Mohon tunggu...
Mike Eman Agaki
Mike Eman Agaki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Siswa Sma Stella Duce 2 Yogyakarta

Hobi Fotografi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keberagaman Bukanlah Halangan

30 Januari 2024   08:57 Diperbarui: 31 Januari 2024   11:39 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah sekolah menengah atas di Yogyakarta, kelas X menjadi wadah bagi keberagaman suku di Indonesia. Anak-anak dari Papua, Bali, Aceh, dan Jawa duduk bersama dalam satu kelas yang penuh warna. Ketika guru mereka, Pak Valen, mengumumkan bahwa mereka akan mempersiapkan sebuah drama tradisional Kalimantan, "Long Diyang Yung,"  dalam rangka ulang tahun sekolah, setelah mendengar itupun kelas pun penuh semangat.

Persiapan dimulai dengan antusias. Mereka belajar tarian, musik, dan bahasa Kalimantan. Setiap siswa membawa keunikannya sendiri, mengenalkan tradisi dan cerita dari daerah asal mereka. Konflik muncul ketika Nita, seorang siswa Bali, kesulitan memahami gerakan tarian khas Kalimantan. Sementara itu, Fari, dari Aceh, merasa budayanya kurang diperhatikan.

Guru mereka, Pak Valen, mengadakan pertemuan untuk membahas masalah tersebut. Nita dan Fari membuka hati, menyampaikan perasaan mereka. Teman-teman mereka mendengarkan dengan penuh pengertian, dan Pak Budi menyarankan untuk saling membantu.

Dalam pertemuan tersebut terjadilah dialog hangat antara Pak Valen,Nita dan Fari

Fari pun memulai untuk membuka isi hatinya “Saya merasa seperti budaya Aceh kita terlalu tersisih, Pak.”

Nita juga melanjutkan keberatan hatinya “ Dan saya bingung dengan gerakan tarian Kalimantan, Pak Budi.”

Pak Valen Menjawab “Saya mengerti perasaan kalian berdua. Bagaimana jika kita saling membantu? Fari, ceritakan lebih banyak tentang budaya Acehmu kepada teman-teman. Dan Rini, mungkin teman-teman bisa membantumu dengan gerakan tarian."

Nita bertanya kebingungan “Benarkah?”

Fari menjawab dengan ragu “Tentu, kita satu tim, kan?”

Pak Valen Memberikan Nasihat kepada Nita dan Fari “Persiapan kita akan lebih sukses jika kita saling mendukung. Kita bukan hanya mengenang budaya Kalimantan, tetapi juga merayakan keberagaman kita.”

Pertunjukan "Long Diyang Yung" pun tiba. Panggung penuh warna dengan busana tradisional dari seluruh Indonesia. Nita dan Fari berhasil mengatasi kesulitan mereka, dan pertunjukan berlangsung dengan indah. Ketika gong penutup berkumandang, tepuk tangan meriah menggema di ruang auditorium.

Pak Valen memberikan apresiasi "Kalian luar biasa, anak-anak! Keberagaman kalian menjadi kekuatan, bukan kendala. Semua budaya bersatu dalam satu pertunjukan yang luar biasa!"

Nita pun menjawab Pak Valen “Terima kasih, Pak Budi, dan terima kasih teman-teman. Kita bisa bersatu dalam keberagaman.”

Fari pun menjawab dengan bangga “Betul sekali. Ini pengalaman yang tak terlupakan!”

Mereka tidak hanya merayakan keberhasilan pertunjukan, tetapi juga mengukir kenangan indah tentang persatuan dalam keberagaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun