[caption id="attachment_353449" align="aligncenter" width="630" caption="www.kompasiana.com"][/caption]
Awal Yang Baik dan Menyenangkan.
Hari ini adalah tepat 3 tahun 8 bulan sejak saya bergabung di blog rakyat Kompasiana tercinta ini. Walaupun sudah agak lama saya begabung di Kompasiana ini, tapi saya baru mulai menulis sejak Anas ditetapkan sebagai tersangka yaitu 22 February 2013 | 20:48, dengan jumlah pembaca yang menurut saya sangat mengejutkan yaitu 364 dan dapat 2 bintang. Tulisan yang masih amat sangat sekenanya dan mungkin bisa dikategorikan sekedar komentar atas kasus Anas saja. Waktu itu, saya sangat senang rasanya, tulisan saya yang seperti itu, dihargai begitu besar di Kompasiana ini.
Karena Pileg.
Karena saya sangat senang menulis tentang politik, ajang pileg merupakan ajang yang tepat untuk saya mulai menulis kembali setelah hampir satu tahun off di Kompasiana. Begitu muaknya, saya melihat calon pemimpin negeri ini dalam kampanye Pileg kemarin, menyebabkan saya memilih untuk tetap menjadi Golput.
Kompasiana Tempat Yang Tepat Untuk Belajar.
Seiring waktu, dengan cara membaca tulisan kompasianer lain, sedikit demi sedikit saya mulai belajar menulis, untuk bisa memperbaiki tulisan saya, yang walaupun sudah belajar, sampai saat ini, tulisan saya terlihat masih jauh untuk disebut baik. Oleh sebab itu saya tetap ingin belajar di Kompasiana ini, karena Kompasiana menurut saya adalah tempat yang tepat dan baik untuk kita belajar.
Pelajaran yang sangat berguna di Kompasiana ini
Menurut saya, ada banyak pelajaran yang sangat baik dan berguna di Kompasiana diantarannya adalah :
1. Saya bisa begitu mudah mendapatkan berita dalam bentuk yang lain dari media manapun. Di Kompasiana ini hampir semua berita bukanlah produk dari media manapun. Semua tulisan di Kompasiana ini adalah asli produk dari Kompasianer, walaupun tidak jarang, tulisan tersebut terinspirasi dari media lain. Karena jika tulisan kita hasil menjiplak seluruhnya dari media lain, dijamin tidak sampai satu hari, tulisan itu akan segera mengalami pembantaian oleh Mahkamah Kompaisana yang terkenal tanpa pandang bulu.
2. Saya dapat belajar menulis supaya bisa lebih baik. Di Kompasiana ini sangat banyak penulis handal dan senior yang bisa kita jadikan panutan dalam hal menulis dan saya sangat senang karena bisa berinteraksi langsung dan bertukar komentar dan meminta pendapat dengan para senior tersebut. Walaupun saya tidak bercita cita membuat buku, atau menjadi penulis, tapi tidak salahnya jika saya bisa menulis lebih baik. Dengan adanya kolom “Komentar” dan “Tanda Bintang” di Kompasiana ini, bisa ikut memberi semangat supaya kita bisa menjadi semakin baik, entah dalam penulisan, berpendapat maupun mengkoreksi tulisan kita.
3. Semangat menulis dan membaca. Jika kita sering tidak bersemangat menulis, maupun membaca, maka saya sangat menyarankan untuk segera membuka ke Kompasiana. Ini bukan promosi Kompasiana dan juga bukan untuk menyanjung Admin supaya, tulisan ini bisa masuk di tempat terhormat tapi ini adalah yang sejujurnya. Jadi, dengan membuka Kompasiana, kita bisa memilih bahan bacaan yang lebih banyak karena Kompasiana tidak terfokus dalam beberapa kategori saja. Walaupun kita tidak membuat artikel, tapi dengan adanya kolom “Komentar”, itu sudah membuat kita ikut menulis.
4. Menjalin pertemanan di Kompasiana. Dalam banyak tulisan tentang kopi darat atau nangkring bareng bersama Admin Kompasiana, saya melihat bahwa menjalin pertemanan di Kompasiana ini begitu menyenangkan. Karena dalam banyak acara yang sering kali diadakan, kita benar benar bisa bertemu, berkenalan dan berbincang bincang secara langsung, dengan teman teman Kompasianer ini, bukan hanya lewat tulisannya saja. Bisa sangat berguna, karena beberapa saat lagi ada Kompasiner yang bisa melanjutkan ajang perkenalan dan pertemuan di Kompasiana ini ketingkat yang lebih tinggi yaitu pernikahan.
Benarkah Kompasiana Tempat Sharing and Connecting????
Hal ini yang saya sering tanyakan kepada diri sendiri dan juga teman di Kompasiana, untuk menjawab itu saya membuat beberapa kriteria akun di Kompasiana ini
1. Untuk saya bisa belajar, sering kali saya membaca tulisan Kompasianer lain, yang tidak berada dalam list pertemanan saya, jika tulisan itu baik, cocok, maupun yang bertentangan dengan pemikiran saya, maka saya akan memberi komentar atau nilai. Tapi sebelum melakukan itu, saya akan melihat lebih dulu profil sang penulis artikel. Sangat banyak artikel yang bagus, tapi si penulis artikel tidak pernah menjawab komentar yang masuk. Jika kita mau perhatikan, sangat banyak kita temui penulis di kompasiana ini mempunyai karakter demikian. Banyak penulis yang sudah banyak menghasilkan tulisan, tapi sangat sedikit berkomentar. Jadi si penulis dengan karakter ini, hanya menjadikan Kompasiana sebagai ajang “Sharing” saja tanpa “Connecting”.
2. Hal yang sebaliknya terjadi, jika ingin membalas komentar di tulisan saya dari akun yang bukan berasal dari list pertemanan saya, maka, saya juga akan lebih dulu melihat profil akun yang memberi komentar itu, sehingga saya bisa menyesuaikan komentar balasan akun tersebut. Tidak sedikit saya temui, profil akun yang sudah banyak memberi komentar tanpa pernah membuat satu tulisanpun. Akan bisa kita maklumi jika komentarnya baik baik saja, tanpa menhujat. Tapi, sangat banyak akun, yang kerjanya memberi komentar, hanya berupa copy paste entah dari mana. Akun tersebut hanya menyebarkan komentar copy paste berisi hujatan saja. Akun inilah yang agak menggangu segala kenikmatan dan kemesraan kita dalam “Sharing And Connecting”.
3. Akun yang hanya membuat tulisan dan membalas komentar dilapaknya saja tanpa pernah mau berkomentar dilapak teman temannya. Akun dengan kriteria semacam ini, bisa sangat kita mengerti karena banyak alasan untuk yang menyebabkan bisa seperti itu. Entah belum mengerti, entah sibuk, entah cuma membaca artikel teman saja dll
Tulisan Dibalas Dengan Tulisan.
Dalam membuat sebuah artikel opini, seringkali kita bertabrakan atau ada pendapat yang berbeda dengan pendapat kita, jadi untuk bisa menyanggah pendapat tulisan orang, memang sebaiknya dibuat tulisan sanggahan, daripada berdebat yang tidak akan ada habisnya.
Cuma kadang kala, hal itu sering kali terlihat seperti kebablasan, karena sering kali dalam membuat tulisan sanggahan, terselip kata kata menghujat yang kurang enak untuk dibaca, terutama jika hal itu menyangkut SARA. Dalam hal ini, saya mengapresiasi tindakan Admin Kompasiana untuk menghapus kanal Agama, walaupun tampaknya tindakan tersebut belumlah cukup, karena tulisan tentang saling menghujat Agama masih banyak kita jumpai, bertebaran di Kompasiana ini.
Kita memang bisa memilih untuk tidak membaca tulisan tersebut tapi, bagaimana dengan orang lain yang membacanya? Lalu menjadikan tulisan itu sebagai bibit permusuhan yang kalau "dipelihara" terus akan berakibat sangat fatal kan?
Dalam hal ini, saya belum melihat tindakan atau cara yang sangat jitu yang sudah diterapkan dari Admin Kompasiana ini, dengan cara membantai tulisan saja agaknya kurang bisa memberi pelajaran yang sangat mujarab. Karena disamping masih bisa menulis lagi, tapi dalam berkomentarpun bisa menyebabkan hal itu terjadi.
Jadi, menurut saya, bukan hanya Admin Kompasiana ini saja yang harus bekerja keras memberangus bibit bibit permusuhan itu, tapi harus ada kesadaran dan kerjasama yang baik dari Kompasianer, supaya bisa menjadikan Kompasiana ini menjadi lebih baik lagi....
*****Catatan: Tulisan ini tidak untuk ditujukan kepada siapapun juga. Jika ada kesamaan dan kesalahan kata kata dalam penulisan yang kurang berkenan, saya mohon maaf yang sebesar besarnya dari lubuk hati yang terdalam....
[caption id="attachment_353451" align="aligncenter" width="320" caption="http://biangpenasaran.blogspot.com"]
Salam Damai....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H