihatan sangat bagus dan kompak dalam menyerang maupun bertahan. Cuma sayang setelah unggul 2-0, pada akhir pertandingan, gawang mereka kebobolan. Nah ini yang harus dicermati.

Jadi, ada yang perlu diperbaiki yaitu memasukan Tardeli lebih awal atau sebagai starter, bukan sebagai pengganti. Istirahatkan Robinho yang kurang efektif, lalu dorong Firminio lebih ke depan. Mengapa begitu? Ingat Paraguay adalah tim yang tidak pantang menyerah. Jadi dengan memakai pemain yang punya karakter penyerang dan bisa juga ikut membantu bertahan, jika Brazil sudah unggul, para pemain Brazil bisa ikut meredam amukan pemain Paraguay.

Menurut saya pertandingan perempat final di Kompas tipi besok pagi, jauh lebih seru daripada Argentina Vs Kolombia pagi tadi, karena Paraguay bukanlah tim yang mau/bisa bertahan terus menerus. Gawang tim Paraguay mudah kebobolan, tapi mereka juga bisa berlaku nekad untuk membobol gawang lawan.

Menurut perkiraan saya, Brazil bisa membobol gawang Paraguay lebih dulu. Tapi, sekali lagi patut diingat, bahwa Paraguay juga bisa membalas. Jika saja pemain Brazil terus konsentrasi, tidak lengah dan terus berusaha menguasai bola lebih lama di kakinya, saya yakin Brazil pasti bisa memenangkan pertandingan ini, dan bertemu dengan Argentina yang sudah menuggu di semifinal.

Sampai ketemu di partai semifinal , antara tuan rumah Chile melawan Peru, Selasa 30 Juni 2015. Jam 06.30 hanya di Kompas tipi.

Salam Damai...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun