Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Serba Serbi Kritik Kompasiana Baru dan Ide Penyelesaian Sementara

11 Juni 2015   11:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:06 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak diluncurkan pertama kali, terhitung dari tanggal 1 Juni berarti sudah 11 hari Kompasiana baru meramaikan jagat media online. Sudah banyak orang yang menulis tentang kritik, keluhan atau pujian tentang Kompasiana baru. Dan saya juga sudah baca, entah puluhan atau mungkin juga ratusan tulisan tentang Kompasiana baru sejak masih dalam versi Beta.

Jadi dari sekian ratus tulisan yang sudah saya baca, saya cuma ambil beberapa contoh saja dalam tulisan ini...

Ada banyak versi atau cara Kompasianer menyampaikan keluhan. Dimulai dari cara yang tetap inspiratif seperti tulisan pak Tjip di bawah ini.

Sebuah tulisan penyemangat dan penuh tantangan... (http://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/uji-nyali-di-kompasiana-baru_557227c3307a61494ead23ca)

Atau tulisan bapak Johanis yang juga inspiratif dan tetap tenang dalam menyampaikan keluhan walaupun merasa ada kesulitan menghadapi Kompasiana baru. Seperti yang disampaikan lewat tulisannya.

(http://www.kompasiana.com/johanismalingkas/tetap-eksis-di-kompasiana-baru_556fa5b58efdfde90250931a )

Ada Ustad Gasa yang merasa nafasnya tinggah separuh di Kompasiana baru...

(http://www.kompasiana.com/gatotswandito/tanpa-dashboard-separuh-nafas-share-and-connecting-terenggut_55703721bd22bd3753ec2a1e)

Kebingungan dengan Kompasiana baru??? Kamu ga sendirian... ada temennya nih...

(http://www.kompasiana.com/ariyani_12/masih-bingung-dengan-kompasiana-baru-saya-juga_5576d36edf22bd10129280f1)

Ada yang mau “selingkuh” apa mau ngamuk di kamar orang? Wakakaka...

Ada yang ketakutan... Karena artikel orang lain ada didalam daftar list tulisannya... Masalahnya, artikel nyasar itu tulisan tentang photo selfie perempuan komplit berikut photonya padahal di Kompasiana baru belum ada menu “Delete”... nah lho...

(http://www.kompasiana.com/wisnuandangjaya/kompasiana-versi-baru-dapat-mencelakakan-kompasionar_5577e660df22bdf572064072)

Ada juga memuji lebih dulu baru kemudian didalamnya diselipkan kritikan...Keren...

(http://www.kompasiana.com/muhammadsyukri/wajah-baru-kompasiana-keren-tapi_556f35bc2523bd794a65e1ed)

Nah, Oom ini biarpun kehilangan tapi merasa justru dikasih “cuti” nulis???

(http://www.kompasiana.com/lovelydarsem/dipaksa-ngaso-dulu-oleh-kompasiana-baru_5576766c117b619e6cabcedb)

Seperti biasa pasangan sehidup sematinya atau soulmate nya dengan Oom diatas, keliatan malah senang sambil jingkrak jingkrak ketika menulis...

(http://www.kompasiana.com/www.kalba-kaif.com/yang-biasa-main-nginbox-sekarang-mati-kutu_5571b046bd22bd7e44b91779)

Nah, ada juga yang mengungkapnya dengan cara setengah “memaki” seperti ini...

(http://www.kompasiana.com/abahpitung/buruknya-manajemen-dan-kemampuan-it-kompasiana_55781ee0c3afbd255e27e6b9)

Dari semua permasalahan di Kompasiana baru yang pernah saya baca, saya mengambil kesimpulan, bahwa walaupun berbeda cara penyampaiannya tapi pada dasarnya, semua Kompasianer melakukan itu demi kebaikan dan kemajuan Kompasiana. Jadi biarpun ada beberapa yang kelihatannya sangat jengkel, tapi saya yakin bahwa mereka juga tetap sayang dengan Kompasiana (Buktinya mereka tetap login dan menulis terus kan? Ga kabur kan??? Soalnya udah makin banyak Kompasianer yang tadinya aktif sekarang jadi istirahat sejenak).

*****

Biasanya jika ada sesuatu yang rada rada aneh di Kompasiana, saya sering kritik Admin. Sejak dari saat peluncuran versi Beta, walaupun saya melihat masih sangat banyak kekurangannya, tapi saya hanya melihat dan memperhatikan perkembangannya saja. Karena saya tahu proses pemindahan data yang sangat banyak/migrasi (terbukti mesin lama jadi lelet) dari mesin lama ke mesin baru itu butuh waktu yang tidak sebentar.

Saya yakin, IT Kompasiana pasti sedang pontang panting untuk segera menyelesaikan semua masalah yang masih belum beres. Mereka pasti tertekan melihat banyaknya tulisan keluhan yang di sampaikan oleh Kompasianer, belum lagi tekanan dari pihak manajemen Kompasiana yang mengejar ngejar.

Untuk pindah atau membangunan sebuah rumah, perlu beberapa tahapan, membangun pondasi, dinding, memasang genting, baru kemudian proses pemindahan barang barang dan terakhir memberi hiasaan tetek bengek yang menarik.

Proses membangun rumah baru Kompasiana, jelas sudah selesai, sekarang tinggal proses pemindahan barang barang dari rumah lama ke rumah baru.

Dan, saya tidak tahu, akan perlu berapa lama lagi para IT Kompasiana memindahkan barang barang lama -yang keliatannya berjubel itu- ke rumah baru, mengingat sudah 11 hari belum juga selesai dipindahkan.

Dalam tiap pekerjaan, pasti ada hal utama yang menjadi prioritas untuk diselesaikan, seringkali ketika masalah prioritas sudah selesai ada beberapa yang kelupaan. Oleh sebab itu, lewat tulisan ini saya hanya sekedar ingin memberi beberapa masukan atau ide sementara yang mungkin sebaiknya diselesaikan terlebih dulu.

1.Update dulu jumlah klik atau hit pembaca pada artikel. Kenapa harus jumlah hit dulu yang mesti di update? Saya ada beberapa alasan untuk menyelesaikan itu dulu.

Pertama untuk ikut menaikan rating dan menjaga image Kompasiana sendiri, karena jika jumlah hit/klik artikel tetap 0, maka Kompasiana bisa jadi bahan olok olok oleh para pesaing, seakan akan Kompasiana benar benar sepi.

Kedua, jika orang baru yang masuk/daftar di Kompasiana, mereka jadi bingung melihat semua tulisan, seakan akan tidak ada yang baca (Ini membuat orang baru jadi mundur)

Dan ketiga, melihat jumlah hit bisa memberi semangat Kompasianer untuk tetap menulis dan menulis. Terus terang tanpa munafik, siapa sih yang mau tulisannya tidak ada yang baca? Buat apa tulisan dipublish untuk umum jika ternyata tulisannya tidak ada yang baca?

2.Aktifkan lebih dulu menu “Dashboard”. Mengapa? Karena Kompasiana mempunyai motto unik, yang lain daripada yang lain yaitu “Sharing and Connecting”. Hal itulah yang mendekatkan atau membuat hubungan antara Kompasianer jauh berbeda rasanya dengan media lainnya. Salah satu hal yang bikin Kompasianer betah di Kompasiana.

Dalam menu Dashboard yang lama, kita bisa dengan mudah mengetahui apa komentar dari Kompasianer lain pada tulisan kita atau pada tulisan yang pernah kita komentari dan bisa tahu dengan cepat dan mudah tulisan teman teman. Ini sangat penting dalam menjalin persahabatan dan melihat perkembangan tulisan sendiri maupun tulisan teman.

Jika menu Dashboard belum bisa aktif, bisa dibayangkan, sekarang kita seperti orang yang berada dalam kegelapan yang jalan meraba raba kesana kemari.

3.Aktifkan “Trending Artikel”. Ini untuk melihat tulisan atau berita tentang apa yang sedang menjadi tren saat ini. TA juga sering kali menjadi penyemangat para Kompasianer untuk menulis lebih baik dan baik lagi.

Ya udah, itu saja yang menurut saya mendapat prioritas selanjutnya untuk diselesaikan. Saya berharap semoga segalanya bisa cepat selesai dan Kompasiana jadi makin rame lagi.

Catatan :

Ssssttttt... ada “Message in a bottle” nih...Dari siapa untuk siapa, hayo tebak....

Salam Damai...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun