Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo Menang Atau Kalah Akan Membawa Kita Ke Orba

20 Agustus 2014   12:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:04 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

20 Agustus 2014


Besok, 21 Agustus 2014, MK akan mengeluarkan keputusan terkait sengketa hasil Pemilihan Presiden 2014.


Kilas Balik Koalisi Merah Putih.



Demi memenangkan Pilpres 2014 ini, Prabowo telah melakukan berbagai macam cara. Sejak Gerindra meraih kenaikan angka yang signifikan, dan menempati posisi ketiga dalam Pileg, Prabowo telah melakukan berbagai manuver politik yang menakjubkan. Langkah langkah yang dibangun Prabowo begitu sistematis, tersruktur dan masif.

Diawali dengan pendekatan ke PPP yang telah menimbulkan kontroversi karena adanya perbedaan pandangan di dalam tubuh PPP, lalu ke PKS yang seperti orang yang sangat haus dan lapar karena menerima undangan Prabowo untuk bergabung  tanpa ada masalah sedikitpun.

Langkah berikutnya adalah  ke PAN dengan imbalan kursi Wakil Presiden untuk Hatta Rajasa dan terakhir manuver sangat hebat ke Golkar dengan imbalan yang sangat aneh dan mengiurkan yaitu kursi Perdana Menteri (Menteri Utama) untuk ARB.

Berikut langkah terakhir yang "seperti" langkah kecil tak berarti, yang hampir tidak dipandang mata oleh semua orang, yaitu bergabungnya partai abal abal PBB kedalam koalisi Merah Putih.

Langkah kecil dan sangat penting ini,  awalnya tidak dipandang mata oleh semua orang. Terbukti tidak ada pemberitaan yang heboh bergabungnya PBB ke dalam koalisi yang dibangun oleh Prabowo dan akhirnya dinamakan Koalisi Merah Putih.

Ketika PBB bergabung ke kubu Prabowo, pemberitaan media  hanya seputar Ketumnya saja yaitu, MS Kaban.  Yang sudah dicekal KPK terkait dalam kasus pengadaan Sistem Komunikasi  Radio Terpadu, selebihnya media tidak kelihatan aktif memberitakan masalah masuknya PBB ke dalam koalisi Merah Putih.

Koalisi yang sempurna dan terencana dengan sangat matang dan cerdik telah dilakukan oleh Prabowo.

Bergabungnya PBB ke dalam Koalisi Merah Putih kelihatannya seperti langkah blunder dan sia sia yang dilakukan oleh Prabowo, karena bisa menambah daftar panjang partai korupsi yang bergabung, kedalam kubu Prabowo-Hatta ini.

Tapi semua itu, memang hasil dari perencanaan matang dan cerdik,  yang telah dilakukan oleh Prabowo yang memang ahli strategi perang. Dan terbukti, sekarang ini disaat adanya gugatan hasil pilpres di MK, langkah kecil tersebut, sangat berguna dan penting.  Karena Yusril sebagai anggota PBB, yang pada awalnya sudah berkoar koar akan bersikap netral, sekarang malah bersaksi untuk kubu Prabowo-Hatta.

Belum lagi, Hamdan Zoelva. sang Ketua MK yang mengadili sidang gugatan hasil pilpres tersebut juga adalah mantan anggota PBB.

Mengapa kita mesti kuatir kembali ke Orba?

Pemerintahan Orba, adalah pemerintahan masa lalu yang sarat dengan kenangan pahit. Banyak luka yang sangat dalam sudah digoreskan oleh pemerintah Orba sehingga menimbulkan trauma berkepanjangan. Banyak cerita duka berbalut rasa marah yang sangat jika bercerita tentang masa pemerintahan Orba. Seluruh masyarakat bisa diibaratkan hanya sebuah robot yang tidak mempunyai hak apapun kecuali mengikuti perintah. Semua hak dasar kita dilucuti oleh pemerintah yang berkuasa saat itu.

Bagaimana mungkin, disaat arus deras informasi seperti sekarang,  jika tidak ada lagi hak Demokrasi, dan mengeluarkan pendapat di negeri ini. Karena untuk mendapatkan semua dikontrol dan disaring oleh pemerintah pusat.

Bisa dibayangkan, jika semua media harus mengeluarkan berita yang sama. Karena jika ada media yang membuat berita sedikit miring dan berbeda, maka media itu berarti sudah siap untuk di breidel dan dibekukan. Pimpinan medianya pun harus bersiap siap untuk menghuni hotel prodeo.

Bisa dibayangkan, jika kita dalam mengeluarkan pendapat,  mempunyai pandangan yang berbeda dengan pemerintah,  maka kita bisa ditangkap karena terkena Undang Undang Subversi. Tidak akan ada lagi demo, untuk menutut hak apapun, karena hak itu telah dilucuti oleh pemerintah, dan mulut kita sudah ditutup plester UU Subversi itu.

Tidak ada tempat mengadu di negeri ini, tidak adalagi pengadilan yang adil, karena semua berdasarkan pesanan dari pemerintah. Pemerintah Orba telah membuat masyarakat sangat takut berbicara apalagi tentang politik.

Itu hanya  sekelumit contoh kecil saja yang bisa saya tuliskan.

Prabowo menang kita akan kembali ke Orba.

Wacana mengusung Soeharto untuk menjadikannya Pahlawan Nasional oleh koalisi kubu Prabowo-Hatta, telah dikumandangkan sejak masa kampanye Pilpres 2014. Wacana itu memang dilakukan dengan tidak tanggung tanggung, karena yang mengemukakan adalah mantan aktivis 1998, Fahri Hamzah, dalam sebuah acara debat di tipi nasional. Padahal seharusnya aktivis 1998 menentang hal tersebut. Karena  aktivis 1998, adalah aktivis yang telah telah bersusah payah, berdarah darah dan berkorban nyawa untuk menumbangkan Orba.

Langkah menjadikan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional, mempunyai beberapa keuntungan untuk Prabowo, yaitu menarik simpati dari kalangan yang masih cinta dengan Orde Baru dan meraih simpati dari mantan istri tercinta, yaitu Siti Hedianti Haryadi atau lebih dikenal dengan nama Titiek Soeharto. Hal itu dilakukan, supaya Prabowo dan Titiek bisa CLBK. Karena bagaimana mungkin jika Prabowo menang pilpres,  disaat pelantikan Presiden nanti Prabowo tanpa pendamping?

Jadi  wacana untuk kembali ke Orba bukan omong kosong tapi pasti akan dilakukan oleh pemerintah Prabowo-Hatta. Karena Prabowo memang telah berencana mengembalikan kejayaan mantan mertuanya dulu, dan Prabowo juga merasa bahwa cara pemerintahan Orba, begitu familiar dan terbukti efektif membungkam suara suara sumbang.

Apa indikasinya jika Prabowo menang, akan mengembalikan kita ke Orba?

Seperti sudah ditulis diatas, tentang wacana menjadikan Soeharto menjadi Pahlawan Nasional dan telah didengungkan oleh seorang Fahri Hamzah mantan aktivis 1998.

Saya akan memberikan beberapa contoh ketidaksukaan Prabowo terhadap suara sumbang atau berbeda dengan yang diinginkannya.

Tentu kita masih ingat tentang aksi kekerasan terhadap wartawan oleh pendukung? Kita juga belum lupa tentang dilarang masuknya wartawan salah satu stasiun tipi saat peliputan di Rumah Polonia? Masih segar dalam ingatan kita, pada saat jumpa pers, Prabowo mengatakan "Brengsek" kepada wartawan, yang ditujukan untuk pimpinannya.

Itu adalah, indikasi supaya semua media tidak boleh mempunyai pendapat yang berbeda dengan pendapat prabowo. Dan tampaknya Prabowo seperti alergi kepada media yang dianggap tidak berpihak kepadanya.

Jadi jika Prabowo memenangkan pilpres 2014 ini, media bersiap siaplah untuk diberangus jika menyuarakan sesuatu yang tidak disukainya.

Kompasaner bersuara sumbang, bersiap siaplah membungkus pakaian di koper karena sebentar lagi akan dijemput dari rumahnya menuju Hotel Gratisan.

Prabowo kalah kita juga akan kembali ke Orba.

Kenapa bisa begitu?

Pada saat pemerintahan Orba, semua rakyat sering sangat takut bersuara dan mengeluarkan berpendapat, karena bisa menyebabkan ditangkap. Saking takutnya, menyebabkan semua orang sangat tidak suka berbicara tentang politik dan berpolitik. Saat itu, kata politik seperti kata yang tabu untuk diucapkan.

Pada saat pilpres 2014 ini, masyarakat begitu antusias mendatangi tempat pemilihan sehingga angka golput menjadi lebih sedikit dibandingkan pada saat pileg 2014.

Namun pada beberapa waktu ini, kita sepertinya mulai merasa jenuh dan muak dengan segala manuver, akal akalan, tingkah polah dan sikap kurang bisa menerima kekalahan yang sudah dilakukan oleh kubu Prabowo-Hatta.

Indikasi kejenuhan politik bisa dilihat di Kompasiana ini.

Kanal politik yang tadinya begitu riuh rendah, debat panas, artikel yang bernuansa politik berseliweran, penulis politik dadakan, semua sudah hampir tidak ada lagi. Bahkan kanal politik lebih berisi guyonan dari yang lucu sampai yang aneh aneh.

Saat ini orang sudah mulai terlihat malas dan enggan jika berbicara tentang politik. Dan ini masih belum terasa sekali.

Bagaimana jika Prabowo diputuskan kalah di MK dan melakukan hal yang aneh lagi???

Bagaimana jika Prabowo ngotot terus tidak mau mengakui pemerintahan yang sah, karena merasa dirinya menang atau dicurangi?

Masyarakat pasti akan merasa kesal jika koalisi Merah Putih di parlemen nanti, yang nota bene mempunyai persentasi lebih besar dari koalisi Jokowi-JK dan masih merasa sakit hati itu, melakukan manuver manuver yang menjengkelkan untuk menggoyang pemerintahan.

Tentu kita semua akan berbalik muak, marah dan tidak percaya lagi jika, demi mempertahankan pemerintahannya, Jokowi-JK melakukan politik tawar menawar alias dagang sapi.

Jadi melihat hal hal tersebut, bisa dipastikan, seluruh masyarakat akan kembali tidak menyukai politik, seperti waktu  pemerintahan Orba. Masyarakat yang sekarang begitu antusias menyambut pemilu, akan memilih untuk menjadi Golput. Masyarakat akan menjadi lebih antipati terhadap politik dan muak melihat politikus.

Akan butuh waktu yang jauh lebih lama untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap politik dan politikus.

Salam Damai....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun