Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gajah Berperang Melawan Gajah, Pelanduk...

22 September 2014   10:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:58 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dibawah ini, adalah tabel perolehan kursi DPR setelah Pileg 2014, dan posisi partai sewaktu kampanye Pilpres 2014. Saya membagi dalam 3 kubu, berikut jumlah perolehan kursi di parlemen nantinya, seperti yang terlihat dalam gambar,  yaitu "kubu Jokowi-JK", "kubu Prabowo-Hatta" dan "kubu ???" (karena kubu ini tidak berpihak kemana mana jadi saya tulis kubu ???)

[caption id="attachment_360606" align="aligncenter" width="600" caption="Komposisi DPR Sewaktu Kampanye Pilpres"][/caption]

PAN Linglung.....

Karena tahu bakal kalah dalam penghitungan suara di KPU, kubu Prabowo melakukan aksi WO, dan pada saat aksi itu, Hatta Rajasa tidak berada bersama pasangannya dalam pilpres, yaitu Prabowo. Setelah itu, dalam beberapa hari, Hatta Rajasa  tidak nampak batang hidungnya alias menghilang.

Entah bersembuyi atau semedhi dimana, padahal awak media sudah berusaha mencarinya, tapi tidak ketemu juga. Lalu, tiba tiba, pada tanggal 1 September 2014, Hatta Rajasa dengan tidak disangka sangka, mengadakan pertemuan dengan Jokowi di kediaman Surya Paloh. (Jangan bilang ketemunya ga sengaja ya....Hehehehe...)

Walaupun dalam beberapa hari terakhir ini, Mahapati Halayudha*** masih tetap berkoar koar di media, menjelekkan Jokowi, tapi bisa disimpulkan, pasca kekalahan di pilpres lalu, PAN kelihatan mulai linglung . Langkah PAN semakin limbung, setelah  Partai Demokrat, tidak mendukung RUU Pilkada tidak langsung, yang diusung oleh kubu Prabowo.

Dalam hal ini, SBY tampaknya bisa melihat dengan jelas, bahwa RUU Pilkada tidak langsung , hanyalah sebagai aksi balas dendam dari kubu Prabowo semata. Jadi, di tengah kelinglungannya itu,  PAN mungkin akan bersandar atau mengekor Partai Demokrat. (Jadi klop dan keliatan kompak kalau besan besanan bergabung lagi kan?)

(***Mahapati adalah nama seorang tokoh penghasut dalam sejarah awal Kerajaan Majapahit. Namanya disebut dalam Pararaton sebagai pemegang jabatan rakryan patih sejak tahun 1316. Kelicikan Mahapati dianggap sebagai penyebab kematian para pahlawan pendiri Majapahit, misalnya Ranggalawe, Lembu Sora, dan Nambi . Mahapati sendiri akhirnya dihukum mati setelah pemberontakan Ra Kuti tahun 1319)

PPP yang Bingung jadi Kisruh.....

Sebelum pilpres berlangsung, PPP pernah mengalami kisruh, saat kisruh pertama itu, telah terjadi aksi saling pecat memecat satu sama lainnya. Wakil Ketua Umum PPP, Emron Pangkapi memecat Ketua Umum PPP, Suryadharma Ali, begitu juga SDA, balik memecat Emron Pangkapi. Kisruh pertama itu, berakhir setelah dilakukan islah.

Pasca pilpres, dengan kekalahan kubu Prabowo-Hatta yang notabene didukung oleh SDA, kisruh di internal PPP ini, terjadi lagi. Tanggal 10 September 2014, Ketua Umum PPP, Suryadharma Ali, yang sudah menjadi tersangka kasus dugaan korupsi dana penyelenggaraan haji 2012-2014, dilengserkan lagi oleh Wakil Ketua Umumnya yaitu Emron Pangkapi.

Kisruh di PPP, sebenarnya bukan hanya, karena SDA menjadi tersangka kasus korupsi saja, tapi bisa dibilang karena beda pendapat tentang dukungan capres, yang mana sejak masa kampanye pileg,  SDA sudah ngotot ingin mendukung Prabowo menjadi presiden, bahkan SDA ikut kampanye di Partai Gerindra,  dan Emron Pangkapi yang berniat mendukung Jokowi menjadi presiden. Mungkin, jika saja Prabowo-Hatta memenangkan pilpres 2014, kisruh di PPP ini tidak akan berlanjut.

Kesempatan dalam Kesempitan....

Melihat ada dua partai yang tengah linglung, PDIP tampaknya tidak menyia nyiakan kesempatan baik tersebut. Saat mengadakan Rakernas ke IV, di Semarang 19 September 2014 lalu, PDIP mengundang PAN dan PPP nya Emron Pangkapi, sedangkan Suryadharma Ali, yang masih tetap mengaku sebagai Ketua Umum yang sah, malah tidak diundang oleh PDIP. (Hmmmm....)

Gayung bersambut, undangan Rakernas ke IV PDIP di Semarang, disambut gembira oleh kedua partai yang sedang kehilangan arah atau seperti ikan yang sedang kekurangan air. Beberapa tokoh PAN, dan PPP nya Emron, terlihat menghadiri undangan PDIP, pada Rakernas IV PDIP,  yang dilangsungkan di Semarang, tanggal 19 Sepetember 2014 lalu.

Akan kemanakah langkah kedua partai linglung ini?

Gambar dibawah ini, adalah posisi partai pasca pasangan Jokowi-JK memenangkan Pilpres 2014,  dan setelah Rakenas ke IV, PDIP di Semarang.

[caption id="attachment_360607" align="aligncenter" width="600" caption="Pasca Rakernas ke IV PDIP di Semarang"]

14112883421489465274
14112883421489465274
[/caption]

PPP. Jika saja, kubu Emron Pangkapi dapat menyelesaikan semua masalah internal PPP, maka bisa dipastikan, PPP akan segera loncat masuk mendukung pemerintahan Jokowi-JK nanti. Dan itu, pasti akan disambut dengan tangan terbuka oleh pemerintah yang akan datang. Karena, walau bagaimanapun juga, untuk memperkuat posisinya di parlemen, pemerintah Jokowi-JK, akan sangat membutuhkan salah satu dari dua partai yang sedang bingung tersebut (PAN dan PPP).

PAN. Jika , PAN tidak kebelet ingin ikut ke pemerintah, atau jika sang mahapati Halayudha, tidak mengijinkan untuk bergabung ke pemerintah Jokowi-JK, atau juga jika PAN ingin mengekor Partai Demokrat, mungkin komposisi parlemen, seperti di bawah inilah yang akan terjadi pada pemerintahan Jokowi-JK nanti.

[caption id="attachment_360604" align="aligncenter" width="600" caption="Mungkin komposisi seperti ini nantinya"]

14112881391179608281
14112881391179608281
[/caption]

Kecerdikan sang Pelanduk....

Dengan adanya 3 kubu seperti di atas, bisa dibilang posisi pemerintah Jokowi-JK nanti, masih sangat rentan oleh rongrongan kubu opisi, yang masih mempunyai dendam kesumat terhadap pemerintah.

Siapa atau kubu mana, yang paling diuntungkan jika terjadi pertarungan di parlemen nantinya?

BENAR!!! "kubu ???" inilah yang akan paling diuntungkan, dan akan menentukan nantinya.

Dari situ, bisa dilihat kehebatan dan kecerdikan berpikir SBY, yang telah memutuskan, bahwa Partai Demokrat, tidak ingin ikut masuk kedalam kedua kubu. Jadi, sikap untuk tidak ikut salah satu kubu itu, bukanlah sikap ragu dari SBY atau bukan juga bersikap sebagai penengah, melainkan sikap dan pemikiran yang sangat cerdik dan lihay.

Ketika kalah telak di pileg 2014 lalu, membuat SBY berpikir keras, tentang bagaimana caranya, supaya Partai Demokrat walaupun sudah kalah, tapi akan tetap menjadi faktor penentu, di pemerintahan yang akan datang nantinya. Bagaimana caranya, supaya Partai Demokrat yang sedang babak belur dihajar kasus korupsi, akan lebih dihargai lagi nantinya...

Nah, kesempatan itu akhirnya datang juga, ketika di pilpres kemarin, SBY melihat ada Gajah yang sedang bertarung dengan Gajah, maka SBY dengan sangat cerdik memanfaatkan dan mengambil keuntungan dari momen yang sangat berharga itu...

Karena dengan posisinya yang seperti sekarang ini, Partai Demokrat lah yang paling dapat mengambil keuntungan terbesar dalam perseteruan Gajah itu nantinya. Partai Demokrat akan mempunyai daya tawar yang sangat tinggi dan Partai Demokrat lah yang akan mendapat lobi lobi mengasyikan dari kedua kubu...

***Yang penting harus diingat adalah, "Awas, Jangan sampai keluar jalur ya....karena di era arus deras informasi saat ini, rakyat akan gampang banget mengawasi lho!!!

*****Seperti pepatah yang mengatakan, "Gajah berperang melawan Gajah, Pelanduk berpesta di atas bangkai Gajah" Hahahaha.......(Apa ada pepatah seperti itu? Ada dong... karena pepatahnya bikinan sendiri gitu lho... Qiqiqiqiq...).

Kan Pelanduknya cerdik, jadi selagi Gajah berperang, Pelanduknya sembunyi dulu, nah pas Gajahnya udah pada tewas, Pelanduk lah yang jingkrak jingkrakan kegirangan.....

(Seperti contoh kasus RUU Pilkada yang menjadi "Test Case"). Karena politik itu kan serba ga pasti(kata mereka dinamis gitu lho...), jadi buat aja pepatah  seperti itu.

Pertanyaannya : Pantaskah Pelanduk menari nari di atas bangkai Gajah?

Karena ada beberapa sahabat kompasianer yang sering bilang, koq saya nulis politik mulu sih, alias nulis yang serius mulu gitu. Jadi saya bingung, mesti nulis apa ya, saya ngertinya cuma politik doang, mau tulis resep makanan, saya ga tau sama sekali, karena boro boro ngerti resep makanan, lha masak aja bisa dibilang hampir ga pernah, makan juga masih dapet ransum dari ortu...Hahahaha... paling paling bisa bikin manisan mangga muda aja, ada yang mau? Hihihihih...

Nah, kalau di tulisan ini ada joke dikit, kan boleh ya... Karena aslinya, dalam keseharian di rumah,  saya ini orangnya santai banget lho....Dan di beberapa tulisan politik saya, ada yang lucu juga   koq, mungkin karena guyonan politik, jadi guyonannya itu, keliatannya garing gitu ya? Hahahaha..... Biar aja deh... Yang penting kan nulis dan nulis ...

Ya udah dulu deh, nanti disambung lagi dengan tulisan selanjutnya, tentang Sistem Multi Partai aja ya (Politik lagi aja ya.....Hahahahaha.... :D :D :D)

Salam Damai....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun