Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Daripada #SaveHajiLulung Mendingan...

9 Maret 2015   05:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:58 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Daripada ikut meramaikan dengan tulisan #SaveHajiLulung sehingga bisa menyinggung sahabat yang beragam Islam, karena dalam tagar tweet yang saat ini sedang ngetop, sudah mengikut sertakan gelar Haji, yang mana gelar tersebut seharusnya digunakan untuk menghormati umat Islam setelah menunaikan rukun Islam yang ke 5.

Atau ikut menulis tentang eksekusi terpidana mati narkoba kelompok “Bali Nine” yang keliatannya hanya pengalihan isu semata.

Gimana saya ga melihat bahwa eksekusi mati itu sebagai upaya pengalihan isu, jika eksekusi mati tersebut ditunda terus?

Coba aja kita perhatikan lebih teliti lagi...

Ketika ada ribut soal perseteruan Polri-KPK, langsung ada penetapan eksekusi mati, namun setelah isu Polri-KPK mereda, eksekusi itupun langsung ditunda dengan alesan teknis lah...

Lagi rame rame ada pelimpahan kasus BG ke Polri, atau Hantu di KPK, langsung terpidana mati dipindahkanke Nusa Kambangan, nah setelah kasus Polri-KPK udah ganti ke topik Ahok Vs DPRD, langsung rencana eksekusi mati itu ditunda lagi dengan alesan macem macem... Hmmmm...

Jadi eksekusi mati ini, sama seperti kasus begal motor, yaitu kasus lama yang dibuka kembali, cuma untuk mengalihkan isu. Namun bedanya kalau soal begal motor sih benar benar sangat jelas dan terang benderang sedangkan sandiwara eksekusi mati Bali Nine jauh lebih dahsyat karena sudah melebar sampe ke “Koin Untuk Australia”.

*Jangan lupa dan patut dicatat, siapa Menko Polhukam sekarang -yang merasa lebih jelas daripada rakyatnya yang ga jelas itu- dan siapa Menhukam sekarang, keduanya berasal dari partai mana....*

Melihat kesuksesan pemerintah yang bekerja sama dengan Polri untuk mengalihkan isu masyarakat, ada pertanyaan yang menggelitik dalam hati, mau sampe kapan strategi mengalihkan isu seperti itu dijalankan???

*****


Jadi ketika sedang malas menulis dan ada rasa segan untuk berpolemik, maka lebih baik saya juga ikut ikutan mengalihkan isu terhadap diri sendiri aja dah...

Untuk amannya dan bisa dipastikan ga bakalan menyinggung siapa siapa, mendingan saya mengalihkan isu dari menulis politik ganti topik ke kanal olahraga aja.

Seperti negeri kita tercinta yang saat ini sedang dilanda berbagai masalah, maka kali ini saya membuat tulisan tentang klub sepakbola yang juga sedang menghadapi badai dahsyat, yaitu Parma FC.

Setelah sempat menunda 2 pertandingan terakhir untuk melawan Genoa dan Udinese, pada minggu 8 Maret 2015, Parma akhirnya bisa melanjutkan kembali kiprahnya untuk berlaga di Liga Serie A Itali.

Sebelum membahas lebih jauh, mari kita melihat sekelumit saja dari sejarah panjang perjuangan Parma untuk bisa berada di Serie A.

Parma yang tahun ini sudah berusia 102 tahun, tepatnya didirikan 16 Desember  tahun 1913, sepanjang kiprahnya di Itali, jauh dibilang sukses jika dibandingkan dengan Juventus, AC Milan dan Internazionale.

Parma sering terpuruk sampai ke Serie C (1953-54, 1972-73, 1983-84, 1985-86), Serie D (1969-1970) bahkan sempat pernah main di semi profesional.

Setelah 57 tahun berdiri, akhirnya pada tanggal 1 Januari 1970, berubah nama menjadi Parma Associazione Calcio, dan mengenakan seragam yang sekarang ini.

Kemudian pada tahun 2005 Parma AC berganti nama menjadi Parma FC yang sekarang ini, sekaligus mengganti logo sebelumnya.

Setelah menghadapi pasang surut selama 78 tahun, Parma baru bisa mencapai sukses. Di era ’90 an sampai awal tahun 2000, Parma mampu menyabet berbagai trofi di Itali maupun di tingkat Eropa.

Saat ini, I Gialloblu sedang banyak mengalami banyak masalah, terpuruk didasar klasemen Serie A dengan poin 11 dari 3 kali menang, 3 kali seri, dan dikurangi 1 poin –akibat masalah perpajakan dan terlambat membayar gaji pemain-selisih 13 poin dari Atalanta, untuk bisa keluar dari zona degradasi.

Badai keuangan yang begitu dahsyat telah dialami Parma bukan baru baru ini saja tapi sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu. Pemiliknya Tommaso Ghirardi tidak lagi mampu membayar gaji pemain, sehingga Parma harus rela ditinggalkan pemain intinya, oleh sebab itu Ghirardi pun terpaksa harus melego Parma.

Saham mayoritas Parma yang dikuasai Tommaso Ghirardi, pemilik Eventi Sportivi S.p.A, pada tanggal 16 Desember 2014, akhirnya harus berpindah tangan ke pemilik barunya seorang pengusaha minyak asal Albania Rezart Taci.

Ketika melepas Parma, Tommaso Ghirardi, meninggalkan hutang yang sangat fantastis, yaitu 200 juta euro (Rp 2,8 T) di mana 96 juta euro (1,3 T) di antaranya tidak bisa ditutupi dengan kredit bank.

Namun baru saja 3 bulan memegang I Gialloblu, sang pemilik baru Rezart Taci, nampaknya tidak tahan lagi menghadapi krisis keuangan Parma  yang sudah semakin parah itu.

Daripada harus terus merogoh koceknya makin dalam, maka dengan sangat terpaksa Rezart Taci, harus menukar Parma hanya 1 Euro, atau sering dibandingkan dengan harga sebungkus cokelat saja!!!

Sehingga tim pemegang tiga gelar Piala Italia (1991-1992, 1998-1999, 2001-2002), satu Super Coppa Italia (1999), dua Piala UEFA (1994-1995, 1998-1999), dan satu Piala Winners UEFA (1992-1993), akhirnya pada pertengahan Februari 2015, Parma harus berpindah tangan lagi ke pemilik barunya, seorang pengusaha asal dari Itali, Giampietro Manenti lalu membeli Parma melalui Mapi Group.

Giampietro Manenti, pemilik baru Parma, tampaknya benar benar serius ingin membangkitkan kembali I Gialloblu dari keterpurukannya, dibanding dengan Rezart Taci.

(Ketika Rezart Taci, mengambil alih Parma, ada spekulasi yang cukup mengejutkan beredar diluaran, bahwa Taci tidak benar benar serius untuk membangkitkan kembali I Gialloblu, tapi niat Taci hanya untuk bisa melakukan pencucian uang dan penggelapan pajak semata!!!)

Niat Manenti dibuktikan, pada 8 Maret 2015, ketika Parma dikandangnya sendiri, stadion Ennio Tardini,yang berkapasitas 27.906 orang, berhasil menjamu Atalanta tim yang berada diposisi 17 atau 3 tingkat diatasnya.

Tampil dengan formasi 3-5-2 atau bisa berubah menjadi 3-2-3-2, Parma yang saat ini ditukangi oleh Roberto Donadoni, ketika menghadapi Atalanta yang memakai pola serangan4-4-2 , para peman Parma tidak keliatan minder dengan berbagai kasus yang sedang melanda timnya.

Terbukti dalam statistik pertandingan, pemain Parma bisa lebih menguasai pertandingan 54% dibanding Atalanta yang hanya menguasai 46%.

Empat kali tendangan kearah gawang yang dilakukan oleh pemain Parma, juga lebih banyak ketimbang pemain Atalanta yang hanya dua kali melakukan tendangan ke gawang Parma.

Dan pemain Parma juga lebih banyak menghasilkan tendangan sudut yaitu lima kali, sedangkan pemain Atalanta menghasilkan empat tendangan sudut.

Namun sangat disayangkan saat menit menit akhir pertandingan, tepatnya pada menit ke 87, pemain tengah Cristian Rodriguez, harus keluar lapangan, karena menerima kartu kuning kedua.

Walaupun Parma tidak berhasil memenangkan pertandingan dan hanya mampu bermain draw dengan skor kacamata, tapi Parma sudah menunjukan hasil positif. Semoga dalam minggu selanjutnya Roberto Donadoni bisa memotivasi para pemain Parma dan bisa bertahan di Serie A.

Berikut adalah hasil pertandingan Serie A minggu ke 26, yang dilaksanakan pada Sabtu, Minggu dan termasuk pertandingan antara Napoli–Inter, yang disiarkan secara langsung oleh KompasTv,  Senin dini hari tadi.

1425852877452441181
1425852877452441181

Dan berikut adalah klasemen sementara Seria A

142585294566083017
142585294566083017

*****

Jika kita lihat sejarah panjang Parma, kita bisa tahu bahwa bukan kali ini saja Parma mengalami badai.

Namun jika melihat pasang surut Parma yang begitu berwarna, mampukah pada tahun ini Parma bangkit kembali dan bisa bertahan di Serie A?

Dan mampukah Presiden Parma yang baru, Giampietro Manenti membawa Parma mengulang sukses seperti era tahun ’90 an?

Seperti jika kita melihat sejarah panjang negri ini, maka kita juga akan tahu bahwa bukan kali ini Indonesia menghadapi badai korupsi dan perseteruan antara penegak hukum.

Namun jika melihat hebatnya perseteruan antara para penegak hukum kali ini, mampukah bangsa kita tetap mengedepankan hukum dan membasmi korupsi?

Mampukah Presiden Indonesia yang baru, Jokowi keluar dari tekanan partai sehingga bisa membawa bangsa ini bebas dari korupsi dan menjadi bangsa yang makmur serta sejahtera??

Atau mampukah Presiden Jokowi membawa negeri ini menjadi negara yang berdaulat tanpa takut menghadapi tekanan asing???

Patut kita tunggu bagaimana kisah Parma dalam upaya bertahan di Serie A dan harus kita cermati kisah negeri ini dalam upaya memberantas korupsi selanjutnya....

Catatan :

*Salut melihat kegigihan usaha Parma untuk bisa bertahan di Serie A dan layak mendapat acungan 4 jempol sekaligus. Maka dari itu, kegigihan Parma patut kita jadikan contoh untuk tetap terus menyuarakan anti korupsi setiap saat dan dalam berbagai kesempatan.

*Jadi apapun bentuk tulisannya, anti korupsilah yang harus selalu kita suarakan.

*Silahkan berkomentar apa saja, yang penting tidak SARA.

Salam Damai...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun