Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Antara Anas, Kompasiana dan Saya

25 September 2014   07:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:36 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_361495" align="aligncenter" width="650" caption="www.kompas.com"][/caption]

Setelah terjadi persidangan yang lama, dan polemik yang begitu panjang dan melelahkan, karena dalam kasus korupsi ini, telah melibatkan begitu banyak tokoh di Partai Demokrat, Menteri KIB Jilid II, serta pucuk pimpinan negeri, akhirnya tanggal, 24 September 2014, Majelis Hakim Pengadilan Tipikor, memberikan vonis penjara selama 8 tahun, terhadap Anas Urbaningrum,  dan denda sebesar 300 Juta, sudsider 3 bulan kurungan, serta Anas Urbaningrum, masih harus mengganti kerugian negara sebesar Rp 57 M dan 5.2 Juta US$.

Anas Urbaningrum, telah dinyatakan bersalah, dalam kasus penggelapan dana proyek pembangunan sarana olahraga di Hambalang, serta kasus pencucian uang, terkait dana proyek APBN lainnya. Walaupun, dalam mengambil keputusan tersebut, telah terjadi perbedaan pendapat, dari dua orang anggota majelis hakim, namun vonis telah dijatuhkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Tipikor.

Apakah, drama pengadilan Anas ini akan berakhir, mengingat terkait  keputusan hakim pengadilan tipikor, sore tadi, Jaksa Penuntut Umum, telah memutuskan untuk mengajukan banding? Kita lihat saja perkembangannya nanti....

Apalagi, setelah Ketua Hakim Pengadilan Tipikor, memberi kesempatan kepada Anas untuk berbicara, Anas lalu memohon kepada Majelis Hakim, supaya Jaksa Penuntut Umum dan Majelis Hakim untuk melakukan sumpah kutukan.

Walaupun, permintaan Anas tersebut dicuekin oleh Majelis Hakim Pengadilan Tipikor, tapi permintaan untuk melakukan sumpah kutukan tersebut, tampaknya hal itu masih akan menjadi polemik yang menarik, dalam beberapa hari ke depan.

Biarlah, karena itu adalah bagian dari demokrasi negeri ini. Begitu juga jika kita bicara tentang keadilan, yang masih menjadi sebuah barang langka di negeri ini, jadi biarkanlah itu, menjadi bagian para pakar hukum untuk mengemukakan pendapatnya.

*****

141157659789551747
141157659789551747
Dalam beberapa waktu ini, saya beberapa kali membaca tulisan berkaitan dengan "Menulis" di Kompasiana. Entah berupa tips menulis, entah tentang kegalauan seorang penulis (http://media.kompasiana.com/new-media/2014/09/14/saat-menulis-ya-menulis-saja--674406.html), yang karyanya tidak mendapat respon dari pembaca sama sekali, ataupun tentang penulis, yang tidak perduli berapapun yang membaca tulisannya, yang penting bisa tetap menulis dan menghasilkan karyanya.

Dalam tulisan ini, saya tidak bisa membagi tips apapun tentang menulis, karena tulisan sayapun, masih  sangat jauh untuk bisa dibilang baik.

Awalnya saya ikut menulis di blog keroyokan ini, tanpa dasar ilmu menulis sama sekali. Walaupun saya banyak membaca buku, tapi saya tidak mempunyai pengetahuan  mengenai dunia tulis menulis, tidak mengetahui tentang susunan kata, tanda baca maupun bahasa sama sekali.

Karena saya sudah tidak dapat menahan diri lagi, untuk bisa mengeluarkan uneg uneg, terkait kasus korupsi, yang dilakukan terdakwa Anas Urbaningrum, maka mulailah saya membuat tulisan ini.

Sebuah hasil karya saya yang sangat luar biasa sekali kan? (Hahahaha...). Karena tulisan tersebut sebenarnya hanya bisa di kategorikan sebagai komentar singkat saja. Walaupun tulisan tersebut, sangat luar biasa, sampai saat ini, saya tidak hendak menghapusnya sama sekali, karena itu adalah karya perdana, yang akan saya jadikan cermin buat diri sendiri.

Seiring waktu, untuk membuat tulisan menjadi lebih baik, saya mulai lebih rajin membaca tulisan kompasianer lainnya. Dari seringnya tulisan karya Kompasianer itulah, saya mendapat banyak pelajaran yang sangat berharga, berkaitan dengan tulis menulis di Kompasiana ini.

Karena sangat banyak tulisan di Kompasiana yang bisa diambil manfaatnya, begitu juga sangat banyak tulisan yang bisa  dijadikan inspiratif buat kehidupan sehari hari, maka dalam beberapa kesempatan, sering kali saya merekomdasikan ke teman teman untuk bergabung di Kompasiana ini.

****

Lagi lagi, saya mengucapkan terima kasih dengan tulus dan sebesar besarnya, kepada blog rakyat Kompasiana ini, yang telah memberikan banyak pelajaran yang sangat bermanfaat buat saya, (jika dilihat dari perubahan tulisan saya dari waktu ke waktu itu kan?), juga karena Admin Kompasiana, yang telah memberikan ruang, dan kesempatan yang sama terhadap siapapun, untuk mencurahkan pemikirannya, tanpa memandang status apa dan siapa penulis itu.

Begitu juga kepada para Kompasianer yang telah menyumbangkan pemikiran yang inspiratif, tips yang bermanfaat, serta berbagi pengalaman yang sangat menarik, dalam bentuk tulisan di Kompasiana ini.

Terima kasih juga untuk semua Kompasianer, yang menjadi Silent Reader saya.

Ucapan terima kasih yang khusus, saya berikan kepada Anas Urbaningrum, karena dengan terbongkarnya kasus korupsi yang sudah dilakukannya, telah membuat saya berani mulai menulis.

*****Catatan :
*Dalam hal apapun sebaiknya kita selalu mengambil hikmah, pelajaran dan melihat dari sisi positifnya.
*Jangan kuatir untuk mulai menulis

Salam Damai....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun