[caption id="attachment_350385" align="aligncenter" width="600" caption="www.kompasiana.com"][/caption]
Menanggapi berita yang dilansir oleh sindonews.com pada Rabu tanggal 30 Juli kemarin, SBY dalam jumpa persnya yang dilakukan di Cikeas, Kamis 30 Juli siang tadi, kelihatan agak kesal (kalau menurut kompas.com, SBY keliatan marah). Sindonews.com dalam tulisannya, tanggal 30 Juli kemarin,  menyebutkan bahwa SBY dan Mega telah bla bla bla... (seperti biasa....tanya mbah google aja ya... dengan kata kunci wikileaks sindonews.com)
Dalam acara temu kangennya bersama wartawan di Cikeas, SBY mengatakan " Saudara saudara, berita ini.....Maka, saya tadi pagi....Yang jelas, pemberitaan Wikileaks dan sindonews.com telah mencemarkan bla bla bla...."
Karena berita dari sindonew.com itu sudah dibantah, dalam tulisan ini saya tidak ingin membahas tentang isi berita sindonews.com tersebut, dan juga kecepatan bertindak yang telah dilakukan oleh SBY maupun Polri. Karena kita semua juga sudah paham, tentang tindakan SBY, yang selalu cepat tanggap jika sudah menyangkut....(titik titik).
Tidak perlu juga dibahas tindakan Polri, yang keliatan lebih reaktif terhadap berita ini, berbeda sikapnya ketika menangani kasus yang sama, yaitu situs abal abal kemarin. Sewaktu menghadapi isu tentang berita palsu kemarin, Polri harus menunggu laporan dulu baru mau bertindak....
*****
Situs berita online sebesar sindonews.com, seharusnya bisa menjaga krediblitas dan keakuratannya. Karena sindonews.com itu, adalah sebuah perusahaan, yang mengelola sebuah situs berita dengan wartawan yang profesional. Para wartawan yang bekerja disana, adalah pencari berita yang harus yakin, bahwa berita yang ditulis untuk konsumsi publik itu, adalah sebuah berita yang sangat layak dipercaya. Karena untuk mendapatkan beritanya, harus dari nara sumber yang sangat kredibel, dan sudah diklarifikasi terhadap yang bersangkutan. Sehingga tidak akan mencederai nama sindonews.com nantinya.
Menurut ICW, informasi dari Wikileaks itu sangat prematur dan bukan merupakan sebuah alat bukti, jadi seharusnya wartawan maupun redaktur sindonews.com, sudah lebih mengetahui tentang hal tersebut dan mengklarifikasi terlebih dahulu berita itu, apalagi berita itu sangat sensitif, karena terkait dengan keterlibatan dari seorang kepala negara.
Apakah karena berita tersebut akan menjadi berita yang bombastis, atau apakah karena terburu buru, karena kuatir para pesaingnya akan mendapat berita yang sama, lalu sindonews menayangkan, tanpa mau bersusah payah lagi mencari data pembanding atau tidak melakukan klarifikasi lagi, untuk bisa dipertanggung jawabkan tentang kebenaran dari berita itu??
Berbeda halnya dengan Kompasiana, yang hampir semua penulisnya punya latar belakang bukan dari kalangan wartawan. Kompasiana mempunyai ribuan penulis dengan beragam pekerjaan, pendidikan dan usia. Walaupun kadang kala, ada beberapa juga yang terpeleset agaknya itu lebih bisa dimaklumi, karena Kompasianer punya keterbatasan akses untuk mengklarifikasi masalah yang akan ditulisnya.
Tetapi dalam penulisan artikelnya, demi menjaga akurasi data, seringkali kompasianer, bersusah payah mencari dari beberapa sumber berita, bukan satu sumber saja. Karena, jika kompasianer menulis sebuah artikel tanpa bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya, maka artikel tersebut akan segera dipancung atau dibreidel oleh Admin dan akunnya bisa mendapat stempel lingkaran merah dengan tulisan didalamnya (account suspended). Atau jika artikel tersebut mengandung polemik, tetapi ternyata penulisnya kurang memahami tentang masalah yang ditulisnya, maka penulisnya harus bersiap siap untuk menjadi bulan bulanan atau dibully oleh kompasianer lainnya.
*****
Dalam kejadian tersebut, bisa dilihat perbedaan yang sangat menarik yaitu, jika Kompasianer menulis sebuah artikel, tanpa diklarifikasi terlebih dahulu ke sumber yang bersangkutan, itu disebabkan karena keterbatasan penulis terhadap nara sumber untuk diklarifikasi. Berbeda dengan akses besar, yang dimiliki oleh wartawan sindonews, tetapi tidak dipergunakan dan malah mengambil sumber data yang tidak dapat di verifikasi.
Sebagai warga Kompasiana, peristiwa tersebut bisa diambil sebagai pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua, agar bisa menjadi lebih baik lagi dalam menulis artikel.
Salam Damai....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H